94 Apa Yang Terjadi?

Revan tidak menyia-nyiakan sesuatu yang indah di depannya, dia memasukkan key card itu di saku jasnya. Dihabiskan minuman yang ada di tangannya lalu kembali ke dalam pesta. Revan masih sempat menyapa beberapa orang kolega papanya yang sempat di kenalkan pada dirinya.

" Maaf, saya harus pamit!" kata Revan.

" Cepat sekali?" tanya salah seorang kolega papanya.

" Ada urusan di tempat lain!" jawab Revan karena 10 menit yang di janjikan Gina telah tiba,

" Saya suka remaja yang cerdas dan bersemangat dalam usaha!" kata satu lagi.

" Saya permisi!" kata Revan, lalu dia mengambil key card di kantongnya dan melihatnya. 50001. Revan masuk ke dalam lift dan menekan Lt. 50, lift menanjak naik ke atas dengan sedikit cepat. Tingggg! Pintu lift terbuka, hanya ada 1 pintu saja disitu. Dimasukkannya key card itu ke dalam lobang di gagang pintu. Klik! Kunci pintu terbuka, dia mendorong pintu tersebut dan masuk ke sebuah apartement yang sangat luas. Revan berjalan menuju ke dinding apartement yang terbuat dari kaca riben.

" Kamu terlalu lama, sayang!" ucap sebuah suara di lantai atas. Revan memutar tubuhnya dan melihat ke atas. Glekkk! Revan menelan salivanya, saat dilihatnya Gina telah berdiri di tangga atas dengan hanya memakai lingerie dari bahan yang sangat tipis dan memperlihatkan seluruh lekuk tubuhnya. Gina perlahan turun ke bawah dan mendekati Revan. Revan menatap wajah dan tubuh cantik Gina. Dadanya yang besar membusung dengan pantat yang juga besar. Revan melihat ke arah selangkangan paha Gina, begitu montok dan nikmat sepertinya. Gina yang telah ada di depan Revan meraba dada pria itu.

" Berapa usiamu?" tanya Revan yang menatap belahan dada Gina.

" Seusia Revalina Abiseka!" jawab Gina.

" Sudah berapa pria yang menyentuh ini?" tanya Revan meremas dada Gina dengan kuat.

" Ahhh!" desahan Gina keluar dari bibirnya yang sensual. Tubuh Gina terasa seperti tersengat aliran listrik.

" Belum ada!" jawab Gina.

" Hahaha!" tawa Revan.

" Aku menunggumu untuk menikmatinya, Revan! Aku sudah jatuh cinta padamu saat aku bertemu denganmu 15 tahun yang lalu! Saat itu aku melihatmu di gandeng Tante Tata dan kamu berjalan dengan gagahnya dan sangat tampan!" kata Gina.

" Aku sangat menunggu hari ini!" kata Gina lalu mengelus-elus dada Revan.

" Tapi gaya lo seperti wanita yang berpengalaman!" kata Revan.

" Aku mempelajari dari video, karena aku nggak mau mengecewakan kamu!" bisik Gina.

" Ok! Buktikan hasil belajar lo!" kata Revan.

Gina dengan senang hati langsung melumat bibir Revan dan Revan membalasnya dengan irama yang sama. Jari jemari Gina menari di kancing kemeja Revan hingga terlihatlah dada bidang Revan yang sandarable. Gina melepaskan jas dan kemeja tersebut secara bersamaan dan melemparkan begitu saja. Dia menjilat leher Revan dengan ganas serta meninggalkan kissmark disana. Revan tidak perduli dengan hal itu walau akan terlihat oleh orang lain. Revan memejamkan matanya saat tangan lihai Gina membuka gaesper dan kait celana juga zippernya. Sekilah bayangan Wina menari-nari di pelupuk matanya. Shhiitttt! batin Revan. Gina menjilat seluruh dada Revan dan bermain di pucuk dada bidag tersebut. Tersisa boxer Revan dan milik Revan yang sedikit menegang di bawah. Gina melepaskan boxer Revan dan terlihatlah milik Revan yang hanya menegang sedikit. Gina memegang milik Revan dan menggerakkannya.

" Ahhh!" desahan lolos dari bibir Rehan karena sensasi genggaman dan gerakan tangan Gina. Sementara di area atas, Gina masih betah memilin pucuk dada Revan. Gina kaget karena milik Revan tidak tegang-tegang juga, lalu di beralih bersimpuh di depan Revan dan memainkan milik pria itu di mulutnya. Revan kesal karena miliknya tidak bisa diajak kerja sama, dia malu sekali pada Gina. Pikirannya melayang membayangkan Wina saja, membuat libidonya memuncah. Dia menginginkan gadis itu. Bukan yang lain.

