12 Pergi dari sini

Matahari bersinar cerah, kicauan burung-burinh terdengar begitu merdu ditambah dengan angin sayup-sayup yang membuat Rachel terbangun. Dia melihat kesamping nya yang kosong, padahal semalam dia jelas ingat jika Agatha tidur bersamanya, Agatha bahkan memeluknya dengan erat. Dia berpikir jika Agatha sudah berangkat ke kantor atau melakukan pertemuan dengan kliennya, tapi beberapa detik kemudian Agatha keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah rapi namun rambutnya masih acak-acakan. Rachel sedikit terkejut dan dia tersentak bangun sambil merapikan rambutnya.

Agatha tidak mengatakan apapun, dia hanya menuju kaca untuk menyisir rambutnya. Dia sedikit berlama-lama dengan rambutnya, sehingga Rachel yang sejak tadi juga terdiam pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Saat Rachel keluar dari kamar mandi semuanya masih tetap sama, tetap diam dan sibuk dengan urusan masing-masing. Saat Rachel ingin keluar dari kamar barulah Agatha menyapanya

"Semalam dari mana aja?" Tanyanya

"Hmm gue gak ketemu Melissa, gue ketemu temen gue yang lain" jawab Rachel

"Teman lain? Siapa?" Agatha

"Teman kuliah" Rachel masih tidak ingin jujur kepada Agatha

Agatha tersenyum tipis disaat mengetahui semua kebohongan yang Rachel ciptakan, haruskah dia pura-pura bodoh agar tidak terjadi keributan? Tidak, itu bukan sifat Agatha yang sebenarnya. Agatha menarik pergelangan tangan Rachel dengan kasar hingga gadis itu meringis kesakitan.

"Akhh....Agatha sakit" ujar Rachel

Agatha tidak perduli, dia terus menarik Rachel hingga tubuh mereka sangat dekat.

"Kau tau apa yang akan terjadi jika kau bohong?" Tanya Agatha dengan wajahnya yang sudah memerah

Rachel mengangguk dengan pelan, dia berusaha melepaskan tangan Agatha yang mencengkram tangannya. Setelah itu, Agatha langsung keluar dari kamarnya, sedangkan Rachel menangis dengan terisak-isak karena dia belum pernah melihat Agatha semarah itu kepadanya. Agatha bahkan berlaku kasar hingga tangannya terluka. Gadis itu terus menangis hingga dia tertidur kembali di kasur Agatha.

Saat hari sudah mulai sore dan Rachel yang masih tidur dikamar Agatha dikejutkan dengan teriakan seorang gadis diluar sana. Gadis itu selalu meneriaki namanya hingga Rachel bangun untuk melihatnya.

"Ada apa?" Tanya Rachel

"Huhhh... Ayo per-pergi Rachel" ujar Raquelle sambil menarik-narik tangan Rachel. Ya Raquelle memang sering seperti itu ketika mengajak Rachel jalan-jalan. Hanya saja kali ini berbeda, Raquelle berlari seakan dia dikejar oleh singa, lalu dia mengajak Rachel pergi dengan air mata yang membasahi kedua belah pipinya.

"Ke-kenapa?" Tanya Rachel yang mulai ragu karena ketakutan. Rachel semakin terkejut disaat Raquelle memeluknya dan menangis dengan keras.

"Gue sayang sama lo, gue tau lo sayang banget sama kakak gue, tapi pliis pergi dari sini sekarang juga hiks.... tolong pergi sebelum kak aga tau hikks.. gue gak mau lo menderita" ujar Raquelle

Rachel semakin dibuat bingung dengan tingkah Raquelle, dia mengusirnya dari rumah Agatha, tapi kenapa? Saat Rachel sibuk memikirkan alasannya, Raquelle langsung menariknya untuk pergi tapi Rachel langsung menepis tangan sahabat sekaligus adik dari Agatha itu.

"Kenapa gue harus pergi?" Tanyanya

"Gue tau lo bukan Rachel, entah lo siapa gue gak tau, kita udah habisin waktu dua tahun bersama, jadi lo tetap sahabat gue. Gue mau lo pergi karena...." Raquelle berhenti sejenak, seakan dia tidak tega untuk memberitahu semua kenyataan yang selama ini tersembunyikan. Namun jika tidak diungkapkan, semakin lama masalah ini akan terus memanjang dan mengganggu pikirannya.

