15 Part 14

"Nah oke adik-adik.. jadi kita langsung aja ya memulai kegiatan kita di hari kedua ini.. Kepada masing-masing panitia untuk berdiri di barisan kelas masing-masing." ucap Tiara.

Para panitia pun mengambil posisi mereka masing-masing.

Dan mereka pun memulai kegiatan MPLS di hari kedua.

Kelas Sepuluh IPA Satu..

"Oke, kita langsung masuk ke kelas aja ya.." ucap Alvino.

Mereka pun mengangguk dan mengikuti langkah kaki Alvino menuju kelas.

Sementara Raffael..?? Dirinya sibuk mensejajarkan langkahnya dengan Airin.

"Rin.. " panggil Raffael pada Airin.

"Iya kak??" ucap Airin sambil berjalan.

"Nanti istirahat kita makan bareng ya di kantin.." ucap Raffael.

"Hmm?? Enggak usah kak.." ucap Airin.

"Ayolah rin.. temenin aku makan.. Please.." ucap Raffael membujuk Airin.

"Tapi kak??" ucapan Airin langsung dipotong oleh Raffael.

"Kenapa rin?? Kamu takut sama Sandra dan yang lainnya?? Aku kan sudah bilang berapa kali sama kamu rin?? bahwa aku akan selalu menjaga dan melindungi kamu rin.. karena aku sayang sama kamu.." ucap Raffael.

Deg!!!

Ucapan Raffael sontak menjadi perhatian teman-teman sekitar Airin.

"Kak??" ucap Airin tak percaya.

"Aku serius sama kamu rin.. maaf jika aku lancang sama kamu.." ucap Raffael.

"Tapi kak.. kita jni berbeda.. Kita ini seperti langit dan bumi kak.. jauh berbeda.. kakak itu langit yang diagungkan.. sedangkan aku adalah bumi yang dipijak.." ucap Airin.

"Aku gak peduli soal itu rin.. Yang kamu perlu tahu adalah aku mencintai kamu tanpa alasan." ucap Raffael.

"Tapi aku gak pantes untuk kakak.. masih banyak perempuan lain yang jauh lebih layak untuk menjadi kekasih kakak.. bukan aku kak.. aku ini cuma salah satu dari ribuan orang yang beruntung masuk ke sekolah ini lewat jalur beasiswa kak.. jika gak ada beasiswa itu.. mungkin aku gak bisa sekolah di sini.." ucap Airin.

"Jika aku adalah langit, maka kamu adalah bintang itu rin.. Bintang yang melengkapi langit untuk memberikan cahaya penerangan pada langit yang gelap di malam hari.." ucap Raffael.

"Aku cuma bintang di malam hari yang menerangi langit.. Dan jika pagi itu muncul, maka langit tak lagi membutuhkan bintang sebab matahari telah hadir menyinari dengan sinar yang jauh lebih terang dari bintang." ucap Airin.

"Kamu salah rin... Saat pagi muncul, bintang memang hilang. Tapi bintang hilang untuk kembali lagi menemani langit di malam hari.." ucap Raffael.

"Bintang hanya mampu hadir di malam hari kak.. Pagi hingga sore kakak akan ditemani oleh matahari.. Itu artinya, bintang tak benar-benar menemani langit dalam situasi apapun.." ucap Airin.

"Rin.." ucap Raffael.

"Dan aku gak mau menjadi bintang yang hanya bisa datang di waktu malam kak.. Sedangkan pagi dan sore kakak.. kakak terang dengan cahaya matahari." ucap Airin.

"Itu hanya sebuah perumpamaan rin.." ucap Raffael.

"Tapi itu adalah perumpamaan yang rumit dan menyakitkan kak.. " ucap Airin.

"Aku mencintai kamu Airin.. sangat mencintai kamu.. Tolong rin.. tolong.." ucap Raffael.

"Aku ini bumi yang dipijak kak.. sedangkan kakak adalah langit yang diagungkan.. aku gak pantas untuk kakak..." ucap Airin.

"Bahkan kamu adalah yang paling pantas menjadi milik aku rin.." ucap Raffael.

"Apa alasan kakak memilih aku??" ucap Airin.

"Karena aku mencintai kamu rin.." ucap Raffael.

"Kenapa kakak mencintai aku.." ucap Airin.

"Karena cinta tak butuh alasan rin.." ucap Raffael.

"Kak... aku gak mau sakit hati untuk yang pertama kalinya jatuh cinta.. aku tahu kakak memang orang baik.. tapi aku gak pantas untuk kakak.." ucap Airin.

"Yang tahu pantas dan enggaknya kamu sama aku itu adalah kita sendiri.. kita jalani hubungan ini dulu rin.. Aku jatuh cinta pada saat pertama aku melihat kamu di kelas itu.." ucap Raffael.

Kini mereka pun sampai pada depan kelas Airin. Seluruh murid di kelas Airin pun telah memasuki kelas, kecuali Airin.

Airin masih berada di depan kelas bersama dengan Raffael.

"Please rin.. kamu adalah perempuan pertama yang aku pilih rin.. Dan aku harap aku jugalah lelaki pertama yang kamu pilih.." ucap Raffael menggenggam kedua tangan Airin.

