5 4

4

Sejak kembali dari rumah sakit, Kana terus menundukkan kepalanya karena malu. Bagaimana tidak? Sejak dr.Jenny memberi tahu Andre bahwa ia mengidam ingin di peluk oleh Andre membuat pria itu terus menatapnya sejak dari rumah sakit, perjalanan pulang bahkan hingga sampai di rumah.

Andre bahkan merasa tak ragu dan malu menatapnya secara terang-terangan yang Kana yakin itu adalah tatapan godaan untuk mengejeknya.

"Pantes aja beberapa hari ini kamar ngga pernah di kunci lagi, ternyata ada yang pingin di peluk"

Kana meremas bajunya mendengar sindiran halus dari suaminya. Dalam hati menggerutu, lagi pula ini bukan kemauan hatinya tapi kemauan janinnya.

"Ayo tidur supaya saya peluk" ajak Andre. Pria itu sudah lebih dulu membaringkan tubuhnya di atas ranjang Kana.

"Ini bukan kemauan saya" ujar Kana karena tak mau Andre salah paham, mengira ia yang menginginkan pelukan itu "Tapi kemauan calon baby" sambil Kana bergerak membaringkan diri.

Andre dengan tak sabar karena pergerakan Kana yang begitu lambat segera menarik wanita itu ke dalam pelukannya "Iya, saya tahu" ucapnya lugas.

Kana memejamkan matanya, begitu menikmati harum tubuh Andre yang membuatnya mabuk. Belum lagi dada bidang dengan perut kotak kotak itu sangat nyaman baginya, membuatnya semakin menenggelamkan kepalanya di dada Andre.

Tubuh kekar Andre terasa begitu hangat untuk Kana, bahkan ia merasa terlindungi dengan adanya tubuh besar yang melingkupinya itu. Napas Andre yang beraroma mint juga menghembus-hembus di wajahnya hingga terasa hangat.

Rasanya semua yang ada pada Andre sangat cocok untuk Kana. Seperti di takdir kan dalam porsi pas hanya untuk dirinya seorang.

Disisi lain Andre malah di buat tak fokus dengan adanya tangan Kana yang melingkari perutnya dan dada wanita itu yang menempel di perutnya. Menimbulkan gelenyar aneh di tubuh Andre, dan debaran tak alami di dadanya. Namun, Andre berusaha bersikap biasa saja agar tak menimbulkan ketidaknyamanan terhadap istrinya.

"Kalau nanti kamu ngidam pengen di peluk saya, kamu tidur di kamar saya saja sebagai pengganti saya selama tujuh hari"

Andre mendengus saat tidak mendapat jawaban, karena ternyata istrinya sudah tidur dengan damai dalam pelukannya. Ia mengusap-usap kepala Kana dengan lembut.

Andre meneguk segelas susu putihnya dengan cepat, ia hanya menyantap beberapa lapis roti selai sebagai sarapan paginya. Sedangkan Kana tampak asyik menikmati nasi goreng pagi itu.

"Kalau kamu butuh apa apa, minta tolong sama bibik. Saya sudah pesan sama bibik supaya akhir pekan ngga ninggalin kamu sendiri"

Kana mengangguk dengan patuh karena mulutnya yang penuh membuatnya tak susah payah menjawab. Setelah selesai menghabiskan seporsi nasi gorengnya, ia mengambil buah semangka sebagai makanan penutup.

"Jangan lupa minum susunya, saya sudah ingatkan bibik buat ngawasin kamu sampe menghabiskan susu" Kana lagi lagi mengangguk saja. Ia tampak tak begitu ingin menanggapi perkataan Andre.

Drttt..drrrt

Andre segera mengangkat telponnya begitu melihat nama Boy tertera di layar ponsel.

"Hallo"

"Ada apaan lo nelpon gue tadi? Pasti lagi ada maunya nih"

Andre terkekeh mendengar nada menuduh dari sahabatnya itu, walaupun tuduhan Boy tidak sepenuhnya salah karena saat ini ia sedang membutuhkan bantuan sahabatnya itu.

"Cepetan deh ngomong, gue lagi badmood nih"

"Sabar atuh bang, gue mau lo lakuin sesuatu buat gue sekalian ngembangin bakat lo...hehehe.. Tapi gue ngga bisa ngomong lewat telpon, nanti gue ke rumah"

"Hm"

"Yaudah, gue tutup"

Tut

Andre kembali meletakkan ponselnya di atas meja makan, tepat di samping piring bekasnya tadi. Ia kemudian menatap istrinya yang masih sibuk menyantap buah buah di meja yang memang khusus Andre sediakan untuknya.