"Rachel yang sesungguhnya udah kembali kesini. Gue takut kalau cepat atau lambat kak aga bakalan tau soal ini dan dia bakalan ngebunuh lo" lanjut Raquelle

"Hahaa kalaupun aku bukan Rachel, Agatha tidak akan membunuhku. Dia pasti akan membantuku kembali ke tempatku" bantah Rachel

"RACHEL LO TUH GAK TAU SIFAT ASLINYA KAK AGA TUH GIMANA, DIA GAK SEBAIK YANG LO PIKIRIN" bentak Raquelle

"Selama ini dia yang rawat gue, dia jagain gue, gak mungkin dia bakalan bunuh gue" Rachel

"DIA PEMBUNUH, DIA PSIKOPAT, DIA GILA RACHEL" Raquelle terpaksa memberitahu semua kebenarannya kepada Rachel karena dia tidak ingin melihat darah yang akan kembali berserakan dilantai karena ulah kakaknya.

Detik kemudian air mata Rachel mengalir, hatinya terasa ngilu, jiwa dan raganya seakan hancur dan diombang-ambing ditengah lautan. Ternyata dia benar-benar salah menilai orang, dia termainkan dengan cinta yang membawanya ke jurang kematian. Bodohnya, dia masih tetap mencintainya meski kenyataan mengatakan jika Agatha bukan lah laki-laki baik dan idaman semua orang. Dia hanya lah laki-laki kaya dan tampan yang egois, penuh dengan obsesi, dan menakutkan. Akhirnya, dia berada di titik terlemahnya disaat tiba-tina Agatha pulang dengan Aksa dan beberapa bodyguard dibelakangnya.

"Biarkan aku disini, setidaknya untuk malam ini, jemput aku besok pagi" Rachel langsung turun untuk menjemput Agatha karena kamar Agatha berada dilantai dua.

Tidak semua yang kita lihat adalah kebenaran. Terkadang hal yang kita lihat indah selalu menyembunyikan sisi lain yang menyakitkan. Rachel berusaha menahan semua kesakitannya, dia hanya ingin melihat Agatha karena mungkin itu untuk terakhir kalinya. Dia tersenyum lebar lalu berlari untuk memeluk Agatha. Agatha bahkan sangat kaget karena Rachel memeluknya seerat itu. Namun Agatha sering melihat Rachel yang menangis saat mereka sedang ada masalah.

"Jangan menangis lagi" ujar Agatha

Agatha memberikan isyarat kepada bawahannya sekaligus Aksa untuk meninggalkannya. Dia melepaskan pelukan Rachel lalu menatap wajah gadis itu yang masih saja menangis.

"Kenapa kamu selalu menangis hmm?" Tanya Agatha

Rachel tidak menjawab, dia memilih untuk mengabaikan pertanyaan Agatha dan berusaha untuk menghapus air matanya. Tapi terkadang hati dan lisan memang tidak selalu sejalan, lisan meminta yang terbaik tetapi hati meminta apa yang kita inginkan. Secara batin dia terluka, secara emosi dia kacau, secara mental dia depresi, dan hebatnya secara fisik dia masih mampu untuk memendam lukanya. Dia lelah dengan hari yang terasa begitu panjang, padahal semua itu hanyalah sugestinya. Saat kau merasa bahagia, waktu akan terasa berlalu dengan cepat, namun waktu akan terasa begitu lambat disaat kau menderita, waktu seakan mengejek dan menikmati penderitaanmu. Nyatanya waktu tidak pernah berpihak kepada siapapun.

Jika sudah berani untuk jatuh cinta, bukankah sudah siap juga dengan segala konsekuensinya? Bukankah sudah siap dengan segala tantangan dan penderitaan yang akan menghadang?

"Mau jalan-jalan?" Ajak Rachel

"Sebentar lagi mau malam Rachel" ujar Agatha seakan menolak ajakan Rachel. Agatha berjalan beberapa langkah untuk mengambil minuman diatas meja, tetapi Rachel mendekat lalu menarik tangan Agatha yang hendak menyentuh gelas.

"Ayo" desaknya

Rachel ingin menghabiskan waktunya dengan Agatha agar nanti dia tidak kecewa dan menyesal atas keputusannya. Bagaimanapun juga tidak akan mudah baginya untuk pergi setelah menaruh hati kepada seorang laki-laki, mungkin dia harus mengambil kembali bagian hatinya yang tercuri oleh Agatha.

Mungkin karena sudah lama terikat, dia jadi lupa caranya untuk melepaskan

"Aga, gak usah bawa mobil" sanggah Rachel ketika Agatha ingin masuk kedalam mobil

"Kenapa?" Tanya Agatha

"Gak mau, ayo jalan kaki" Rachel

"Kamu gak capek?" Agatha

"Enggak" Rachel

Agatha tidak mempermasalahkan hal itu, dia mengikuti keinginan Rachel untuk berjalan kaki. Mereka berjalan disekitaran kota untuk menenangkan Rachel yang akhir-akhir ini sering kali mengeluh dan menangis. Mereka terus berjalan hingga bertemu dengan sebuah tempat wisata.

