19 Real Love

Raffael mengejar Airin yang ternyata dirinya berlari menuju rooftop. Raffael yang mengetahui bahwa langkah kaki Airin melangkah menuju rooftop pun perlahan berhenti berlari dan berjalan biasa.

"Syukur deh kalau Airin ke rooftop.. ucapan Alvino memang benar-benar keterlaluan soal Airin.. sesekali gue harus kasih dia pelajaran supaya dia tahu rasa! Awas lo Al!!" gumam Raffael seraya melangkahkan kakinya menyusul Airin ke rooftop.

.

.

Sementara di lain sisi, Airin sedang duduk di bangku panjang yang ada di rooftop. Ia menangis di sana. Wajahnya ia tutupi dengan kedua telapak tangannya.

Raffael yang melihat hal itu benar-benar tidak tega pada Airin. Ia tak sanggup untuk melihat air mata Airin yang terus mengalir di sana.

Raffael pun kemudian menghampiri Airin. Raffael lalu duduk di samping Airin, menarik tubuh Airin ke dalam pelukannya. Ia mengusap punggung Airin seraya menenangkan Airin. Airin pun menangis di dalam pelukan Raffael.

"Hiks… kenapa harus aku sih kak?? Hiks.. kenapa aku harus mengenal kakak dan kak Alvino jika pada akhirnya hanya luka dan tangis yang aku dapat kak?? Hiks.. hati aku sakit kak.." ucap Airin.

Raffael lalu mengecup puncak kepala Airin.

"Kamu diberi ujian sama Allah karena Allah percaya bahwa kamu mampu, rin.. kamu gak perlu menyesali pertemuan ini karena semua ini sudah menjadi ketentuan Allah.. Allah punya rencana untuk pertemuan ini.. semua ini belum berakhir rin.. semuanya masih baru saja dimulai.. jadi kamu harus semangat, harus bisa kuat untuk melewati semua ini.. ingat Rin, bunga itu butuh proses untuk bisa mekar.." ucap Raffael.

Airin pun mendongak menatap Raffael, ia tersenyum haru mendengar ucapan yang keluar dari mulut Raffael.

"Makasih ya kak.. karena di saat aku sedang terpuruk seperti ini, kakak ada di samping aku, memberikan dukungan dan nasehat untuk aku.. makasih kak karena kakak sudah membuat aku semangat lagi untuk terus memperjuangkan semua impian aku.." ucap Airin.

"Iya rin.. sama-sama.. kamu kan kekasih aku, jadi sudah seharusnya aku selalu ada di sisi kamu, mendukung kamu dalam kondisi apa pun.." ucap Raffael.

"Aku beruntung sekali kak karena Tuhan telah mengirim kakak untuk menjadi teman terbaik di dalam hidup aku.." ucap Airin.

"Aku bahkan jauh lebih beruntung karena berhasil memiliki kamu, rin.. jangan pernah bosan ya sama aku.. karena aku pun juga gak akan pernah bosan untuk selalu ada di sisi kamu.. aku sayang kamu, rin.. semoga selamanya akan selalu begitu.. dan aku juga berharap semoga suatu hari nanti, Tuhan bisa menyatukan kita dalam hubungan yang lebih baik dan serius. Aamiin.." ucap Raffael.

"Aamiin.." ucap Airin.

"Boleh aku meminta sesuatu, rin??" ucap Raffael.

"Apa itu kak??" ucap Airin.

"Sepertinya kita harus melakukan sesuatu untuk membuat Alvino bisa lebih menghargai orang lain.." ucap Raffael.

"Maksud kakak apa??" ucap Airin.

"Kamu akan tahu semuanya nanti.. selesai ini, tepatnya pulang sekolah, kita akan pergi ke suatu tempat.." ucap Raffael.

"Ke mana kak??" ucap Airin.

"Kamu akan tahu semuanya nanti.. kita harus melakukan sesuatu supaya Alvino bisa menarik kata-katanya soal kamu tadi.. jujur Rin.. aku juga gak terima ketika dia mengatakan hal seperti itu pada kamu.. ketika ada orang yang melukai kamu, maka itu artinya, orang itu juga ikut melukai hati aku.. karena bagiku sakitnya kamu adalah lukanya aku." Ucap Raffael.

Airin pun tersenyum..

"Aku percaya sama kakak.. Apa pun yang sedang kakak rencanakan saat ini, aku juga percaya bahwa semuanya adalah yang terbaik yang telah kakak rencanakan.. terima kasih kak karena kakak telah hadir di dalam hidup aku dan melengkapi semua kekurangan yang aku miliki.. padahal aku yakin banget bahwa kakak tentu bisa mendapatkan perempuan yang jauh lebih baik dari aku.. tapi ternyata kakak justru memilih aku.. perempuan sederhana ini.." ucap Airin.

"Karena kamu istimewa untuk aku, rin.." ucap Raffael.

"Sekali lagi terima kasih kak…" ucap Airin.

Raffael pun mengangguk.

......

Alvino saat ini sedang berada di ruang pribadinya. Ia mengunci ruangan dari dalam.

BRAK!!

Alvino menggebrak meja yang ada di depannya.