Andre duduk di atas pesawat pribadinya dengan tenang meski sebagian dari dirinya tak rela meninggalkan istrinya yang sedang mengandung anak pertama mereka.

Jo Kimtan Pradipta-sekretaris sekaligus orang kepercayaannya juga terlihat memerhatikan bossnya itu.

"Kita baru terbang loh boss, jangan buat saya seolah-olah memaksakan ini semua" ujar Jo mencibir Andre.

Andre menatap ponselnya yang mati "Saya cuma takut calon anak saya kenapa-napa" jelasnya.

"Kalau ibunya boss?" goda Jo dengan senyum miring di wajahnya.

"Itu yang pertama, karena kalau ibunya kenapa-napa pasti anaknya juga mengalami itu"

Jo terkekeh mendengar jawaban Andre "Alasan banget sih bos, bilang aja gengsi ngakuin sayang istri"

"Kenapa saya harus gengsi?"

"Ya mana saya tau bos"

Padahal belum lebih dari 24 jam kepergian Andre, tapi Kana sudah merasa sepi di rumah hanya bersama bibik. Entah ini memang perasaannya atau bawaan janin yang merindukan ayahnya. Tapi ia benar benar merasakan ketidakadaan Andre di dekatnya, walaupun biasanya pria itu juga tidak sedekat itu dengan Kana.

Seperti pesan Andre yang disampaikan padanya, ia memasuki kamar pria itu sebagai pengganti. Pertama kali membuka pintu saja, Kana sudah dapat merasakan indera penciumannya disuguhi harum khas Andre. Harum yang memabukkan.

Masuk ke kamar Andre benar benar membuat perasaannya agak tenang, seolah di dalam kamar itu memang ada Andre. Ia memeluk bantal milik Andre sambil memejamkan matanya.

Ah...Kana sudah benar benar gila sekarang, kenapa ia merasa sesepi ini tanpa Andre?

Kana memandang langit langit kamar Andre, ia juga meneliti setiap benda yang berada di kamar itu. Dan satu benda berhasil menarik perhatiannya, sehingga ia melangkahkan kakinya ke depan benda itu. Itu foto ketika Andre mencium bibir Kana di altar setelah pemberkatan.

Kana memukul-mukul kepalanya sesaat setelah sadar tadi ia sempat memegang bibirnya ketika menatap foto yang terpajang indah itu. Kenapa tiba tiba jantungnya berpacu secepat ini? Ia memegang dadanya yang begitu bergemuruh sambil memejamkan matanya.

"Ini salah" desisnya sesaat.

Wanita itu segera keluar dari kamar Andre sebelum otaknya semakin stres. Ia juga memukul mukul kepalanya dengan pelan sambil bibirnya meringis menyalahi debarannya.

Saat masuk ke dalam kamarnya, Kana mendapati ponselnya menyala hingga ia dengan cepat mengambil ponsel itu.

"Andre" ujarnya melihat nama Andre tertera di layar sebagai penelpon.

"Hallo"

"Kamu dari mana aja, saya sudah menghubungi lebih dari 5 kali"

Kana menelan salivanya susah payah. Ada apa lagi ini? Kenapa jantungnya malah semakin berdebar cepat setelah mendengar suara Andre.

"Kamu baik-baik saja kan?" pertanyaan Andre kali ini berhasil mengganggu lamunannya.

"Hm, iya. Saya tadi di dapur"

"Baiklah. Apa kamu sudah minum susu malam ini?"

"Sudah"

"Bagus, jangan terlalu sering naik turun tangga. Itu bahaya untuk baby, jika butuh sesuatu, panggil saja bibik"

"Iya. Saya hanya melakukan apa yang masih bisa saya kerjakan"

"Tidak perlu"

Kana menghela nafas pasrah mendengar Andre begitu protektif pada kandungannya. Ia dengan pasrah hanya mengatakan iya pada Andre untuk membuat pria itu bungkam.

"Ya sudah, saya tutup telpon ya. Syallom"

"Syallom" jawab Kana membalas salam Andre. Ia kemudian membaringkan tubuhnya sambil memandangi ponselnya.

avataravatar
Next chapter