16 Pucuk ubi (Daun singkong)

Aku masih duduk di tempat yang sama di kursi tamu masih dalam lamunan masalaluku dikampus.

ting tong ting tong🎶

Suara hp menyadarkanku tentang lamunanku. sebuah pesan dari orang yang tidak aku kenal.

betapa kecewanya aku, aku berharap pesan itu dari orang yang aku tunggu dari tadi.

ting tong ting tong🎶

Hp berbunyi lagi, tapi kali ini lain, pesannya dari bang okta.

📩 Maaf fi,baru kasih kabar,ini abang baru pulang main sama kawan. sofi lagi apa sudah mandi?

Begiti senangnya aku mendapat pesan darinya tidak ubahnya anak kecil diberi sebuah permen kesukaannya.

📨 Iya bang, enggak apa-apa bang, ini lagi duduk aja dirumah, sudah bang. Abang belum kan?? ya udah abang mandi aja dulu, bau asem.

📩 Hahaha iya belum ini mau mandi,udah sore bentar lagi mau magrib siap-siap shalat gih...tau dari mana asem kan sofi jauh mana bisa tercium.

mendengar kata jauh dari dia sungguh tidak enak,karena kata itu yang membuat jarak antara kita.

📨 iya jauh😥😥😥😥 ya sofi mau siap-siap dulu. nanti kita sambung ya.

Dia tidak membalas pesanku lagi, dan aku menuju kamar mandi untuk berwudhu dan siap-siap untuk shalat, dia sangat pengertian dan selalu mengingatkan untuk ingat kepada sang pencipta.

Ayah sudah bersiap-siap untuk shalat dan sudah duduk di sajadahnya sedangkan ibu masih dikamar mandi, tidak lama suara adzan berkumandang kami menjalani shalat magrib berjamaah diruang tamu, karena memang tidak ada ruangan lain yang luas dibandingkan ruangan tamu dan kami tidak memiliki tempat shalat khusus didalam rumah.

Selesai shalat, tentu saja agenda berikutnya adalah makan malam bersama. Aku membantu ibu menyiapkan makanan diruangan dapur. Kami tidak memiliki meja makan namun kami makan bersama diruang dapur dengan dialaskan tikar. diruang dapur ada TV jadi kebiasaan buruk kami makan sambil nonton TV.

Namun di kejauhan sana Okta sudah siap melakukan shalat dan siap-siap untuk membeli makanan diluar. Tempat tinggalnya tidak begitu jauh dari rumah makan, sehingga dia hanya berjalan kaki kesana. Membeli sebungkus nasi,beberapa sambal dan kerupuk.

Sedangkan aku masih makan bersama dengan ayah dan ibu.

Setelah siap makan dan membersihkan alat-alat makan, aku lalu masuk kekamarku. Kali ini aku yang mengirim pesan kepadanya.

📨Abang lagi apa?sudah makan?

namun pesan itu belum dibaca.

beberapa menit kemudian baru ada balasan darinya.

📩 maaf fi, baru dibalas, abang lagi makan tadi. sofi sudah makan?

📨 ini baru sudah makan juga, abang makan pake apa?

📩 sama yaa sehati kitanya, yaa makan pake tangan lah masa pake kaki...hahha

📨 hahhaa bukan itu maksud sofi, abang makan pake sambal apa?

📩oooo pake gulai pucuk ubi (daun singkong) sama jengkol. sofi suka gulainya?

📨 wah selera abang neh ada-ada aja, heheh sika dikit tapi.

📩 Hahaha kirain sofi enggak suka, abang tadi makan ikan juga. Sofi bisa masak?

📨 Emang sebenarnya nggak suka,karena abang yang suka jadi ikutan suka pucuk ubinya, Hmmm enggak bisa. abang bisa?

📩 Bisa kalau masak untuk sofi, wkwkkw belajar masaklah emang mau makan apa kita nanti.

OMG, dengar kata-kata itu dari dia serasa mai terbang bebas keangkasa. hahaha lebay.

aku membalas pesannya dengan candaan.

📨 Makannya pake nasi lah masa pake batu ada-ada abang ini.hahhaha

📩Waaah udah hebat sekarang yaa...belajar dari siapa?

📨 belajar dari abang lah, abang yang suka makan pucuk ubi sama jengkol.wkwkkwkww

Aku tertawa sendiri dikamar tiba-tiba ibu datang.

"Kamu kok ketama sendiri? heran ibu sama kamu nak. Kamu sehat-sehat aja kan?" ibu bertanya heran

"hahaha, ibu ni kepo banget sih urusan anak muda juga, nggak ada yang sakit bu, cuma lagi senang aja bu,jawabku.

Memang banyak perubahan dari diriku setelah kenal dengannya. Laki-laki yang suka pucuk ubi.

Ibu masih heran denganku lalu ibu duduk dipinggir tempat tidur sambil melihat lincahnya jari jempolku membalas pesan darinya.

" Lagi main game ya?"tanya ibu.

"hmmm nggak main game kok bu"

"terus ngapain?"

"hehhee bales chat dari okta bu,"

"okta??? okta siapa nak?" tanya ibu penasaran.

"itu loh bu taruna dari padang kemaren" aku menjawab ibu sambil tersenyum.

" yaaah kamu sekarang bahagia banget, nanti putus malah nangis-nangis"

"iieh ibu ni pacaran aja enggak masa putus".

"Ya udah jangn terlalu suka nanti malah kecewa lagi" kata ibu menasehati.

"siip boss sambil mencium ibu.

Aku sangat dekat dengan ibu, ibu adalah tempat curhatku tempat mengadu. tapi ayah paling memanjakanku. Seharusnya tidak ada gunanya aku bersedih bulan kemaren, karena aku tidak kekurangan kasih sayang sedikitpun dirumah.

avataravatar
Next chapter