1 Awal Perjalanan Panjang

"Plaaaaak" ....

Bunyi tamparan yang amat keras mendarat dipipi anak perempuan pertama dari Henry Wijaya, seorang pengusaha yang lumayan sukses di Kota J.

"Papa ... Ampun", jerit Anastasia, gadis malang yang baru ditampar oleh Papanya.

"Papa, jangan terlalu kasar dengan kakak, dia sedang hamil papa. Itu cucu papa", ujar Adelia anak gadis kedua Henry Wijaya.

Dia maju memeluk kakaknya yang bersimpuh di hadapan ayah mereka. Tampak tubuh Henry Wijaya bergetar karena menahan amarah yang teramat besar, sementara disisi lain Indriyani, istri dari Henry Wijaya terduduk lemas dipelukan kakak perempuannya, menangisi nasib anak perempuan pertama nya. Dia tidak dapat berbuat banyak menghadapi kemarahan suaminya karena Anastasia memang sudah melakukan kesalahan yang teramat besar.

"Teganya kamu dengan Michael mencoreng muka papa dengan jelaga? Kurang apa kami dalam mendidikmu? Kurang apa kami mendukung semua pendidikan Michael, tega-teganya dia melakukan hal ini pada kami?", perkataan Henry Wijaya dengan nada amarah yang tertahan.

Tak lama datang segerombolan orang dengan satu orang pria yang mukanya hampir sudah tidak bisa dikenali. Keluarga Besar dari Henry Wijaya melakukan main hakim sendiri terhadap pria yang bernama Michael tersebut.

"Ini om pelakunya yg sudah seperti kacang lupa kulitnya. Brengsek yang tak tau malu", ujar seorang keponakan Henry Wijaya. Anastasia menjerit menghampiri pria tersebut.

"Saaaayaaang, bagaimana ini", jeritnya. Michael segera memeluk Anastasia.

"Sabar ya. Aku yang akan hadapi", ujar pria itu tegas dengan muka bonyoknya.

Lalu pria yang bernama Michael itu pun berjalan tertatih menuju Henry Wijaya, sempat akan ditahan oleh kerabat nya tetapi Henry Wijaya memberikan kode agar membiarkan Michael berjalan ke arahnya.

Setelah beberapa langkah di hadapan Henry Wijaya, Michael bersimpuh dan berkata, "Maaf bapak Henry, saya telah menikahi anak bapak tanpa sepengetahuan bapak. Kami saling mencintai dan kami benar-benar tidak ingin dipisahkan. Saya memang kurang ajar karena tanpa ijin dari bapak telah berani mengambil harta berharga bapak, tetapi saya tidak dapat membohongi hati saya sendiri. Saya sangat mencintai Anastasia, tanpa kami sadari, cinta kami sudah terlalu kuat untuk dipisahkan, makanya kami memutuskan menikah jauh dari keluarga. Kalau bapak mau menghukum, hukum saya saja, jangan hukum Anastasia. Dia tidak bersalah apapun", kata Michael lugas.

Saat Henry Wijaya akan mengangkat tangannya utk menampar Michael, dengan sigap Adelia yang berada di dekatnya menangkap tangan papanya.

"Papa, sudah cukup papa. Lihatlah kakak Ipar sudah terluka parah seperti itu papa. Ikhlaskan pernikahan mereka papa, restui pernikahan ini. Kasihan kakak, dia sedang mengandung cucu papa, jangan sampai ada apapun dengan dia atau bayinya, nanti papa juga yang menyesal", ujar lembut Adelia. Emosi Henry Wijaya agak sedikit reda mendengar perkataan anak kesayangan nya.

"Tapi mereka sudah melangkahi papa, mereka seperti tidak menganggap papa", kata Henry Wijaya terduduk lemas di tempat duduk di dekatnya.

"Sabar papa. Restui kakak dengan kakak ipar. Urusan pernikahan dengan keluarga Utomo biar aku yang menggantikan posisi kakak, sehingga tidak ada lagi hutang Budi antara keluarga kita dengan mereka", ujar Adelia, berusaha menenangkan papanya. Henry Wijaya menatap anak kesayangan nya, dia membelai pipi anaknya dengan lembut.

"Terbuat dari apa hatimu nak. Kenapa kamu mengorbankan dirimu demi kami? Bagaimana dengan kekasihmu, bukankah kau sudah memiliki kekasih?", ujar Henry Wijaya lembut.

"Ngga ada papa, aku tidak sedang berhubungan dengan siapapun. Aku juga tidak mengorbankan diriku, aku hanya menjalankan kewajiban ku untuk melunasi hutang keluargaku. Tolong restui mereka ya papa", pinta Adelia memelas. Henry Wijaya menatap anaknya lembut kemudian mengubah tatapannya menjadi tatapan garang ke arah Anastasia dan Michael.

"Baiklah, karena memang nasi sudah jadi bubur dan tidak ada yang bisa aku lakukan lagi, aku restui kalian berdua", ujarnya tegas. Lalu dengan langkah pasti dia berjalan menuju ruang kerjanya. Anastasia berlari memeluk Michael dan Michael dengan sigap menangkap tubuh mungil istrinya.

"Terimakasih nona Adelia", ujar Michael terharu menatap Adelia.

"Kakak Ipar, aku yang sekarang menjadi marah. Kenapa kamu memanggilku dengan sebutan nona? Aku kan adikmu, panggil dengan namaku", ujarnya sambil memeluk kakak nya Anastasia.

"Ayo minta restu sama mama dan kamu kakak ipar, kamu harus diantar ke rumah sakit setelah nya, aku tak mau saat pernikahan ku, kau mencuri perhatian tamu dengan muka babak belurmu", ujar Adelia menggoda.

Michael tersenyum dan dia membimbing istrinya memohon restu kepada Indriyani. Indriyani memeluk mereka dengan rasa haru yang teramat, dia juga tersenyum pada anak keduanya yang bisa menyelesaikan masalah yang sangat pelik dalam keluarga mereka.

avataravatar
Next chapter