"Apa kakak yakin dengan semua ini??" ucap Airin.

Raffael pun mengangguk.

"Iya rin.. bahkan, aku sangat sangat yakin rin.." ucap Raffael.

"Ekhem... Kegiatan akan segera dimulai.. jadi gue harap lo masuk rin.. dan duduk di kursi lo.." ucap Alvino menghampiri Raffael dan Airin.

"Maaf kak.." ucap Airin pada Alvino.

Alvino pun mengangguk.

"Masuk!" titah Alvino.

Airin pun mengangguk.

"Kak Raffa.. aku masuk dulu.." ucap Airin.

"Nanti kita bahas ini lagi ya.. kamu pulang bareng aku.." ucap Raffa.

Airin pun mengangguk.

Airin lalu memasuki kelasnya.

"Please lah.. sadar diri dan tahu kondisi!!" ucap Alvino ketus lalu memasuki kelas.

"Bagaimana pun caranya, Airin harus menjadi milik gue..!!" gumam Raffael.

.....

"Sialan!!! Raffael nembak tuh cewek udik??!! Argh!!" geram Sandra setelah melihat video dari temannya.

"Iya San.. tadi gue dan Siska sendiri yang videoin mereka di depan kelas si cewek udik.." ucap Salsa.

"Sialan!!! Gue gak akan pernah membiarkan hal itu terjadi!! Raffael itu milik gue!! Kenapa Raffael justru lebih melirik si cewek udik itu sih?!!" geram Sandra.

"Lo harus melakukan sesuatu San.." ucap Siska.

"Benar.. harus itu San.." ucap Salsa.

'Gue memang ingin melakukan sesuatu sama si cewek udik itu.. bahkan gue dengan sangat ingin untuk membully dia.. tapi gue sedang dalam pengawasan Alvino.. Alvino bisa aja membongkar semua latar belakang keluarga gue yang sebenarnya jika gue masih nekat untuk membully cewek udik itu.. sialan!!' batin Sandra emosi.

.......

"Oke.. jadi kemarin saya sudah menyuruh kalian untuk membuat tabel perangkat OSIS.. Apa semuanya sudah mengerjakan apa yang saya perintahkan kemarin??" ucap Raffael.

"Sudah kak!!" ucap mereka serempak.

"Oke bagus.. sekarang, tugas kalian, adalah meminta tanda tangan pada lima orang perangkat OSIS.. itu boleh dilakukan secara acak ya mau sama siapa pun.." ucap Raffael.

"Iya kak.." ucap mereka.

"Oke semuanya bisa dimulai dari sekarang dan waktu kerja kalian adalah tiga puluh menit dari sekarang.." ucap Raffael.

Mereka pun bergegas menghampiri meja Alvino dan Raffa untuk meminta tanda tangan.

Sedangkan Airin?? Dirinya hanya diam dan duduk di tempat.

Zelia yang akan bangkit untuk meminta tanda tangan pun mengurungkan niatnya saat melihat Airin yang melamun.

"Airin.. Hey Airin.. Lo melamun??" ucap Zelia.

"Hm?? Apa Zel??" ucap Airin tersadar dari lamunannya.

"Lo melamun rin?? Lagi melamunkan soal apa?? Soal kak Raffael tadi??" ucap Zelia.

Airin pun menggeleng lemah.

"Enggak kok Zel.. Kenapa?? Lho, kok mereka semua pada gak ada sih??" ucap Airin.

"Mereka semua pada ke luar kelas untuk berburu tanda tangan dari perangkat OSIS.. Lima orang aja kok.. Lo udah buat tabel nya??" ucap Zelia.

"Hmm udah kok Zel.." ucap Airin.

"Ya udah yuk minta tanda tangannya.." ucap Zelia.

"Hmm.. kamu duluan aja ya Zel.. aku sebentar lagi.." Ucap Airin.

Zelia pun mengangguk.

"Oke.. ya udah kalau gitu aku duluan ya.. bye rin.." ucap Zelia.

Airin pun mengangguk.

Melihat Zelia yang telah ke luar dari kelas dan Airin yang sedang mengeluarkan selembar kertas yang berisi tabel dan juga mengambil pulpen, Raffael pun menghampiri meja Airin.

"Kamu melamun tadi rin??" ucap Raffael.

"Hmm iya kak.. maaf ya kak aku gak dengarin penjelasan kakak tadi di kelas.." ucap Airin.

Raffael pun mengangguk dan tersenyum.

"Iya gak apa-apa kok.. siniin tugas kamu biar aku tanda tangani.." ucap Raffael.

Airin pun menyerahkan selembar tugasnya pada Raffael lalu Raffael pun langsung menandatanganinya.

"Makasih kak.." ucap Airin.

"Iya sama-sama.. Sekarang kamu bisa minta tanda tangan sama Alvino dan Tiara.. dua lagi entar aku bantuin.." ucap Raffael.

Airin pun mengangguk.

"Makasih kak.. kakak baik banget sama aku.." ucap Airin.

"Sudah seharusnya rin.. Karena aku mencintai kamu.. Jadi sudah sepantasnya jika aku selalu ada untuk kamu dan membantu kamu..." ucap Raffael.

.............

Thank you for reading..

❤❤❤❤

avataravatar
Next chapter