" Sorry, Gin! Gue nggak bisa!" ucap Revan lalu memakai pakaiannya.

" Kenapa, Revan? Apa aku kurang seksi?" tanya Gina melepaskan pakaiannya. Tapi herannya Revan tidak bergairah sama sekali melihat tubuh montok Gina.

" Ayolah, Revan! Please!" mohon Gina. Revan yang telah memakai celananya menatap wajah melas gadis itu. Dengan cepat dia melumat bibir Gina dan mendorong gadis itu kesofa hingga tubuh Gina terbaring. Tangan Revan meremas-remas dada montok Gina hingga gadis itu melenguh nikmat.

" Ahhh, Revan!" desah Gina, libido Revan yang tadinya menurun menjadi kembali saat mendengar suara Gina yang manja menyebut namanya. Dilumatnya dua gundukan itu secara bergantian, slashhh! Bayangan Wina kembali bermain di kepalanya. Sialll! batin Revan yang miliknya tidak juga tegang. Revan menurunkan celananya dan menggosok-gosokkan miliknya ke milik Gina, gadis itu menggeliat merasakan sesuatu yang kenyal menyentuh miliknya, di bukanya pahanya lebih lebar lagi dan terlihatlah goa dengan batu warna pink di tengah-tengah. Mata Revan menatap nanar milik Gina, miliknya tidak sekalipun tegang melihatnya.

" Sorry, Gina!" kata Revan, kemudian dia memakai pakaiannya dengan cepat dan keluar meninggalkan Gina,

" Revannnnn!" teriak Gina dengan airmata bercucuran. Revan menghantam dinding yang berada di dekat pintu lift. Brengsek lo Win! Apa yang lo lakukan ke gue! batin Revan marah.

Sementara Andra pergi ke sebuah Pub untuk mabuk-mabukan. Anzel dan Boris yang melihat Bosnya hanya diam saja tidak berani melakuka apa-apa.

" Kenapa kamu melakukan ini padaku? Apa salahku?" racau Andra yang mulai mabuk.

" Aku sangat mencintaimu! Tapi apa yang aku dapatkan?" kata Andra lagi.

Hampir tiap malam Andra pergi mabuk-mabukan sepulang dari bekerja, untung ada Boris dan Anzel, jadi tidak ada satu wanitapun yang berani mendekati Andra. Sudah sebulan Andra tidak datang menemui Reva, bahkan mengangkat telpon dari Reva saja Andra tdak sudi. Andra lalu kembali ke Negara Y dan mencoba untuk melupakan Reva. Tapi karena dia harus memberikan ketegasan pada Reva, dia kembali sebulan kemudian untuk meluruskan semuanya. Saat dia telah berdiri di depan pagar rumah Reva, dia teringat lagi isi video itu, dengan cepat dia pergi meninggalkan rumah itu dan menuju ke sebuah Bar langganannya.

" Apa kita hubungi saja Nona Reva?" tanya Anzel saat melihat Bosnya telah mabuk.

" Lebih baik seperti itu!" kata Boris. Lalu mereka menelpon Reva yang kebetulan tidak bisa tidur.

" Halo, Anzel? Ada apa? Apa ada yang terjadi pada Andra?" tanya Reva panik. ( Nona! Bos mabuk berat!)

" Apa? Dia ada disini? Dimana?" tanya Reva. ( Saya akan menjemput Nona!" kata Anzel )

" Iya!" jawab Reva mematikan panggilan Boris dan menuju walk in closet untuk mengganti pakaian. Lalu Boris menjemputnya di rumah.

" Kapan dia datang? Dia pasti sangat kecewa padaku, kan Anzel? Aku tidak pantas untuknya!" ucap Reva dengan airmata yang bercucuran. Boris hanya terdiam mendengar ucapan calon istri Bosnya yang terdengar walau pelan. Mereka telah sampai di sebuah Bar ternama di sana dan Boris membawa masuk Reva. Reva terasa miris melihat keadaan Andra yang berantakan, airmatanya berlinang melihat calon suaminya yang seperti itu.

" Dra! Kita pulang!" kata Reva memegang lengan kekasihnya.

" Lepasinnnn! Siapa...lo? Wajah...lo...seper...ti...dia!" ucap Andra mabuk.

" Ini aku, Dra! Reva!" ucap Reva membelai wajah Andra.

" Reva? Pergiii! Aku benci...dia! Penghi...anattttt!" teriak Andra marah. Tangis Reva semakin menjadi, dia tidak tahan lagi dan berlari keluar, sementara Anzel tidak bisa berbuat apa-apa.

avataravatar
Next chapter