49 Ayah Mertua Yang Baik 3

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Akhirnya Cheng Zhiyan membangunkan Xiaotu, Setelah Xiaotu berbaring di dalam selimut sekitar satu hingga dua jam,

Setelah itu menunggu Xiaotu selesai cuci muka, gosok gigi dan sarapan.

Xiaotu dengan gelisah mengikuti Zhou Wei dari belakang, dan tidak berkata apa-apa.

Zhou Wei memutar badannya, lalu tersenyum melihat Xiaotu. Zhou Wei membungkuk dan bertanya: Xiaotu, mengapa kamu mengikuti di belakangku? Apa ada yang ingin kamu bicarakan denganku?"

"Hm iya…" Xiaotu menganggukkan kepalanya dengan serius: "Bibi Zhou, bisakah aku….bisakah aku memakai bedak??

"Bedak??" Zhou Wei sedikit terkejut dan heran, lalu tersenyum : "Kamu masih kecil, mengapa ingin memakai bedak??"

"Hari ini ayahku akan datang…" Xiaotu sedikit malu-mau saat berbicara.

"Oh..untuk kamu ingin tampil cantik di depan ayahmu ya…" Zhou Wei menganggukkan kepala sebagai tanda paham. Zhou Wei menggandeng Xiaotu naik ke lantai atas sambil berkata "Baiklah, bibi akan mendandani kamu."

Cheng Zhiyan yang masih makan mendengar hal itu langsung menengadahkan kepalanya, melihat punggung kecil Xiaotu dan ibunya. Cheng Zhiyan hanya bisa menggelengkan kepala.

10 menit kemudian, Xiaotu dengan gembira keluar dari kamar Bibi Zhou.

Zhou Wei tak hanya memberi bedak Xiaotu, Zhou Wei juga memberikan titik merah di dahi Xiaotu. Lalu Zhou Wei mengambilkan bunga merah besar dari lemarinya dan mengikatnya di kepangan rambut Xiaotu.

Ditambah Xiaotu yang hari ini mengenakan mantel besar berwarna merah, anak ini benar-benar terlihat seperti boneka Tahun Baru.

Cheng Zhiyan tertegun saat melihat penampilan Xiaotu, dia tidak mengatakan apapun, lalu menundukkan kepalanya dan melanjutkan makannya.

Xiaotu pergi ke hadapan Cheng Zhiyan, dan dengan riang bertanya: "Kakak Jus Jeruk, apakah kau bisa melihatnya?? Lihat bunga cantik yang ada di kepalaku."

"Iya, aku bisa melihatnya." Padahal Zheng Zhiyan sama sekali tidak memalingkan wajahnya.

"Bagus, kan, bagus, kan???"

"Bagus." Cheng Zhiyan hanya sekedar menjawab Xiaotu.

"Hehehe...." Xiaotu tertawa seperti orang bodoh, dan dengan bahagia memutar badannya ke arah cermin.

Akhirnya, menjelang sore hari ayah dan ibu Xiaotu pulang juga.

Ketika Zhou Wei membuka pintu, dengan cepat bagaikan panah, Xiaotu menyusul Zhou Wei.

Di luar, matahari bersinar terang, awan biru bagaikan batu safir, terdengar suara gesekkan ranting-ranting pohon karena hembusan angin.

Matahari menyinari kedatangan ayah Xiaotu. Ayah Xiaotu menghampiri Xiaotu dengan senyum lebar di wajahnya.

Dia mengenakan seragam tentara tanpa topi, tubuh tingginya berdiri dengan tegak, alis yang indah, menunjukkan ekspresi gembira dan penuh semangat.

Tepat di depan pintu, Xiaotu menghentikan larinya. Xiaotu melihat laki-laki tampan dan tinggi yang berada di hadapannya. Dalam benak Xiaotu, laki-laki itu tidak seperti apa yang dia pikirkan selama ini. Entah mengapa, hatinya yang selama ini penuh dengan penantian berubah menjadi canggung.

Ayah Xiaotu memandangi putrinya yang sudah lama tidak bertemu dengannya, dirinya tak bisa menahan diri untuk memanggil: "Xiaotu"

Lalu membungkukkan badanya, dan mengarahkan kedua tangannya ke hadapan Xiaotu.

Tak lama, sepasang kaki kecil Xiaotu segera berlari ke arah Ayah Xiaotu dan menabrakkan dirinya. 

Tercium aroma tembakau berpadu dengan udara dingin, merangsang syarafnya, sedikit tertusuk-tusuk oleh jenggot sang ayah yang digosokkan ke pipinya.

Sejenak Xiaotu sangat bahagia, namun tiba-tiba kedua tangan Xiaotu sedikit mendorong sang Ayah, lalu mengusap pipinya yang putih bersih. Lalu berteriak: "Ayah, jenggotmu terlalu kasar."

avataravatar
Next chapter