14 Gibran Pratama

"Enggak bisa gitu dong, Gibran."

["Rupanya kamu memang sudah suka sama Bosmu."]

"Kamu tahu, aku butuh pekerjaan ini. Enggak akan mungkin aku lepas."

["Anna, aku pusing lihat beritamu di mana-mana, kamu enggak ngerti perasaanku apa?"]

"Aku minta maaf, tapi kan ini bukan kemauanku, aku terpaksa kamu tahu itu."

["Sudahlah aku capek."]

Panggilan tersebut dimatikan oleh Gibran yang sepertinya kesal. 

Sedangkan Anna semakin pusing dengan masalahnya. Ia hanya membutuhkan orang yang mendukungnya, itu saja. Sebelumnya Gibran yang selalu mendukungnya. Namun, setelah beberapa minggu terakhir sudah berbeda. 

***

"Berangkat sama siapa?"

"Biasa, naik Bus, kenapa Dan?"

"Tanya saja, kali saja kamu sama Pak Aksel lagi."

"Aku malah takut sama Pak Aksel, kalau lama-lama dia begitu."

"Gimana?"

"Ya aneh saja."

"Kayaknya ada yang beda dari kamu, makanya Pak Aksel begitu. Oh iya kemarin gimana? Sampai sore kamu enggak ada balik ke kantor."

"Aduh, kacau. Kami selesai sampai malam."

"Eksekusi beneran?"

"Kamu tahu perihal eksekusi?"

"Ya tahulah, itu kan umumnya. Pasti dieksekusi sama Pak Aksel."

"Soal hukumannya tahu?"

Danita menggelengkan kepalanya.

"Aku bingung, dia kayaknya orang yang cukup 'liar' kenapa ada hal yang menyinggung itu marah banget ya."

"Kamu harus banyak belajar sama Pak Edric deh, biar nggak kaget kondisinya."

"Apa susahnya sih kamu yang bilang aja, Dan."

"Aduh aku takut salah, kerjaan juga numpuk nanti deh lambat laun kamu bakal tahu semuanya."

Anna hanya mengernyit, kembali bekerja. Menatap berkas-berkas yang bertumpuk kian menjadi gunung. 

Semakin banyak tugasnya maka semakin lama pula ia akan pulang bekerja. Malam ini Anna memutuskan untuk lembur kembali, melihat tugasnya semakin menumpuk.

"Mbak Anna!"

Anna menatap orang yang memanggilnya dengan sebutan "Mbak" tersebut di depan mejanya. Ia perempuan dan usianya cukup tak muda.

"Loh kok manggil Mbak? Dikira tadi siapa."

"Habis Mbak Anna itu kan dari namanya mirip jawa, gimana Mbak sehat?" tanya Ibu pegawai kebersihan di kantor tersebut dan sudah cukup lama bekerja di sana. 

"Sehat kok Mbak, memangnya Aku kenapa?"

"Lihat Mbak Anna pergi terus jadi kupikir capek begitu, ini dibawakan makanan ya berbagi sama Mbak Danita juga boleh," ucap Ibu tersebut dengan ramah.

"Wah aku dapet juga ya Mbak," timpal Danita yang sudah meratapi makanan tersebut.

"Makasih loh Mbak, repot banget. Makasih ya," Anna ramah sekali pada Ibu tersebut. Tak lama dari itu Ibu tersebut melanjutkan pekerjaannya.

Anna menaruh sekotak makanan tersebut di antara meja kerjanya dan Danita. Tanpa menunggu lama Danita menyerbu makanan tersebut. 

"Kamu kenal dekat sama Mbak Sri?"

"Enggak kok. Kan duluan kamu kerja di sininya."

"Aelah beda 3 bulan doang. Iya kayaknya Mbak Sri kenal kamu banget."

"Mungkin karena sering nunggu Bus bareng kali ya. Tapi orangnya baik sih."

Danita mengangguk-anggukkan kepalanya seraya melahap makanan tersebut. Ia fokus dengan makanan tersebut.

Bruk!

"Weis santai dong!" tegur Danita pada karyawan muda tersebut.

"Berkas apaan?"

"Ini kak, berkas klien di hotel Marabella kemarin kata Pak Edric suruh kakak simpan saja."

"Oo, taruh ke lemari itu saja dong sekalian, heheh" pinta Anna. 

"Karena Kak Anna cantik dan baik hati saya bantu, kalau kak Danita enggak."

"Dih apaan lu, mana ada ya."

