webnovel

Flash Back

Hari ini, hari pernikahan Arzka sang CEO dingin dengan seorang gadis cantik bernama Kirana Putri Akira atau biasa di panggil Rara.

Suara musik terdengar merdu di telinga, semua orang tersenyum bahagia. Namun, tidak untuk Arzka ataupun Rara.

Sejak awal Arzka memang tak menyetujui pernikahan ini. Semua ini, diatur oleh Ibunya, hanya tak bisa menolak permintaan Ibunya itu.

Dengan wajah datar, Arzka menunggu Rara di depan altar pernikahan.

Rara digandeng Ayahnya menuju ruang pernikahan. Ekspresi wajahnya tampak kesal. Dia pun tak menginginkan pernikahan ini, dengan alasan yang sama dengan Arzka.

Sampai didepan altar, Arzka langsung mengulurkan tangannya untuk menyambut tangan Rara. Ayah Rara menyerahkan tangan Putri nya pada Arzka seraya berbisik sesuatu.

"Tolong, jaga putriku!"

"Iya." Arzka membalasnya dengan datar.

Rara pun menyambut tangan Arzka, dia segera membawa Rara ke tempat pernikahan.

"Ingat perjanjian kita!" bisik Rara, seolah memberi peringatan.

"Kau tidak perlu khawatir. Aku tidak berniat dengan gadis sepertimu!" Arzka membalasnya dengan dingin.

Rara dibuat kesal dengan jawaban yang diberikan Arzka padanya.

#Flashback on#

Sinar mentari pagi memasuki cela jendela kamar seorang pria yang masih terlelap dalam tidurnya.

Arzka masih asyik bermain dalam dunia mimpi sampai suara ponselnya membangunkan dia. Dia terjaga dari tidurnya, hanya saja, masih malas untuk membuka mata.

Tangannya yang kekar meraba-raba meja disampingnya untuk mengambil ponselnya yang terus berbunyi. Arzka meraih ponselnya dan langsung mengangkat panggilan masuk tanpa melihat siapa yang menelponnya.

"Hallo!" sapa Arzka dengan nada malas.

"Arz, apa kau sudah bangun nak?" suara seorang wanita yang terdengar lembut.

"Ibu, aku baru saja bangun. Ada apa Ibu menelponku pagi pagi begini?" Arzka langsung mengetahui siapa yang menelponnya. Itu Ibu Arzka, nyonyak Han.

"Arz, bisakah kau pulang kerumah sayang?" tanya Ibu.

"Memang ada apa, Bu? Tiba-tiba memintaku pulang?" Arzka mengubah posisinya menjadi duduk sambil bersandar.

"Haruskan seorang Ibu memiliki alasan untuk meminta putranya, yang sudah lama tidak dia temui untuk pulang ke rumah?" ibu berkata dengan nada canda.

"Baiklah, Ibu. Sebelum Arz berangkat ke kantor, Arz akan mampir ke rumah Ibu dulu." ujar Arzka.

"Ibu menunggumu, nak. Berhati-hatilah dijalan!"

"Iya, Ibu." Arzka menutup telponnya dan menaruh kembali ponselnya di meja.

Arzka mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Dia melirik jam di meja kecilnya, waktu sudah menunjukan pukul 7 pagi. Arzka beranjak bangun dan berjalan kekamar mandi.

Tak berapa lama, Arzka keluar dari kamar dengan penampilan rapi. Dengan jas hitam dan dasi hitamnya. Dia terlihat tampan meski ekspresinya selalu dingin.

Arzka menurun tangga menuju lantai bawah. Di bawah sudah ada berapa bawahannya yang menunggunya.

"Selamat pagi Master!" Sapa salah satu bawahan.

"Apa semua sudah siap?" tanya Arzka.

"Sudah Master! Semua sudah siap."

"Aku akan pergi ke rumah Ibu. Kalian tetap disini untuk berjaga-jaga!" pinta Arzka.

"Baik Master!"

Arzka berjalan ke bagasi mobil, lalu menyalakan mobil ferrari kesayangannya. Mobil ferrari merahnya melaju di jalan dengan kecepatan sedang menuju rumah keluarga Han.

Sampai di depan gerbang rumah keluarga Han yang besar dan mewar, gerbang rumah itu langsung terbuka saat melihat mobil milik Arzka.

Arzka segera masuk ke dalam, dan memarkirkannya di halaman rumah yang luas itu. Berapa pelayan wanita dan pria bersiap menyambut kedatangan bos mereka. Semua memberi hormat saat Arzka keluar dari mobil.

"Selamat pagi Tuan Arzka!" sapa para pelayan.

"Dimana Ibu?" Arzka langsung bertanya.

"Nyonya, ada di ruang makan. Nyonya sudah menunggu anda, Tuan!" jawab salah satu pelayan.

Tanpa banyak bicara, Arzka masuk kedalam dan langsung menuju ruang makan. Ibunya sudah menunggu di meja makan.

Begitu melihat Ibunya, Arzka langsung memeluk Ibunya dari belakang dengan lembut. Ibu yang sudah lama tidak dia temui karena kesibukkannya.

