8 Chapter 7 Hari pertamaku menjadi murid (3)

"Tidak perlu bersedih dalam urusan dunia, sebab kita cuma bertamu sebentar disini."

***

Setelah selesai melihat peta itu, Seira berjalan santai sambil menghirup udara segar di belakang taman sekolah. Dia melihat sebuah kolam kecil di taman belakang sekolah. Lalu ia pun duduk dipinggiran kolam itu sambil melihat dirinya di air kolam itu.

Ia bergumam seorang diri dalam hati sambil memandang dirinya dikolam itu "Untuk mengerti dunia ini, mungkin saya harus pergi ke perpustakaan sekolah untuk membaca literatur, baru dapat menemukan sesuatu. Mengenai Mansosno dan juga Akademi Glasir, sebenarnya kenapa saya bisa datang ketempat ini? Banyak hal yang akrab bagi saya, tentunya banyak juga yang berbeda. Guru..., juga ayah dan ibu... Saya bahkan tidak tahu, kalian masih hidup atau tidak... "

Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang sedang memanggilnya. Lalu Seira pun menoleh kebelakang. Dia melihat seorang pemuda berambut merah yang melangkah kearahnya sambil membawa sebuah kotak yang dibungkus dengan kain biru.

"Hei!" Sapa TianJin.

"Ini nasi kotak buatmu." ucap TianJin sambil memberikan nasi kotak itu kepada Seira.

"Terima kasih. Tidak kusangka kamu bisa membuat makanan ini." ucap Siera sambil membuka kotak nasi itu.

"Numpang tanya, siapa raja di kerajaan ini?" tanya Seira kepada pemuda berambut merah itu.

"Kerajaan?" tanya TianJin heran.

"Kerajaan sihir atau kerajaan lainnya seperti kerajaan Loyard?" tanya Seira lagi.

"Apa yang kamu bicarakan? Tidak ada kerajaan sihir. Lagi pula tidak ada kerajaan loyard yang kamu maksud." Ucap TianJin.

Mendengar ucapan pemuda itu, Seira merasa sedih. Secepatnya ia bangkit dan meninggalkan kotak nasi itu ditempat ia duduk tadi. Lalu bergegas pergi ke perpustakaan sekolah.

"Hei! Kamu mau kemana?" tanya TianJin.

"Aku bukan Hei! Namaku Seira! Seira J. Loyard!" ucap Seira sambil bergegas pergi meninggalkan TianJin.

Pada saat Seira berlari menyusuri koridor dan hendak belok ke kiri, tiba-tiba seorang pemuda berambut ungu muncul dari arah kiri. Dan brukk... Kepala Seira dan kepala pemuda berambut ungu itu saling bertabrak.

"Ahh...! Sakit sekali!" ucap Seira sambil mengelus-ngelus kepalanya.

"Oh! Rupanya kamu! Gadis super tangguh itu! Kamu tidak apa-apa kan?" ucap pemuda berambut ungu itu sambil memegang tangan Seira.

"Lepaskan! Lepaskan tanganku!" bentak Seira.

"Ah~ rupanya kamu tidak suka begini." ucap pemuda berambut ungu itu sambil melepaskan gengamannya.

"Kalau begitu, saya ganti cara menyapa lainnya. Bagaimana? Lebih bersahabatkan? Hehehehe" ucap pemuda berambut ungu itu lagi sambil menepuk pundak Seira.

Seira dengan wajah merona itu seketika mengarahkan tangannya ke arah pemuda berambut ungu itu dan mengeluarkan sihir angin tipe 1 Strom (badai angin). Dan Wuss... Tepat mengenai pemuda berambut ungu itu. Pemuda itu pun terhempas jauh dan menabrak dinding koridor.

"Apa-apaan ini!? Ahhh...!" teriak pemuda berambut ungu itu.

"Wow!!" ucap pemuda itu dengan mata berbintang-bintang karena takjub.

"Orang ini idiotkah?" Gumam Seira.

"Sungguh tanguh! Bagaimana mengeluarkan sihir tadi? Ajaib sekali!!" ucap pemuda itu.

"Bukannya kamu bisa menguasai banyak sihir? Kamu bisa sihir petir tidak? Kalau tidak bisa, saya pakai rahasia sihir petir untuk menukarnya dengan sihir lainnya milikmu. Bagaimana? Jangan kuatir, saya tidak akan membocorkannya kepada siapapun." ucap pemuda itu sambil merangkul bahu Seira.

"Lepaskan tangan kotormu dari bahuku!" bentak Seira.

"Sepertinya kamu tidak suka dipegang oleh orang lain. Kenapa?" tanya pemuda berambut ungu itu.

"Ini bukan masalah suka atau tidak." kata Seira.

"Baguslah kalau begitu. Peluk dulu biar lebih bersahabat." ucap pemuda berambut ungu itu sambil memeluk Seira.

Seira terkejut dan wajahnya merah merona seketika.

"Kembali ke topik. Bagaimana dengan hal yang tadi saya bicarakan? Pertimbangkan dulu, saya benar-benar sangat kagum sekali." bisik pemuda itu di telinga Seira.

Seira pun mendorong pemuda itu dan berkata "Tidak mungkin!"

"Kenapa sih? Saya pakai sihir petir saya untuk menukarkannya dengan sihirmu." ucap pemuda berambut ungu itu.

"Tentunya karena saya lebih mengerti sihir petir dibandingkan denganmu." kata Seira dengan merasa bangga.

"Ahh! Kamu sungguh ganas!" ucap pemuda berambut ungu itu.

"Kalau begitu, ayo kita lomba! Lomba sihir petir saja! Kalau saya menang... "

Belum sempat pemuda berambit ungu itu menyelesaikan kata-katanya. Seira langsung memotongnya dan berkata "Lei, lebih baik kamu pergi ke tempat lain untuk menenangkan dirimu dulu!"

Lalu Seira pun mengeluarkan tongkat sihirnya. Aura dasyat dari tongkat sihir yang dikeluarkan Seira itu dapat dirasakan oleh Lei Xuan Po (pemuda berambut ungu tadi).

"Sungguh tangguh! Aura yang dasyat!" ucap pemuda berambut ungu itu.

Lalu Seira pun mengarahkan tongkat sihirnya dan mengeluarkan sihir air tipe 3 Dragonair (sihir air yang berbentuk naga). Dan wuss... Tepat mengenai pemuda berambut ungu itu. Pemuda berambut ungu itu pun basah kuyup dan tersentak mundur.

"Cih... Sungguh orang yang merepotkan." ucap Seira sambil meninggalkan pemuda itu.

***

avataravatar
Next chapter