Zico, karyawan muda yang bekerja di kantor Aksel. Ia kerap berbaur dengan Anna, dan Danita karena mereka tak menjaga jarak dan juga memang sering makan bersama. Kedekatan mereka bermula saat Zico mendapat banyak sekali tugas, karena Anna dan Danita tak tega, mereka lembur bersama membantunya. 

"Sudah kak."

"Okay thank you."

"Sekarang ada menu enak di kantin!"

"Sumpah? Apa?"

"Yang jelas ada ayam saus, sosis, sayurannya, apa lagi ya lupa pokoknya enak!"

Anna dan Danita bertatapan memainkan matanya "Oke nanti kita makan bareng ya!" seru Danita dengan senang.

Setelahnya Zico pergi ke ruangannya kembali. Saat ini mereka pasti tidak sabar untuk makan siang. 

Anna cepat-cepat mengerjakan tugasnya, tidak bercanda dengan Danita. Mereka fokus untuk makan siang enak nanti.

12.30 WIB

"Sudah kelar belum?"

"Oke yuk ke bawah."

"Buruan Danita, nanti Pak Aksel manggil lagi."

Mereka cepat melarikan diri ke kantin. Karena akhir-akhir ini Aksel kerap memanggil Anna untuk pekerjaannya.

Di sana sudah ada Zico yang melambai-lambaikan tangannya. Rupanya ia sudah menempati satu meja kosong untuk mereka bertiga.

Anna dan Danita menghampiri Zico dengan membawa nampan makanannya. 

"Sudah lama?"

"Belum lama kak, gimana menunya?"

"Ini sih enak!" Danita menyahuti dengan semangat.

"Tapi ya selama di sini makanannya enggak pernah gagal deh."

"Betul banget kak."

"Memang begitu, mana mungkin Pak Aksel buat kantinnya buruk."

"Padahal orangnya jahat, kenapa bisa gini ya, Dan?"

"Kalian mau makan apa wawancara sih? Makan dulu deh."

Rasa penasaran Anna dan Zico harus tertahan oleh Danita yang lahap makan siangnya tersebut. 

Beberapa menit berlalu, waktu istirahat mereka masih ada setengah jam lagi. Karena istirahat mereka 1 jam lamanya. 

"Buruan, apa alasannya?" tutur Anna yang penasaran.

"Kalian tahu kan Pak Aksel super perfecto, kaya, dan menginginkan semua keindahan dunia. Dia kagak mau karyawannya berpaling sedikitpun ke tempat lain, makanya dibuat tempat senyaman ini, walaupun nih ya dia galak."

Anna dan Zico mengangguk kepalanya perlahan, sembari minum yang ada di mejanya.

"Paham?"

Anna mengangguk bersamaan dengan Zico.

"Aman saja sih kalau kerja di sini, cuma hati dan mental harus kuat ya, Anna!"

"Dih kenapa aku?"

"Kak, gimana jadi pacar Boss?" Zico bertanya.

"Zico," panggil Anna dengan tatapan tajam.

Zico hanya berdeham saja.

"Tolong jangan buat badmood, muak tahu enggak sih dengarnya."

"Sama pacar sendiri enggak boleh begitu, ya kan Zic?" imbuh Danita sengaja mempermainkan sahabatnya tersebut.

"Wah kalian ini enggak asik banget dah."

"Ya kan Zico juga penasaran kak, rasanya gimana."

"Kalau kamu penasaran pacarin aja itu Pak Akselnya."

"Saya masih normal kali kak."

"Ya udah nggak usah mancing!"

Danita dan Zico senang menggoda Anna yang mulai mengerucutkan bibirnya. 

"Anna, kayaknya pacar kamu mau ke sini deh," ucap Danita memperhatikan sosok yang berjalan sempurna di belakang Anna.

Deg!

Beberapa pasang mata menyaksikan kedatangan Aksel dengan sebelah tangannya dalam saku dan berjalan gagah.

"Sudah selesai bicaranya?"

"Eh Pak Aksel, sebenarnya kami tadi mau ke kantor cuma baru selesai," jawab Anna ragu.

"Kamu tahu jam berapa?"

"Tahu pak, tapi kan ini masih istirahat."

"Pak, silakan duduk," ucap Zico dengan takut menawarkan kursinya dan kini ia duduk samping Anna. 

Tidak biasanya Aksel akan menginjakkan kakinya ke kantin. Namun, kali ini berbeda. Ia ke kantin dan menemui Anna.

avataravatar
Next chapter