"Ibu, Arz merindukanmu," bisik Arzka.

"Arz, putra Ibu. Ibu juga sangat merindukan mu. Maafkan Ibu sudah membuatmu datang kesini, Ibu tau kamu pasti sibuk." ibu menyentuh wajah putranya itu dengan lembut.

"Tidak masalah untukku, Ibu. Sesibuk apapun aku, Ibu lah yang paling utama." Arzka berkata dengan lembut pada ibunya.

Ibu tersenyum mendengar perkataan putra kesayangannya itu.

"Sudah, ayo makan! Kamu pasti belum sarapan kan? Ibu sudah memasak makanan kesukaan mu." ujar Ibu dengan senyum.

Arzka melepaskan pelukannya dan berjalan ke meja makan lalu menarik kursi. Dia duduk berhadapan dengan Ibunya.

Arzka terlihat senang melihat banyak sekali makanan kesukaannya di meja makan. Tanpa menunggu lagi, Arzka segera mengambil piring dan mengambil semua makanan favorite nya.

Arzka jika di hadapan Ibunya, dia menjadi lembut, ramah dan hangat. Sikap Arzka sangat berbeda saat bersama orang lain.

Dia terkenal kejam, dingin, arogan di hadapan orang lain. Semua orang takut padanha saat pertama kali melihatnya.

"Arz, sekarang kamu sudah dewasa. Kapan kamu akan memperkenalkan calonmu pada Ibu? Ibu sudah terlalu tua untuk terus menjagamu." Ibu membuka pembicaraan.

Arzka yang sedang makan, berhenti mendengar ucapan Ibunya.

"Aku tidak punya calon. Dan aku belum ingin menikah, Ibu" Arzka menjawabnya dengan tenang.

"Nak, Ibu sudah tua. Ibu khawatir jika nanti Ibu tidak ada, siapa yang akan mengurusmu." Ibu tampak mengkhawatirkan putranya itu.

"Arz bisa mengurus diri sendiri. Ibu jangan bicara seperti itu. Bukan cuma Arz yang membutuhkan Ibu, Hime juga masih membutuhkan Ibu." Arzka menyentuh tangan Ibunya.

"Iya Ibu tahu itu. Tapi jika kau sudah memiliki calon, Ibu menjadi tenang. Ibu selalu mengkhawatirkanmu, nak."

"Saat ini Arzka belum memikirkan pernikahan, Bu. Arzka masih fokus pada perusahaan kita."

"Arzka, maafkan Ibu dan Ayah. Terpaksa membuatmu mengurus semuanya." suara Ibu terdengar sedih.

"Ibu, Arzka tidak merasa keberatan jika harus mengurus semuanya. Karena ini semua usaha Ayah dan Ibu yang sudah susah payah kalian bangun. Arzka tidak mungkin membiarkan usaha kalian hancur begitu saja!" ucap Arzka dengan penuh keyakinan.

"Kamu memang anak yang baik, Arzka. Ibu bangga padamu." ibu senyum begitu tulus.

Mereka pun kembali melanjutkan sarapannya.

"Ibu, jika waktunya tiba, aku pasti akan membawa calon untuk menemui mu. Ibu, jangan khawatir, aku pasti akan menikah tapi tidak sekarang!" Arzka mencoba memberi pengertian pada Ibunya.

"Iya, Ibu percaya padamu. Sudah, ayo lanjutkan sarapannya!"

Ibu tersenyum senang, dan melanjutkan sarapannya. Selesai sarapan, Arzka bergegas pergi ke kantor nya.

Ibu mengantar Arzka sampai di depan rumah, meski memakai kursi roda. Dulu keluarganya mengalami kecelakaan yang menyebabkan ayahnya meninggal. Sedang kan Ibunya mengalami kelumpuhan total.

Sehingga sekarang Ibu Arzka terpaksa memakai kursi untuk tetap beraktifitas dan di bantu oleh seorang suster pribadi.

"Nak, hari minggu nanti kamu ada waktu tidak?" tanya Ibu.

"Tidak ada. Memang ada apa, Bu?" Arzka kembali bertanya.

"Ibu hanya ingin mengajak mu bertemu dengan teman lama Ibu. Kamu mau kan menemani Ibu?" Ibu bertanya dengan penuh harapan.

"Baiklah. Aku akan pulang hari minggu nanti, Ibu. Aku harus berangkat, sampai jumpa, Bu!"

"Hati hati dijalan nak. Ibu menyayangimu."

Ibu mencium kening Arzka.

"Iya, Bu. Aku berangkat."

Ibunya tersenyum tulus pada Arzka.

"Kalian, jaga Ibuku! Jangan sampai terjadi sesuatu padanya! Apa kalian mengerti?!" perintah Arzka dengan tegasnya.

"Baik Tuan. Kami mengerti!"

Arzka masuk kedalam mobil dan mobil itu kembali melaju di jalan aspal dengan kecepatan yang cukup tinggi. Arzka menjalankan mobilnya seorang diri tanpa sopir. Dia segera memacu mobilnya, agar sedikit lebih cepat sampai di kantornya.