7 6

6

"Ck, assh" Boy meringis saat sikunya yang berdarah di tetesi obat luka oleh pembantu rumahnya.

"Sialan, ini sakit banget tau ngga!" umpatnya menatap layar laptopnya.

"Sorry, gue ngga tau kalau perdebatan gue sama Kana buat lo keserempet motor"

"Makanya lain kali kalau mau berantem jangan pas jauh jauhan gini" desis pria itu menatap layar laptopnya yang menampilkan wajah Andre yang sedang terkekeh disana.

"Gue cuma ngasih tau dia buat bepergian sama supir, tapi dianya marah karena merasa tertekan"

"Bacrit lo, pokoknya lo harus bayar mahal pekerjaan gue" tukas Boy menuntut "Ini pertama kalinya gue nyelamatin orang yang gue kuntit, kalau bukan karena istri lo, udah gue biarin tuh di tabrak"

Andre terkekeh menatap wajah kesal Boy yang terlihat berlebihan layaknya remaja lagi masa puber "Gue pastiin, lo dapet mobil sport terbaru karena udah nyelametin istri dan calon anak gue"

Seketika Boy tersenyum sumringah dengan sogokan sahabatnya yang penuh pengertian "Gue tunggu" tuntutnya.

"Thanks Boy udah nyelametin mereka" ujar Andre tulus.

Boy tersenyum kecil "Cukup sebanding luka siku gue di ganti dengan mobil sport" bangganya "Eh iya, gue mau nanya"

"Apaan?"

"Sahabat istri lo namanya Melly Trinindya?"

"Yoi, kenapa? Lo naksir?"

"Dia itu cewek yang dijodohin papa sama gue, tadi gue cukup terkejut lihat dia ketemuan sama istri lo. Ternyata dunia ini cukup sempit" ujar Boy tak menduga jika calon istrinya adalah sahabat dari istri sahabatnya.

"Cukup sempitlah untuk Tuhan membuktikan bahwa jodoh lo di dekat lo"

"Gue ngga berharap dia adalah jodoh gue"

Andre mengernyit atas penolakan Boy yang tak biasanya, pria itu sebelumnya tak pernah menolak kehadiran seorang wanita.

"Lo ngga biasanya"

"Gue akan seperti biasanya kalau cewek itu cuman mau bersenang senang sama gue, bukan mau mengikat gue dalam sebuah ikatan khusus"

"Udah seharusnya lo ninggalin kebiasaan lo Boy, lo ngga bisa terus-terusan lampiasin nafsu lo sama banyak jalang di luar sana. Lo ngga takut terjangkit virus HIV AIDS?"

Boy tertawa meremehkan perkataan Andre "Gue selalu pake pengaman" belanya.

"Yah, gue harap lo masih sehat"

"Gue benci banget dengar perkataan lo yang negur gini, membuat fungsi otak gue terbalik"

Andre tertawa terbahak-bahak "Gue sebagai sahabat lo, cuma mengingatkan"

"Iya iya, sahabat"

Ini hari ke-5 untuk Andre di luar Kota seharusnya tapi ia memilih menyerahkan pekerjaannya pada Jo untuk dua hari lagi. Bik Ana kemarin menelponnya dan memberitahukan padanya bahwa Kana benar benar shock dengan kecelakaan itu hingga tidak mau keluar kamar sama sekali.

Bahkan karena kejadian itu Kana tidak mampu menghabiskan susunya segelas, ia hanya meminum sedikit saja. Hal itu jelas sangat mengganggu pikiran Andre hingga ia memilih pulang lebih cepat dari seharusnya.

Setelah menekan sandi pagar rumahnya, Andre segera memasuki rumahnya meninggalkan pagar otomatisnya yang menutup sendiri.

Dengan langkah cepat, ia memasuki rumahnya yang terlihat sunyi.

"Tuan, Ny.Kana tidak mau keluar kamar"

"Saya akan ke kamarnya bik, tolong bawakan makanan dan susu hamilnya" titah Andre.

Andre tanpa membuang waktu, mengambil kunci cadangan di lemari kamarnya kemudian kembali ke depan kamar Kana dan membuka pintu itu perlahan.

Dapat pria itu lihat, Kana sedang duduk di ranjangnya sambil memeluk lututnya. Ia menghela nafas lega karena istrinya itu dalam keadaan baik dari yang dia duga.

"Hei" Andre membungkuk untuk menghindari keterkejutan istrinya saat melihatnya.

