1 1. Pertemuan

Jakarta, 09 Februari 2020.

Seorang gadis dengan pita kupu-kupu yang selalu melekat di rambutnya itu pun, lantas mulai menitikkan air mata-nya dengan suara isak tangis yang terdengar memilukan hati.

Memilukan dan mematahkan hati siapapun yang mendengarkannya.

"Ini gak mungkin! Papa sama Mama gak mungkin ninggalin Reina, kan? Ini semua pasti cuman rekayasa kalian aja kan? Pasti sekarang Papa sama Mama cuman lagi nge-prank aku doang, kan? Iya kan, Tante? Aku mohon, Tante! Bilang sama Mama dan Papa buat henti in semua prank ini, aku janji sama Mama dan Papa, aku akan lebih berusaha lagi buat dapatin pekerjaan seperti yang mereka bilang! Aku pasti akan mendapatkan pekerjaan itu, Tante! Bilang ke mereka, Tante! Aku mohon! Hikss.. hikss... hiks..," tutur Reina di sela-sela isak tangisnya.

Kirana, wanita yang dipanggil dengan sebutan Tante oleh Reina itu pun, hanya dapat berdiam diri dengan air mata yang juga turut mengalir deras dari pelupuk matanya.

"Tante! Plis, aku mohon kasih tau ke mereka! Aku gak suka, yah! Kalo Papa sama Mama itu, nge-prank aku kayak gini! Aku tau, pasti semua luka itu cuman hasil make up Tante Kira aja, kan? Om Doni! Aku mohon, Om! Suruh Papa sekarang buka matanya! Semua ini pasti cuman rekayasa! Semua ini pasti cuman pura-pura! Iya, kan? Aku mohon! Berhenti buat bersandiwara kayak gini," tutur Reina kembali yang pada detik berikutnya langsung terduduk lemas.

Setelah dirinya menjadi diam, barulah setelah itu, ayat-ayat Yasin mulai dilantunkan oleh para tetangganya dengan dipimpin oleh seorang ustadz.

Sungguh. Kejadian ini, tidak pernah ada dalam bayangan Reina sekali pun. Di saat dirinya baru saja lulus, bukannya merasa bahagia, Reina justru harus tersiksa dengan semua kejadian ini.

Beberapa menit setelahnya, orang-orang pun lalu mulai mengangkat tubuh kedua orang tuanya itu. Mulai meletakkan tubuh orang tuanya itu, pada sebuah keranda yang sudah dipersiapkan oleh orang-orang itu sebelumnya.

Dalam kebisuan, Reina hanya mampu meneteskan air matanya sebagai pertanda jika gadis itu tidak baik-baik saja saat ini.

Hingga sampai pada, acara pemakaman telah usai. Reina pun masih setia, berdiri mematung dengan tatapan lurus ke arah dua gundukan tanah yang masih basah itu.

"Reina. Kita pulang ke rumah sekarang, yah! Kamu kan baru saja pulang dari melamar pekerjaan, pasti sekarang kamu merasa lelah. Kita istirahat di rumah sekarang, yah!" tutur Kirana yang mulai membawa tubuh gadis itu, membimbingnya menuju mobil mereka.

Setelah itu, hari-hari yang Reina lewati pun penuh dengan kehampaan. Dirinya hanya terus menghabiskan waktunya, berkurung diri di dalam kamarnya.

Tak terasa, kini sudah masuk minggu ke-2 dari hari kematian kedua orang tua gadis itu.

Yang biasanya, tak ada seorang pun yang mengusik dirinya. Hari ini, suara sang Om tiba-tiba terdengar mendobrak pintu kamar-nya dengan kuat.

"Keluar! Mulai sekarang semua aset peninggalan kedua orang tua kamu, sudah berpindah hak menjadi milik saya! Dan ini buktinya! Maka dari itu, saya ingin kamu segera angkat kaki dari rumah saya ini!" tegas Doni dengan didampingi Kirana.

Tatapan Reina pun lalu jatuh pada sebuah sertifikat yang dilemparkan di depan matanya itu. Barulah saat itu, Reina sadar kenapa tiba-tiba Om dan Tante-nya itu menjadi baik kepada dirinya pada tempo hari itu.

Ternyata, dengan licik kedua orang itu mulai memanipulasi dirinya. Mereka berdua ternyata sengaja memanfaatkan kesedihan dan duka yang sedang Reina hadapi saat ini untuk mengambil seluruh warisan yang Reina punya.

Mau tak mau, Reina pun hanya bisa mengemasi seluruh barang-barangnya saat ini.

Ingin rasanya ia melawan, namun sepertinya semua itu hanya akan menjadi sia-sia. Dirinya bukan anak hukum yang akan dengan mudah membuat strategi sebesar itu.

Kini, Rejna hanya bisa berjalan tak tentu arah. Perasaan ingin menyerah pun seketika tumbuh dan membesar di dalam diri Reina.

Hingga saat hari telah mulai berubah menjadi gelap, matanya pun tiba-tiba terpaku pada sebuah gedung berlantaikan 14 itu.

Bayangan agar seluruh beban hidup-nya itu menjadi hilang pun, dengan cara terjun bebas dari atas gedung pun seketika mulai memenuhi otak-nya.

Tanpa sadar, langkah kakinya pun mulai membawanya menuju gedung itu.

Langkah demi langkah yang ia tempuh pun, semakin membuat hatinya menjadi yakin untuk mengakhiri hidupnya hari ini juga.