"Ayo masuk" Rachel

"Aku gak suka tempat seperti ini Rachel" Agatha

"Aga gue pengen masuk" bujuk Rachel

"Enggak, ayo ketempat lain" Agatha

"Yaudah" Rachel

Agatha terus berjalan, dan tanpa sadar dia kehilangan Rachel disampingnya. Gadis itu terus berjalan menuju ke tempat wisata sedangkan Agatha terus lurus karena dia pikir Rachel telah menyerah dan memilih ikut bersamanya.

"Jangan berjalan sendiri, Rachel ini sudah malam" Agatha dengan terpaksa harus berlari untuk mengejar Rachel

Sedangkan gadis itu mematung disaat melihat sebuah wahana yang membuatnya kembali bernostalgia ke masa lalu. Masa dimana Artha pertama kali menyatakan perasaannya, dan itu adalah hal indah yang membuatnya langsung mengingat Artha meski tidak semuanya dia ketahui. Saat Agatha telah menemukannya, Rachel langsung membujuk Agatha untuk menaiki wahana yang mengerikan itu bersama. Awalnya Agatha sempat menolak karena tentunya dia tidak suka dengan hal seperti itu, namun melihat betapa kerasnya keinginan Rachel, akhirnya Agatha hanya bisa menuruti apapun yang Rachel inginkan

Disepanjang permainan Rachel sangat bahagia, dia bahkan tertawa dengan bebas disaat putarannya mulai berjalan. Senyumnya, tawanya, hal itu membuat Agatha luluh dan betapa bahagianya dia disaat melihat gadis itu tertawa.

Selesai dengan wahana, Rachel menarik Agatha untuk membeli makanan karena sejak tadi pagi Rachel belum menyentuh makanan apapun. Mereka mencoba banyak hal hingga melupakan waktu yang telah larut. Rachel sangat bersemangat, kini dia kembali mengajak Agatha untuk masuk ke rumah hantu.

"Ngapain kesini hmm? Sudah jam 12 malam juga, nanti kamu malah gak bisa tidur" Agatha

"Kan ada lo Yang jagain gue, nanti gue juga tidur dikamar lo lagi kok" Rachel menyeringai ke arah Agatha

Disana Rachel tidak pernah melepaskan Agatha, hingga keluar dari sana matanya terlihat sedikit bengkak karena menangis disaat hantu palsu bermunculan didepannya. Tak lama setelahnya Rachel malah pergi ke tempat penjualan boneka, dia meminta dua boneka dengan ukuran sedang berbentuk love berwarna pink pudar. Salah satu boneka itu dia kasih kepada Agatha sebagai barang couple pertama mereka. Sayangnya, hadiahnya tidak sesuai dengan Agatha.

"Sayang ini tuh buat cewek, aku cowok sayang. Warna bonekanya kok gini?" Tanya Agatha sambil mengacak-acak boneka tersebut

"Ini tuh lucu aga, lucu kayak aku" Rachel tertawa jahat

"Kalau nanti lo rindu sama gue, lo tinggal liat boneka ini terus peluk aja ya, gue juga bakalan lakuin hal yang sama" lanjut Rachel

Akhirnya Rachel mulai merasa lelah dan memilih untuk pulang. Ditengah perjalanan, tiba-tiba hujan turun dengan deras tanpa diduga. Keberadaan mereka pun jauh dari halte atau tempat yang bisa mereka singgahi, tidak ada pilihan lain selain berlari hingga sampai ke rumah. Agatha menggenggam tangan Rachel lalu menuntunnya untuk berlari bersama.

"Aga" panggil Rachel dengan suara pelan

Agatha langsung berhenti dan mereka berdiri ditengah hujan.

"Capek, ga sanggup lari lagi" Rachel

Agatha langsung menunduk dan mengisyaratkan agar Rachel naik ke punggungnya. Dengan senang hati Rachel memeluk leher Agatha, dia tersenyum meskipun tubuhnya telah gemetar karena suhu dingin yang menghujam tubuhnya.

Mereka sampai ke rumah pada jam 3 pagi, Agatha langsung membawa Rachel ke kamarnya. Disaat itu Agatha menyadari jika Rachel sudah ketiduran semenjak dia menggendongnya, padahal dia belum mandi untuk membersihkan tubuhnya yang kehujanan. Namun dia juga tidak tega untuk membangunkan Rachel yang telah tidur pulas.

"Selamat tidur" bisik Agatha

avataravatar