"Argh!!! Bodoh!! Kenapa sih lo melakukan hal itu Alvino Erlangga??!! Lo bodoh banget karena lo udah membuat perempuan sebaik Airin sakit hati sama lo!! Dan bahkan mungkin Airin menjadi semakin benci sama gue!! Argh!!" ucapnya pada dirinya sendiri.

Ia menjambak rambutnya frustasi. Menghempaskan segala benda yang ada di atas mejanya.

PRANG!!!

Kondisinya saat ini benar-benar kacau.

Drrrtttt...…

Handphone miliknya pun berdering, ia lalu mengambil handphone tersebut dari dalam sakunya. Ia melihat siapa yang menghubunginya, setelah mengetahui siapa yang menghubunginya, ia bukannya menerima panggilan itu, tapi ia justru mencampakkan handphone tersebut sembarangan.

PARR!!

Suara handphone Alvino yang decampakkan olehnya ke sembarang arah.

"Gue benci diri gue yang gak bisa mengendalikan emosi gue!! Gue benci!! Gue benci karena gue terlahir menjadi sosok yang angkuh yang selalu menyakiti hati orang lain!! Gue benci Tuhan!! Gue benci!!! Kenapa gue harus dilahirkan sebagai pribadi yang buruk seperti ini??!!! Argh!!" ucap Alvino merutuki dirinya sendiri.

BRAK!!

Ia kembali menggebrak mejanya.

Perlahan tapi pasti, tubuhnya merosot ke lantai. Ia membawa kedua tangannya mengusap wajahnya lalu ia membawa tangannya hingga ke bagian belakang kepalanya, menjambak rambutnya sendiri.

Alvino teringat akan ucapan Airin yang mengatakan..

#Flashback On

"Emang benar ya kata orang-orang!! Kakak itu gak pernah ngomong tapi sekalinya ngomong panjang, nyakitin hati orang!! Kakak tuh emang gak pernah mikirin perasaan orang ya!! Bicara seenaknya!! Emang kakak pikir orang itu gak punya hati??!!"

#Flashback off..

"Gue juga gak mau menyakiti hati orang, Rin!! Tapi gue memang sangat sulit untuk bisa mengendalikan emosi gue!! Gue sulit,Rin! Kenapa sih gak ada satu pun orang yang bisa ngertiin gue?!?" monolog Alvino.

.....

Di perjalanan….

"Kak, kita mau ke mana sih??" ucap Airin pada Raffael saat mereka sedang berada di perjalanan.

"Ke rumah gue dulu!! Tukar kendaraan… kita pakai mobil aja entar.." ucap Raffael sedikit berteriak.

"Kak, aku gak mau ke rumah kakak… aku takut kak!!" ucap Airin sedikit berteriak.

"Gak apa-apa kok rin… bokap sama nyokap aku lagi gak ada di rumah.. jadi kamu tenang aja,.. dan lagi pula, nyokap aku baik kok…" ucap Raffael.

Motor Raffael pun kini telah memasuki halaman rumahnya.

"Ayo rin.. turun.." ucap Raffael saat dirinya telah memarkirkan motornya di depan garasi.

"Aku takut kak.." ucap Airin.

"Udah gak apa-apa… ayo.. kan ada aku juga.." ucap Raffael.

"I-iya kak.." ucap Airin lalu turun dari motor Raffael.

Kini mereka telah turun dari motor.

"Pak Diman!! Motor saya tolong dimasukkin ke dalam garasi ya.." ucap Raffael pada Diman.

"Siap mas!!" ucap Diman pada Raffael.

Raffael pun lalu mengangguk dan memasuki rumah bersama Airin.

"Ayo rin.." ucap Raffael pada Airin.

Mereka pun kini telah memasuki rumah Raffael.

"Kamu tunggu di situ sebentar ya.. duduk dulu.. aku mau ganti baju dulu.." ucap Raffael meminta Airin untuk duduk di sofa ruang tamu.

Airin pun mengangguk.

"Tapi jangan lama-lama ya kak.." ucap Airin.

Raffael pun mengangguk.

"Iya gak lama kok.. sebentar ya.." ucap Raffael dengan senyumnya.

Airin pun mengangguk. Raffael lalu beranjak dari sana dan meninggalkan Airin di sana sendirian.

Sebelum ke kamarnya, Raffael pergi ke dapur untuk menemui pembantunya.

"Bi.." ucap Raffael.

"Iya mas??" ucap Bibi.

"Tolong buatin minum untuk pacar saya ya di ruang tamu.." ucap Raffael.

"Mau minuman apa mas??" ucap bibi.

"Apa aja yang penting enak dan dingin.." ucap Raffael.

"Oke mas.. bibi buatin dulu ya.." ucap bibi.

"Oke bi.. aku tinggal ke kamar ya.. ntar langsung bibi ante raja ke ruang tamu kalau udah selesai.." ucap Raffael.

"Siap mas.." ucap Bibi.

Raffael pun kemudian meninggalkan dapur dan beranjak menuju kamarnya.

...........

Thank you for reading…

Let's vote this novel!!!

❤❤❤

avataravatar
Next chapter