13 Kebanggaan

Setelah dua jam perjalanan bang okta sampai di kampusnya. Kampus bewarna biru dan putih seakan menunjukan birunya air laut yang mereka arungi.

Dia si rambut hitam legam dengan tahi lalat didagunya sangat mempesona ketika terpaan cahaya matahari disiang itu. Dia tidak langsung ke kelas atau ke ruang dosennya. tetapi dia menuju mushala kampus untuk melakukan shalat dzuhur. Hari ini dia begitu cerah secerah matahari, warna kulitnya sangat cocok dengan baju PDH berwarna krem yang sangat pas di tubuhnya. Tinggi badannya 175 cm ketika aku berdiri disebelahnya aku hanya seukuran telinganya saja, karena tinggiku 160 cm. Badannya cukup berotot karena taruna harus berfisik bagus, mereka juga melakukan latihan fisik setiap harinya. Dia berdiri menghadap kiblat begitu khusyuk menghadap sang pencipta.

Setelah selesai melakukan ibadah, dia menuju sebuah ruangan. Itu dalah ruangan Capt Anwar yang merupakan Direktur akademi tersebut. Mereka berbincang-bincang tentang persiapan ujian akhir mereka. Bang okta adalah seorang kadet (calon perwira) plus karena prestasinya.Ia pernah magang di kapal asing dan bersaing dari taruna akademi dan sekolah tinggi ilmu pelayaran lainnya. Betapa berkarismanya dia, dia adalah calon kapten dimasa depan.

********

Selagi bang okta sibuk dikampus, aku hanya tidur-tiduran dirumah saja, karena memang aku tidak punya kegiatan lainnya. kadang-kadang aku mengecek HP ku yg dari tadi belum ada satu pesan pun masuk, aku memutuskan untuk makan siang dulu. Dengan baju kusut seperti bngun tidur rambut dikucir berantakan, betapa senangnya hidupku saat ini kataku, tidak ada pekerjaan yang lain selain makan dan tidur. Terkadang ibu mengomeliku, selalu mengkritik penampilanku.

Baru satu suap makan, HP berbunyi. Dengan cepat aku berlari kedalam kamar dan tersandung dikursi, bruuuuksss..... aku terjatuh, lututku terasa ngilu. Berharap pesan darinya, tapi apa yang terjadi?

Bukan pesan darinya tapi pesan penipuan yang mengatakan aku menang undian. betapa kecewanya aku saat itu.

Namun selang berapa menit sebuah pesan masuk lagi, aku jadi malas melihatnya. Sambil memegangi lututku yang memar. Aku berjalan menuju dapur berniat untuk melanjutkan makan yang tertunda, sambil memakan ikan yang aku pegang.

Astaga itu pesan dari bang Okta.

📩fi, lagi apa? abang masih dikampus.

📨 ini bang sofi lagi makan, udah selesai urusannya?

📩 Udah, sekarang abang lagi dikantin kampus, mau makan sekarang. makan bareng kita ya, sofi makan disana abang makan disini.

sambil tersenyum aku membuka pesan BBM nya, lalu aku membalasnya dengan cepat.

📨 iya yuk makan bareng, abang makan apa?

📩 abang makan sate, abang paling suka sama sate, diingat ya hahhaa.

📨 waaah enak tuu, sofi mau mau mau....!!!iyaa deh diingat.

📩 Ya udah makan dulu sana, ntar balas pesannya, habisin makannya ya fi!

Wah betapa perhatiannya dia, kadang berpikir ingin mengatakan suka, tapi tetap tak bisa. Karena aku dan dia sangat berbeda, jarak pun ikut memisahkan kita. Jadi aku cuma berharap kita akan bisa seperti ini sampai kapan-kapan.

avataravatar
Next chapter