Kana menoleh sejenak sebelum akhirnya mengalungkan tangannya di leher Andre dengan begitu erat. Air matanya sudah keluar dari persembunyiannya saat melihat suaminya.

Andre awalnya kaget mendapat pelukan tiba-tiba itu, namun ia masih bisa menyeimbangkan tubuhnya hingga tidak terjatuh karena pelukan Kana. Pria itu melingkarkan tangannya di pinggang istrinya.

"Maaf.." isak Kana.

"Yang penting kalian ngga apa-apa" tutur Andre menenangkan wanita itu. Yah, lagi pula ia tak masalah asalkan istri dan anaknya itu selamat.

"Maaf" ulang Kana kembali.

Andre mengendurkan pelukannya , namun tangan Kana tetap erat melingkar di lehernya seolah takut jika pria itu akan pergi.

"Hei, udah jangan nangis lagi. Saya ngga marah"

Kana menggelengkan kepalanya dalam lekukan leher suaminya. Ia tau bahwa Andre tak akan marah padanya namun ia sangat merasa bersalah atas kecelakaan itu. Ini kesalahannya karena menentang titah Andre yang berusaha melindunginya.

"Ayolah Kana, ini bukan kesalahan kamu. Saya yang membuat kamu kesal waktu itu"

Secara perlahan Kana mulai mengendurkan pelukannya hingga terlepas dari tubuh Andre, namun ia menundukkan kepalanya, tidak ingin menatap Andre karena masih merasa bersalah.

Andre mengangkat dagu istrinya dengan lembut, ia mengumpulkan rambut panjang yang menutupi wajah Kana itu menjadi satu kemudian mengikatnya dengan ikat rambut Kana yang terletak bebas di atas bantal.

Tangannya kemudian bergerak perlahan ke pipi Kana untuk menghapus air mata wanita itu. Diarahkannya Kana menatap tepat pada manik matanya.

"Apa ada yang sakit?"

Wanita itu menggeleng.

"Ayo cuci muka dulu, setelah itu kamu harus makan dan minum susu"

Kana membiarkan saja ketika Andre menggendong tubuhnya memasuki kamar mandi, membasuh wajahnya bahkan membantunya sikat gigi dan menghanduki wajah Kana yang basah.

Setelah selesai dengan aktivitas membantu Kana di kamar mandi, Andre menggendong wanita itu kembali ke atas ranjang karena bik Ana sudah membawa makan malamnya ke kamar.

Andre menyuapkan makanan yang telah disediakan bik Ana itu kepada istrinya dengan telaten.

"Andre"

Andre menatap istrinya lembut dengan mimik bertanya 'ada apa?' namun tampaknya Kana tak puas dengan tatapan Andre itu.

"Hm?" tanggap Andre

"Kalau seandainya kecelakaan itu terjadi lagi dan kamu harus memilih antara aku dan anak kamu. Siapa yang akan kamu pilih?"

Andre menggelengkan kepalanya singkat, ia menatap Kana sejenak sebelum akhirnya mengusap lembut pipi wanita itu.

"Jangan tanyakan pertanyaan yang jawabannya bisa melukai perasaan kamu ataupun baby" tukasnya tak ingin memberi jawaban pasti kepada istrinya. Karena untuk menentukan hal seperti itu adalah hal yang paling sulit untuk ia lakukan.

Kana mengangguk singkat menanggapi jawaban Andre, ia juga sebenarnya merasa bahwa pertanyaannya itu tidak perlu di jawab. Karena seharusnya ia sudah tau apa jawabannya mengingat bagaimana sikap Andre yang selalu berusaha melindungi kandungannya.

Andre menggenggam tangan Kana erat melihat istrinya itu tampak terganggu karena pertanyaannya tadi yang tak mendapat jawaban pasti.

"Tidak usah di pikirkan, semuanya akan baik baik saja. Istirahatlah dengan baik, jangan terlalu banyak berfikir" titah Andre membaringkan Kana yang telah menghabiskan setengah gelas susu hamilnya.

Kana masih belum memejamkan matanya melihat Andre masih belum meninggalkannya sendiri. Namun Andre menyadari hal itu hingga dengan lembut ia memijat kening Kana untuk membuat istrinya itu nyaman dan segera memejamkan matanya.

Dan benar saja, Kana memejamkan matanya mendapat perlakuan Andre yang menghangatkan hatinya.

avataravatar
Next chapter