17 Part 16

Raffael dan Airin pun pergi ke sebuah tempat di mana tak ada satu pun orang yang ada di sana.

Raffael pun membawa Airin ke dalam pelukannya.

"Udah gak usah dipikirin lagi soal dia.. Anggap aja semuanya gak pernah terjadi..." ucap Raffael.

Airin pun mendongak dan tersenyum.

"Aku baik-baik aja kok ... lagi pula aku tahu bahwa kak Al seperti itu karena dia mungkin sedang banyak pikiran.. Jadi, aku gak terlalu masukin ke hati.." ucap Airin sedikit menjauhkan tubuhnya dari Raffael.

"Aku tahu kamu orang baik Rin.. " ucap Raffael.

"Kakak juga orang baik kok... kakak juga tentu sudah memaafkan kak Al kan??" ucap Airin.

'Gimana mungkin gue bisa memaafkan Alvino?? Gue gak sebaik lo rin... Gue tentu gak akan semudah itu memaafkan Alvino seperti lo yang dengan mudah memaafkan Alvino, rin..' batin Raffael.

"Iya kan kak??" ucap Airin.

"Hmm..?? I..iya rin iya.. tentu.." ucap Raffael.

"Syukurlah kalau begitu kak.. karena menyimpan dendam itu gak baik kak.." ucap Airin.

"Iya rin.." ucap Raffael.

"Kak, jadi tugas aku gimana kak??" ucap Airin.

"Udah kamu gak usah pikirin soal itu.. Nanti semua biar aku yang urus. Kamu gak perlu khawatirkan soal itu.." ucap Raffael.

"Tapi kak, gak adil dong kak... Masa aku gak ngerjain tugas, yang lainnya ngerjain.. Nanti bisa-bisa mereka iri sama aku kak dan akan musuhin aku.." ucap Airin.

"Gak akan.. udah kamu tenang aja.." ucap Raffael.

"Hmm iya kak.." ucap Airin.

Raffael pun merogoh saku celananya dan mengambil handphonenya.

Ia pun menekan sebuah kontak di sana dan menghubungi seseorang.

"Halo Dav... Lo di mana??" ucap Raffael pada seseorang di seberang telepon.

"Gue di kantin ini.. lagi beli minum.. kenapa Raf??" ucap Davin.

"Ke rooftop sekarang Dav.. gue butuh bantuan lo.." ucap Raffael.

"Mau ngapain sih??! Males ah gue.. Capek!" ucap Davin.

"Lo berani nolak perintah dari gue Dav?!" ucap Raffael mengancam.

'Kak Raffael kok gitu sih ngomong sama temennya? Kok kak Raffael kayak sedang mengancam seseorang di seberang telepon ya?? Hmm mungkin hanya perasaan aku aja..' batin Airin.

"Iya iya ya udah gue ke sana sekarang.. berisik deh lo..!!" ucap Davin.

"Bagus! Gue tunggu!" ucap Raffael.

Raffael pun langsung memutuskan sambungan secara sepihak.

Tut.

Sambungan telepon pun terputus.

Raffael pun langsung menyimpan handphonenya kembali.

Raffael lalu menatap Airin dengan tersenyum.

"Rin, kamu lapar gak??" ucap Raffael.

"Hmm enggak kok kak.." ucap Airin.

"Entar kalau kamu udah lapar, bilang sama aku ya.. biar kita bisa langsung makan ke kantin.." ucap Raffael.

Airin pun mengangguk.

"Hmmm iya kak..." ucap Airin.

"Kamu tahu gak rin??? Tempat ini tuh menjadi tempat favorite aku di saat pikiran aku sedang kacau.. Aku selalu ke sini untuk merelaksasikan diri aku.." ucap Raffael.

"Pikiran kakak sering kacau??" ucap Airin.

Raffael pun mengangguk.

"Iya rin.. Sering banget malahan.." ucap Raffael.

"Kenapa gitu kak??" ucap Airin.

"Karena Papa aku selalu suruh aku untuk mengurus perusahaan nya.. Tapi aku gak mau rin.. Karena mengurus perusahaan itu enggak mudah.. Jadi aku gak mau ambil resiko.." ucap Raffael.

"Kakak kan belum coba.. Kenapa gak mau coba aja dulu??" ucap Airin.

"Ini belum waktunya rin... Cita-cita aku juga bukan di sana.. Aku memiliki misi dan cita-cita yang lain.. bukan sebagai seorang pengusaha.." ucap Raffael.

"Jadi, cita-cita kakak ingin menjadi apa??" ucap Airin.

"Aku akan menjawab semuanya dan cerita ke kamu mengenai segalanya nanti, setelah kamu mau menerima aku untuk menjadi kekasih kamu.." ucap Raffael.

"Kak, kakak serius ingin menjadikan aku kekasih kakak?? Aku takut kakak nanti akan malu karena memiliki kekasih seperti aku kak... Aku ini hanya perempuan biasa di antara perempuan-perempuan luar biasa di sekolah ini kak.." ucap Airin.

Raffael pun mengambil kedua tangan Airin lalu digenggamnya.

"Aku mencintai kamu tanpa pernah memandang kamu siapa rin... Cinta itu tumbuh dari hati kamu yang bersih.. Aku cinta sama kamu rin.. Aku juga gak tahu kenapa, sejak awal aku melihat kamu, ada rasa ingin memiliki kamu rin.." ucap Raffael.

