1 Pertemuan

Pagi yang indah aku mulai melangkahkan kaki menuju sebuah ruangan kecil untuk bersiap-siap. Hari ini aku ada janji untuk bertemu seseorang. Tiba-tiba terdengan deringan suara HP dengan nada lagu Korea, memang aku menyukai K-Pop dari sekolah dulu. Aku lihat sebuah panggilan dari Om Edi, Ya beliau adalah adik dari ibu ku. Aku menjawab telpon beliau

''ya, om ini lagi siap-siap sebentar lagi kesana'',jawabku sambil mengenakan jilbab pink muda yang selaras dengan baju kemeja pink kotak-kotak yang aku kenakan. om sudah menunggu ku dirumahnya. Rumahnya tak jauh dari rumah ku hanya berjarak 20 meter saja. Dengan pelan- pelan aku berjalan kesana, begitu cerah hari ini tanpa tau apa yang aku rasa akhir-akhir ini begitu berat menerima kenyataan kehilangang orang yang aku cinta karena dia berkhianat. Ini aktivitas pertama yang aku lakukan setelah sekian lama mengurung diri dirumah. Tidak banyak hal yang dapat aku lakukan saat itu setelah 3 bulan wisuda aku hanya berdiam diri dirumah merenungi masalah hati yang tak kunjung kelar. Peristiwa itu menjadi pukulan yang keras bagi ku sehingga aku mulai ingin pergi jauh dan meninggalkan semua kenangan pahit itu. Dua hari yang lalu aku sudah membeli tiket untuk ke tempat kakak ku yang bekerja di Bangko, tapi aku batalkan karena om meminta ku untuk menggantikannya bertemu dengan teman om yang ingin memperkenalkan kampusnya ke sekolah-sekolah yang ada di Sungai Penuh ini. Kenangan ini mengiringi perjalan singkat ku, akhirnya aku sudah sampai dirumah oom. Om Edi sedang duduk dikursinya hari ini dirinya keliahtan kurang sehat, oom Edi sudah lama sakit, sakit gagal ginjal yang sudah menjangkit di tubuhnya selama 7 tahun. Kondisi kesehatannya membuat oom jarang masuk kantor, oom adalah seorang pengawas sekolah. Aku mulai menyapanya.

"Om dah siap?"

lalu beliau menoleh sebentar lagi jawabnya. Aku duduk didekatnya lalu ia bercerita sedikit tentang tamu yang akan aku bantu hari ini. Ternyata yang datang adalah taruna dan direktur Akademi pelayaran yang ada di sebuah kota. Aku mulai tidak suka, aku membatalkan keberangkatan ku hanya untuk menemani orang-orang yang tak ku kenal sama sekali rasa kesal pun muncul. Tak lama kemudian oom sudah siap untuk pergi ke tempat dimana para tamu oom menginap. Dengan di boncengi oom kami mulai melewati jalan menuju sebuah Hotel dipojok kota. Di perjalanan tak hentinya bertanya dalam hati siapa yang akan ku temui hari ini. Tak lama kemudian dari kejauhan nampak serobongan orang berdiri dengan menggunakan seragamnya. Mereka telah menunggu kami dan berdiri di gerbang hotel. Kami memarkirkan motor di tempat parkir di depan hotel. Aku mulai merasa banyak mata yang sedang memperhatikan kami. sedaangkan aku sedang memandang seseorang disana siapa dia?? Dengan pelan aku berjalan mengikuti oom. Ada bapak-bapak menggunakan seragamnya dengan rapi dan di lengkapi sebuah topi hitam di kepalanya, ternyata bapak itu adalah direktur di Akademi itu. Oom memperkenalkan aku dengan beliau, dengar suara serak bapak itu memperkenalkan namanya dengan lirih bapak menyebutkan namanya "Capt Anwar". Ternyata bapak itu adalah seorang Kapten kapal. Oom sedang sibuk berbicara dengan Capt Anwar, sedangkan aku beralih pandangan menuju sosok pemuda berseragam putih dengan celana hitamnya terliahat rapi wajahnya pun berseri, pandangan ku terhenti karena ada seorang bapak yang berpakaian sama hanya balok dibahunya yang berbeda, mungkin bapak itu adalah dosen dan pemuda tadi juga dosen di Akademi itu. Aku mendekati bapak itu untuk berkenalan nama bapak itu adalah Ahmad lengkapnya adalah Bass. Ahmad seorang dosen teknik di akademi itu, disana juga ada 3 orang taruna yang ikut tapi kami tidak sempat kenalan, kami hanya bersalaman saja karena Capt Anwar sudah menyuruh kami masuk mobil, mobil itu di supiri seorang TU yang bekerja di Akademi itu. Konsentrasi ku mulai terpecahkan karena mengingat sebuah nama yang tertera di papan nama di dadanya "Okta" nama yang sempat aku lihat sebelum menaiki mobil. Aku mengira dia tidak beragama islam. Dimobil suasana ricuh karena banyak yang bercerita tetapi jarang ku dengar suara pemuda tadi. Salah satu taruna mereka adalah adek teman ku pas mengaji dulu namanya Ikbal dan dua orang taruna lainnya adalah Misbahuddin mereka memanggilnya Udin dan Yudi Danyon di akademi mereka. Oom masih sibuk berbincang dengan bapak-bapak itu. Dan aku hanya malu duduk dan memainkan gadget ku entah apa yang aku lihat di HP itu, semenjak tidak pacaran HP itu seperti HP rusak saja tanpa suara hanya terdengar sesekali,terkadang ada pesan dari operator dan terkadang dari teman dan yang paling banyak adalah BC dari teman-teman BBM.Namun Pikiran ku tetap tertuju kepada pemuda berseragam putih itu.

avataravatar
Next chapter