Sebab, tak ada lagi rasanya alasan untuk dirinya hidup saat ini. Orang-orang yang ia sayangi telah pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.

Harta dan seluruh peninggalan kedua orang tuanya pun kini telah dirampas oleh Om-nya sendiri. Jadi, apalagi yang harus ia lakukan di dunia ini? Jika alasan untuk ia masih tinggal di dunia ini sudah tidak ada lagi.

Dengan penuh keyakinan besar, Reina pun lalu mulai melepaskan tas besar yang tadi berada dalam genggamannya itu.

Melepaskannya ke sembarang arah. Huft! Sebuah hembusan nafas pun perlahan mulai terdengar, keluar dari mulut gadis itu.

Perlahan, kakinya pun mulai ia langkahkan kembali. Setapak demi setapak menuju pengakhiran hidupnya.

Kini, dirinya pun sudah berdiri tegak tepat di atas tembok yang menjadi pembatas rooftop itu.

Kedua tangannya pun lalu ia rentangkan lebar-lebar. Membiarkan angin malam itu mulai menusuk ke dalam kulitnya.

Sejenak, hati dan pikirannya terasa mulai tenang. Namun, tetap saja. Hal itu tidak membuat, niat gadis itu untuk mengakhiri hidupnya usai.

"Selamat tinggal. Penderitaan," gumam Reina pelan yang setelahnya langsung berniat untuk menjatuhkan dirinya.

Akan tetapi, sebelum hal itu benar-benar terjadi. Sebuah tangan sudah lebih dahulu menahan dan langsung menarik lengannya dengan kuat.

Reina yang merasa terkejut dengan hal itu pun, seketika menjadi tak bisa menyeimbangkan tubuhnya lagi. Reina pun lalu jatuh, tepat di atas tubuh sosok misterius yang menahan tubuhnya.

Perlahan, Reina pun mulai membuka matanya. Tatapan mata yang tajam dengan bola mata berwarna merah pekat, layaknya sebuah darah kental itu pun menjadi awal pemandangan yang Reina lihat.

"Bisakah kau bangkit dari atas tubuhku? Tubuhmu lumayan terasa berat jika terus menindih diriku," tutur lelaki misterius itu dengan seringai aneh-nya.

Reina yang baru sadar dengan maksud lelaki itu pun, seketika langsung menegakkan tubuhnya.

Mulai merapikan kembali baju-nya yang tampak kusut karena habis terjatuh itu.

"Kamu? Kenapa bisa ada di sini? Tadi, saya sudah pastikan tidak ada orang lain selain saya di sini. Lalu, bagaimana kamu bisa ada di sini? Dan siapa kamu sebenarnya? Kenapa warna matamu sangat berbeda?" tanya Reina dengan wajah kaku-nya.

Lelaki misterius itu pun seketika semakin melebarkan seringai-nya begitu gadis itu mulai menanyakan tentang dirinya.

"Perkenalkan, aku Javier. Iblis yang akan menolong orang-orang yang merasa putus asa sampai ingin mengakhiri hidupnya. Aku akan membantu dirimu. Apapun yang kau inginkan, pasti akan aku kabulkan. Dan yang pasti, hidup kamu akan berubah menjadi lebih baik dari sekarang ini. Aku adalah iblis penyelamat dirimu. Dan untuk membuat diriku dan kau menjadi terikat, kau hanya perlu menandatangani kontrak perjanjian ini. Bagaimana? Hanya tinggal tanda tangan di atas kertas ini lalu aku akan berikan segala yang kau inginkan, segalanya, apapun yang kau mau," tawar iblis itu yang ternyata bernama Javier.

Mendengar ucapan Javier, Reina pun tampak mengerutkan keningnya, merasa bingung dengan apa yang baru saja terlontarkan dari mulut lelaki itu.

"Tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Kau hanya perlu menandatangani surat ini dan kehidupanmu akan berubah dalam sekejap mata. Jadi, tunggu apalagi? Aku tau, kau begitu memerlukan hal ini. Dan kau, mau tak mau harus menandatangi surat ini. Bunuh diri adalah dosa besar. Dan Tuhan pasti akan menghukum dirimu, jika sampai kau melakukan hal itu. Jadi, akan lebih baik kau tanda tangan saja perjanjian ini. Dan Tuhan tidak akan jadi murka kepadamu," rayu Javier dengan kata-kata manisnya.

Reina yang saat itu masih dalam mode berduka yang tak kunjung sirna pun, akhirnya mulai terpengaruh dengan tawaran iblis itu.

Dalam pikiran Reina, Javier adalah sosok iblis yang pasti memiliki sikap yang baik. Sebab, berkat Javier. Reina akhirnya ingat jika bunuh diri akan membuat Allah menjadi marah besar kepada dirinya.

Lalu, pasti iblis itu adalah sosok yang memang ditakdirkan untuk bertemu dengan dirinya dan menyelamatkan dirinya dari murka Tuhan.

Tanpa berpikir lebih lama lagi, setelah itu Reina pun mulai menorehkan tanda tangannya tepat di surat kontrak itu.

Sebab, dirinya sekarang sudah benar-benar percaya dengan Javier. Ia yakin, Javier tidak mungkin menipu dirinya.

Dan tanpa gadis itu sadari, sebuah seringai penuh licik kembali terukir jelas di wajah Javier saat ini.

"Sebentar lagi. Setelah ini, aku akan menjadi iblis terkuat di muka bumi ini," batin Javier sembari menyeringai licik.

*****

avataravatar
Next chapter