"Kak,..." ucapan Airin langsung dipotong oleh Raffael.

"Aku takut rin jika nantinya kamu akan dimiliki oleh lelaki lain.. aku takut rin.. sangat takut.. Aku ingin kamu tahu bahwa aku benar-benar mencintai kamu.. Kamu mau ya menjadi kekasih aku??" ucap Raffael.

Airin menatap dalam manik mata Raffael.

"Aku juga sayang sama kakak.. tapi aku takut kak.. Aku takut semua orang akan membenci aku bahkan membully aku karena aku berani merebut most wanted SMA Nusa Erlangga yang nyatanya lebih pantas dengan kak Sandra.." ucap Airin.

"Tolong ... tolong jangan berpikiran seperti itu Airin.. Kamu jauh lebih pantas untuk aku.. Aku gak pernah ada hubungan apa pun dengan Sandra, rin.. Aku mencintai kamu.. Kalau kamu benar-benar sayang sama aku, terima aku rin.." ucap Raffael.

Davin baru saja sampai di sana. Raffael dan Airin tak menyadari kehadiran Davin di sana.

'Emang gila ya si Davin... nyuruh gue ke sini cuma buat memperlihatkan dia sama tuh adek kelas.. Sialan! Tapi kalau dilihat-lihat, tuh adek kelas cantik juga sih.. apa lagi kalau kaca matanya dilepas, terus rambutnya digerai, ya udah cantik banget... matanya tajam banget emang tuh anak buat ngelihat yang cantik dan bening..' batin Davin.

"Apa kakak yakin bahwa aku akan baik-baik aja setelah menerima kakak??" ucap Airin.

"Iya rin.. tentu kamu akan baik-baik aja karena aku akan selalu mengawasi, menjaga dan juga melindungi kamu.. Aku janji rin.." ucap Raffael.

"Iya kak.." ucap Airin ragu.

"Iya?? Iya apa rin?? Kamu menerima aku untuk menjadi kekasih kamu??" ucap Raffael.

Airin pun mengangguk.

"Iya kak.. Airin terima kakak untuk menjadi kekasih Airin.. Karena Airin juga sayang sama kakak dan selama ini juga kakak yang selalu ada untuk Airin.." ucap Airin.

Raffael pun tersenyum lalu menarik Airin ke dalam pelukannya.

"Thanks rin...Thanks karena kamu sudah mau menerima aku untuk menjadi kekasih kamu.. Aku sayang banget sama kamu.. Aku janji bahwa aku akan selalu mencintai kamu.." ucap Raffael.

"Ekhem...." suara deheman yang berasal dari Davin yang melangkah mendekati mereka berdua.

Segera, mereka berdua pun melerai pelukannya.

.

.

"Sejak kapan lo ada di situ??" ucap Raffael.

"Yaelah Raf... Lo suruh gue ke sini cuma untuk menjadi saksi peresmian hubungan kalian gitu?! Sialan lo emang!" ucap Davin kesal.

"Gak gitulah bego! Rin, mana kertasnya??" ucap Raffael. Airin pun segera memberikan kertas tugasnya pada Raffael.

"Ini kak.." ucap Airin. Raffael pun mengangguk. Ia lalu memberikan lembar kertas tugas itu pada Davin.

"Lo tanda tangani.. Sekalian minta tanda tangannya si Tiara dan si Alvino.. Gue males ngelihat muka dia." ucap Raffael.

"Lah kok gue sih?? Ini kan tugas dia buat minta tanda tangan ke lima Perangkat OSIS.. kenapa jadi gue??" ucap Davin tak terima.

"Lo yakin mau nolak?? Siap-siap deh lo.." ucap Raffael.

"Ah gak asyik lo main ngancem mulu... Iya iya gue cariin ini tanda tangannya .. terus satu lagi siapa ini??" ucap Davin.

"Terserah lo deh siapa.. pokoknya semua harus terisi. Gue tunggu lima belas menit di sini." ucap Raffael..

"Anjusss.. sialan lo.. Cepat banget ogeb!" ucap Davin.

"Lima belas menit atau??" ucapan Raffael langsung disambar oleh Davin.

"Iya Vangkeh iya sialan lo emang ya!!" ucap Davin.

Davin pun lalu pergi dari sana dengan segera.

"Kak, emangnya gak apa-apa?? Kasihan temen kakak lho.." ucap Airin.

"Udah biarin aja dia.. Udah biasa gitu kok.." ucap Raffael.

"Hmm iya kak.." ucap Airin.

"Iya rin... Udah sekarang kamu tenang aja... Kurang dari lima belas menit nanti, Davin akan kembali ke sini kok dan membawa lembar tugas kamu dengan kondisi yang sudah diisi oleh orang yang menandatangani nya.. Kamu tenang aja ya.." ucap Raffael pada Airin.

Airin pun mengangguk.

"Iya kak.. makasih ya kak.. Karena kakak udah mau bantuin Airin.." ucap Airin.

"Iya sama-sama.. Kan udah kewajiban aku sebagai pacar kamu untuk selalu ada buat kamu dalam kondisi apa pun.." ucap Raffael tersenyum.

Airin pun ikut tersenyum.

......

Thank you for reading...

Please support this novel!!

avataravatar
Next chapter