10 10 Kemarahan Devan

" Tuan mereka menemukan Marco dalam keadaan meninggal sesaat sebelum anak buahku datang. sepertinya Marco di bunuh karena di temukan berapa luka tembakan "

" suruh anak buahmu mundur, ini adalah jebakan untuk menjatuhkan kita "

" Baik tuan "

' Rupanya kamu ingin bermain main dengan ku, baik kita lihat siapa yang akan maju menjadi pemenangnya

" Mila, kamu dipanggil Bu Mita beliau ada di ruangannya "

" baiklah aku pergi dulu Lusi, tolong gantikan pekerjaan sebentar "

" ok siapppp "

Tok tok !!

" masuk " Mila memasuki ruangan, terlihat seorang wanita terlihat cantik meskipun usianya menginjak empat puluh tahunan.

" silahkan duduk, apa kamu karyawan yang baru kemarin masuk ?"

" benar Bu "

" baik, apa kamu tau kenapa saya memanggilmu "

" tidak Bu, apa saya ada kesalahan dalam bekerja ?"

" tidak. hanya saja mulai besok tugas kamu, setiap hari membersikan ruangan Presdir dan setiap jam 10 kamu harus mengantarkan kopi hitam tanpa gula. satu lagi saat membersihkan ruangan Presdir, sebelum beliau tiba di kantor. apa kamu sudah jelas tugas kamu ?"

" saya mengerti Bu "

" baiklah silahkan kamu kembali bekerja, jangan lupa tugas kamu besok "

" baik Bu, saya permisi "

Saat keluar dari ruangan Bu Mita, Mila yang terburu buru ingin ke kamar mandi tak menyadari jika di hadapan nya ada seseorang yang sedang berjalan kearahnya. tabrakan pun tak terelakkan Mila yang memiliki badan kecil pun terpelanting ke lantai.

" aduhh sakitnya "

" Apa yang kamu lakukan di sini..?" suara dingin terdengar gendang telinga membuat Mila mengangkat wajahnya.

" Anda bertanya apa yang saya lakukan disini, tentu saja saya bekerja disini, seharusnya saya yang bertanya pada anda, kenapa anda berjalan tidak liat liat, sudah jelas saya sedang terburu buru bukan nya anda menggeser tapi Anda sengaja menabrak saya ." Devan menautkan kedua alisnya melihat sikap kurang ajar gadis di depannya.

" Apa kamu tidak tau siapa saya, sampai kamu berani bicara lancang di di depan saya " kata demi kata yang penuh penekanan membuat Mila menciut. namun dengan gaya tak bersalahnya Mila terus berdebat dengan Devan.

" Tidak dan saya tidak peduli siapa anda karena dari awal Anda yang salah karena menabrak saya "

" Baik kita buktikan siapa yang salah. tunggu waktunya "setelah membisikkan kata tepat di telinga Mila, Devan pergi melewati Mila begitu saja yang masih tergagap atas ucapan Devan.

" Mila kamu kenapa, apa Bu mita memarahimu atau ada sesuatu terjadi katakan Mila ?"

" tidak ada Lusi, ayo kita makan siang bukannya sebentar lagi waktu istirahat tiba " mereka pergi ke kantin kantor, Mila yang mengingat kata kata Devan membuatnya terus menggelengkan kepala.

di sebuah ruang bawah tanah seorang yang terkapar tubuhnya yang babak belur Tek membuatnya menyerah. Brakk !!!

Devan yang emosi langsung menggebrak meja. semua anak buahnya panas dingin terlihat tubuh mereka bergetar karena takut jadi pelampiasan kemarahan tuannya.tak terkecuali Ben sang asisten pribadi nya.

" Seret orang itu kemari " suara dingin Devan penuh penekanan.

dua orang berbadan besar menyeret orang tanpa belas kasihan kehadapan Devan.

" Katakan siapa yang menyuruhmu hah "

" Baik jika kamu tetap tutup mulut, anak gadismu akan aku jadi pelacur " ancam Devan.

" tidak jangan lakukan apapun pada putriku, aku tidak tau siapa mereka "

Buugg

Satu pukulan mengenai pelipis matanya. namun tak membuatnya buka mulut.

" Baik masih tetap bungkam, seret gadis itu keluar !!!" wanita keluar dengan posisi tangan terikat dan mulutnya dilakban.

kekawatiran merasukinya, pilihan yang sulit mengakui dia akan mati, tetap bungkam diapun akan mati namun yang pasti dia ingin anak dan istrinya tetap selamat.

" baik akan saya katakan, dengan satu syarat "

" Beraninya kau mengajukan syarat pada tuan kami " bentak Ben sang asisten.

" Apa syarat nya ??"

" Selamatkan anak dan istriku, sembunyikan Meraka sejauh mungkin jangan biarkan mereka menemukan keluargaku " teerangnya. Devan menghentikan Ben yang sudah bersiap akan memberikan pukulan.

" Hanya itu saja ?" dia hanya mengangguk.

" Baik masalah kecil, sekarang katakan siapa yang sudah menyuruhmu menjadi mata mata ?"

" Tuan Anthony, dia yang menyuruhku bakhan dia sudah lebih dulu membunuh Marco tuan, sekarang tolong selamatkan keluargaku dari tangan tuan Anthony aku mohon tuan "

tanpa di duga Devan yang terlihat tenang ternyata tanpa pikir menarik pistol yang ada di meja dan menari pelatuknya.

Dorrr

sang penghianat mati didepan sang anak yang langsung pingsan.

" Buang manyatnya dan tempatkan keluarganya di pinggir kota Meraka akan aman disana " perintah Devan yang di angguki anak buahnya.

avataravatar
Next chapter