75 Menemani Kakak Jus Jeruknya 2

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

"Apakah semuanya ingat, kalau pekan olahraga akan dilaksanakan pada besok Jumat??" Lanjut Guru.

"Ingat…" Jawab Xiaotu dari belakang teman-teman dengan penuh emosi.

Sore hari saat ayah Cheng Zhiyan menjemput Xiaotu pulang sekolah, dia melihat Xiaotu yang berjalan tampak lemas dan ekspresinya sangat lesu. "Xiaotu, kenapa hari ini tampak seperti tidak bahagia?" Tanya ayah Cheng Zhiyan.

"Hm…" Jawab Xiaotu lirih sambil kedua tangannya merangkul tasnya dan masih menundukkan kepalanya sembari menendang batu-batu kecil yang ada di hadapannya. 

Ayah Cheng Zhiyan turun dari motornya lalu menghampiri Xiaotu. "Ada apa?" Tanya Cheng Zhiyan sambil membungkukkan badan di sebelah Xiaotu. 

"Paman Cheng…." Akhirnya Xiaotu mendongakkan kepalanya dan menatap mata ayah Cheng Zhiyan dengan sepasang mata bulatnya.

Ayah Cheng Zhiyan memakai kacamata dengan bingkai kacamata keemasan, tatapan matanya sangat tajam. Dia selalu tersenyum ketika melihat Xiaotu. Sama lembutnya dengan Cheng Zhiyan. Namun, entah mengapa tiap melihat ayah Cheng Zhiyan, Xiaotu selalu teringat ayahnya.

Dalam benaknya, Xiaotu seperti melihat ayahnya yang selalu mengenakan seragam tentara hijau tua. Tampak tinggi dan gagah dengan rambut pendeknya. Wajahnya terlihat sejuk, dan bibirnya sedikit menekuk saat tersenyum. Sangat manis. 

Sayangnya, mereka berdua adalah orang yang berbeda, hanya saja memberi perasaan yang sama.

Xiaotu yang dari tadi memandangi ayah Cheng Zhiyan tak kuasa menahan air matanya.

"Kamu kenapa, Xiaotu?" Tanya ayah Cheng Zhiyan terkejut karena Xiaotu tiba-tiba menangis. Dia pun panik dan menepuk-nepuk lembut pundak Xiaotu. "Apakah ada temanmu yang nakal padamu? Katakan pada paman, paman pasti akan membela mu." Tanya ayah Cheng Zhiyan dengan penuh perhatian. 

"Bukan.." Xiaotu masih menangis dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku rindu ayah…" Lanjut Xiaotu dengan terisak-isak.

Ayah Cheng Zhiyan sedikit terkejut mendengar jawaban Xiaotu, karena selama ini dia tidak pernah berkata seperti itu.

Zhou Yue sudah menceritakan kepadanya mengenai kepergian ayah Xiaotu. Xiaotu yang malang, dia masih kecil namun sudah tidak mempunyai ayah. Ayah Cheng Zhiyan juga sering meminta tolong Zhou Yue untuk menjaga Xiaotu. 

Semua orang mengira Xiaotu hanyalah anak kecil yang akan dengan mudah melupakan hal itu. 

Namun, sekarang lihatlah. Ingatan anak kecil justru tidak mudah hilang.

"Jangan menangis, Xiaotu." Ayah Cheng Zhiyan mencoba menenangkan Xiaotu dan memeluknya. "Kenapa kamu tiba-tiba merindukan ayahmu?" Tanya ayah Cheng Zhiyan sambil mengelus-elus kepala Xiaotu yang disandarkan di pundaknya,

"Guru bilang kalau besok Jumat akan ada pekan olahraga, para orang tua harus ikut. Sedangkan ayahku tidak bisa pulang, ibuku sibuk bekerja, dan Kakak Jus Jeruk juga bukan orang tuaku, huhuhu." Kata Xiaotu dengan suara yang sengau.

"Oh jadi karena ini." Ayah Cheng Zhiyan tak bisa menahan tawa kecilnya. "Kalau begitu biarkan paman saja yang menemanimu."

"Memangnya paman orang tuaku?" Tanya Xiaotu sambil mendongakkan kepalanya, dan mengusap hidungnya. Wajahnya terlihat sangat menyedihkan.

"Hm..., suatu saat kamu kan akan menikah dengan Kakak Jus Jeruk. Ketika kamu sudah menikah dengan Kakak Jus Jeruk, kamu akan memanggilku ayah, dan memanggil Bibi Zhou ibu. Daripada menunggu lama, lebih baik sekarang saja kamu memanggilku ayah."

"Ha??" Xiaotu bingung, tidak tahu harus berkata apa. "Aku besok juga harus memanggil Bibi Zhou dengan sebutan ibu?"

avataravatar
Next chapter