10 Chapter 9 Si gila bedah

Malam yang indah di sinari oleh cahaya bulan yang terang serta bintang-bintang kecil di langit yang ikut meneragi malam yang sunyi ini.

Seorang pemuda berambut kuning memanjat dan memasuki kamar Seira dari jendela yang terbuka itu.

"Lagi-lagi dia. Dia pikir aku tidak dapat merasakan keberadaannya apa." gumam Seira dalam hati.

Matanya yang tajam dan sayu itu memandang ke arah jendela. Dia memandang pemuda berambut kuning itu dan berkata "Penyihir jurusan tanah, tengah malam berkunjung ke sini ada keperluan apa?"

"Yah, ketahuan. Maaf, kamu terlalu sibuk. Jadi, saya hanya bisa memilih waktu ini!" ucap ShaoYing.

"Tengah malam berada di kamar anak perempuan. Bukannya itu melanggar aturan? Sebagai penyihir, kami bukanlah lawan saya." ucap Seira sambil melangkah ke arah baklon kamarnya.

"Sangat di sayangkan. Tapi saya bukan hanya seorang penyihir!" jawab ShaoYing sambil melemparkan pisau bedahnya.

Lalu Seira pun menangkisnya mengunakan sihir angin luar angkasa, gerbang dimensi. Pisau bedah itu pun tersedot ke gerbang dimensi dan menghilang di angkasa.

Pemuda itu pun berkata "Pisau bedah yang saya arahkan kearahmu tadi, itu digunakan untuk menyelamatkan orang."

"Kalau memang kamu seorang dokter, kenapa sekujur tubuhmu bau darah?" tanya Seira yang masih memandang tajam kearah pemuda itu.

"TianJin sangat peduli padamu. Ekspresi dia marah sangat mengejutkan saya. Bukankah itu menarik?" jawab pemuda itu.

Tianjin yang mendengar suara gaduh itu secepatnya menghampiri suara itu. Suara itu berasal dari kamar Seira, di masukinya kamar Seira tanpa mengetuk pintu lagi. Di lihatnya Shao Ying yang sedang berada diatas baklon kamar Seira.

Lalu TianJin pun berteriak "Hei! Si gila bedah! Tutup mulutmu! Kalau kamu kepo lagi, saya tidak akan sungkan! Sungguh! Cepatlah pergi!"

Shao Ying hanya tersenyum dan berkata kepada Seira "Kamu lihat itu, Ekspresi marahnya sungguh menarik."

TianJin yang mendengar ucapannya itu pun mulai kesal. Kobaran api menyelimuti sekujur tubuhnya. Lalu di hampirilah Shao Ying.

"Haiya... TianJin mau membakarku jadi arang! Sebaiknya aku cepat pergi. Baiklah, sampai jumpa lagi nona manis." ucap Shao Ying sambil mengedipkan sebelah matanya.

Seira hanya menyaksikannya tanpa berkata apa-apa.

"Si gila bedah itu tidak melukai kamu kan?" tanya TianJin dengan nada lembut.

Tatapan mata pemuda berambut merah itu sangat lembut. Tatapan matanya seperti seorang ibu yang sedang mengkhawatirkan anaknya.

Seira pun membalas dengan nada lembut juga "Tidak. Dia tidak melukai aku."

"Ji ShaoYing sangat sensitif sama murid yang kuat. Dia menantang murid yang kuat, setelah menang lalu melenyapkan mereka dari dunia ini." ucap TianJin.

"Lalu?" tanya Seira ingin tahu.

"Kamu hanya punya dua pilihan. Menang atau kalah. Jika kalah, kamu akan dibedah olehnya." lanjut TianJin.

"Kalian pasti pernah bertarung. Hasilnya?" tanya Seira kepada pemuda berambut merah itu.

Pemuda berambut merah itu hanya terdiam menatap kearah langit. Ia melihat cahaya bulan yang sangat indah dan juga bintang-bintang disekelilingnya itu.

"Kamu tidak perlu khawatir. Saya tidak akan kalah dari dia." ucap Seira sambil memandang kearah langit.

Mendengar ucapan itu. Pemuda itu pun tersenyum.

"Btw, Saya sangat suka masakanmu. Terima kasih untuk makan siang mu." lanjut Seira dengan wajah merona.

Mereka berdua pun saling berbincang di bawah sinar bulan yang hangat.

Di sisi lain, Shui YinChe sedang mengamati dari ketinggian. Ia melihat dari arah kejauhan menggunakan sebuah teropong.

"Peraturan sekolah ke-25: Setelah jam 12 malam, selain petugas patroli, murid-murid dilarang beekeliaran dan membuat ribut. Sebagai ketua, melanggar disiplin di depan umum, tidak bisa dimaafkan. Hmm.. Tapi ini semua karena murid baru itu, sehingga ketua jurusan sihir api dan sihir tanah berdebat. Sepertinya besok akan menjadi hari yang tidak menyenangkan untukmu, TianJin. " ucap YinChe sambil memperhatikan kearah mereka melalui teropongnya.

***

avataravatar
Next chapter