1 Tangis malam itu

Sore itu, disaat beberapa orang berlarian menghindari hujan, Nuzila menemukannya. Hantu dengan wujud transparan dan berpakaian serba putih itu berjalan mendekat. Gadis berkerudung dan berseragam sekolah ini ketakutan, hantu berwajah oriental itu semakin mendekatinya hingga berada lima meter dihadapannya. Tiba tiba dia menyeringai.

Hyaaaa!

Gadis itu berteriak melengking dan langsung kabur dengan kecepatan penuh. Bahkan pandangan heran banyak orang tak membuatnya berhenti dari larinya.

Makhluk macam apa dia, ketempelan jin kah? Apapun itu ia harus tetap lari tanpa berani melihat ke belakang.

###

Seluruh pintu dikunci, jendela ditutup. Rumahnya gelap. Lampu dinyalakan. Nafasnya naik turun. Jantungnya berpacu kencang. Tahu tahu dibelakang muncul wanita berkerudung hitam. Ia berteriak lagi. "Hyaa!"

"Loh kamu kenapa? Kok liat bude takut?"

"Ah Bude ngagetin aja ni."

"Tuh liat keringetan gitu, habis kejar kejaran sama hantu?"

"Aku memang habis dikejar hantu."

"Loh, nih minum dulu." Wanita berhijab dengan daster batik itu memberinya segelas air. Nuzila meneguknya sembari duduk.

"Tadi aku dikejar hantu, eh dia makin lama makin mendekat. Nyengir lagi."

"Iih kok bude jadi takut, kamu halusinasi kali. Kebanyakan nonton horror"

"Enak aja nggak, mana pernah aku nonton horror."

"Bude mandi dulu ya. Kakakmu tinggal di lap-in ya."

"Oh oke."

Ibu berusia lima puluh tiga tahun itu adalah Bu Aisyah. Tetangga sebelah yang kerap bolak balik ke rumah nuzila untuk membantu mengurus keperluan dirumahnya. Gadis itu merasa sangat bersyukur ada Bu Aisyah yang selalu membantunya mengurus kak Fany. Kak Fany adalah kakak semata wayang nuzila.

Gadis berusia sembilan belas tahun itu bernama Kak Fany, ia selalu terbaring di kamarnya, menatap langit langit kamar dan melamun. Pikirannya kosong. Namun berbeda saat diberi makan. Ia kerap berontak dan menjatuhkan makanan ke lantai. Nuzila sering mengandalkan suntik vitamin yang diberikan oleh dokter. Itu adalah satu satunya cara dirinya makan

Sejak usia lima tahun, saat nuzila masih memiliki keluarga yang utuh, ia mengenal keluarga mereka pertama kalinya. Suami Bu Aisyah adalah teman satu kantor dengan ayah nuzila. Itu kenapa keluarga Nuzila dan keluarga Bu Aisyah sangat dekat. Anak Bu Aisyah juga sering mengajak main waktu kecil termasuk pergi mengaji bersama. Meski sekarang jarak sudah terbentang jauh antara mereka. Lelaki itu kuliah di Turki

"Pergi! Pergi! Pergi!"

Nuzila melempar ember, piring, cangkir dan gayung sembari melantunkan bacaan ayat kursi.

"Allahulailahaillahuwal hayyul qayyum latakhudzuhussinatuwala naum lahumafissamawati.."

Bu Aisyah yang sedang memasak langsung kaget setelah mendengar suara rusuh dari sebelah rumahnya. Anak lelakinya juga mendengar, ia bergegas keluar menuju rumah Nuzila.

"Jangan mendekat! Pergi!!!!"

Nuzila menangis, ia menyerosotkan tubuhnya ke lantai. Tangannya menutup telinga. Wajahnya tertutup. Ia menangis kuat hingga air matanya tak urung membuat wajahnya sembab.

Tiba tiba pintu terbuka. Sosok pemuda tampan berkoko putih muncul dihadapannya

"Ada apa Zil? Kamu kenapa? Apa yang terjadi?"

Nuzila terkejut. Mendengar suara itu ia langsung membangunkan wajahnya

"Mas.. Irfan?"

"Ada apa? Apa yang terjadi?" Serunya panik.

Nuzila langsung melanjutkan tangisannya dihadapan Irfan. "Hiks.." Kedua tangannya sibuk menyeka air mata. "Aku nggak kuat mas, ayah dan ibu kemana aku membutuhkan mereka tapi kenapa mereka nggak ada."

"Zila, dengar. Kamu nggak sendiri. Ada Allah dan para malaikatNya. Allah ada ketika kita membutuhkan. Ketika kamu mengingat itu kamu nggak akan merasa sendirian. Ingat bahwa Allah tidak membebani hambaNya kecuali karena kesanggupannya."

"Iya Mas, makasih ya Mas. Aku nggak tahu lagi harus bagaimana."

"Sekarang kamu seka air matamu, kamu harus bangkit dan kuat ya. Ayo semangat nuzila."

Nuzila melirik sinis makhluk astral dibelakang Irfan. Dia malah kelihatan tersenyum sambil merasa takut digetok oleh panci yang dipegang nuzila.

Irfan adalah anak Bu Aisyah. Sejak kecil nuzila sangat menyukai Irfan. Dia selalu menolongnya disaat kesusahan. Apalagi mereka tetangga sejak kecil. Namun beberapa tahun belakangan mereka tak saling bertemu.

Lelaki itu mendapat beasiswa kuliah di Turki. Dia tercatat sebagai mahasiswa berprestasi disana. Nuzila semakin mengaguminya. Lama berselang akhirnya mereka dipertemukan lagi. Disaat yang sama sekali tak dimengerti seperti ini. Dia berubah, yang tadinya sangat sulit diajak adzan malah sering menjadi muadzin. Suaranya bagus. Dia berani.

Nuzila menemukannya kemarin, saat ia sukses dibuat pingsan oleh makhluk astral itu. Dia membangunkannya disaat gadis itu terlelap pingsan. Di masjid, saat pandangannya hanya terpusat kan pada lelaki itu. Ketika cahaya oranye menyapa dan menyinarinya. Saat itu pula cinta yang lama pun bersemi kembali.

###

Ada yang mengejutkan tentang hari ini. Hantu itu hadir kembali saat nuzila sedang melamunkan Irfan di depan kaca. Tepatnya disamping jendela kelas. Disaat yang sama juga pak Joko yang rajin memelintir kumis kedapatan melihat nuzila melamun.

"Sekarang kamu kerjakan soal nomor dua di papan tulis."

"Eh?"

Pak Joko adalah guru matematika paling killer yang suka mencari mangsa. Ibaratnya ini akan menjadi bencana di pagi yang tenang ini.

Langkah demi langkah nuzila mendekati papan tulis. Gugup. Semua mata melihatnya, termasuk Rena. Teman sekelasnya yang gemar mengiba contekan bahasa Inggris padanya.

Tangannya gemetar. Sesuatu terjadi pada kepalanya, blank. Ia tak bisa menulis apapun. Bahkan hantu itu tahu kelemahan nuzila adalah matematika.

"Bagaimana jika aku menawarkanmu bantuan?" Ucap hantu berwajah oriental itulah.

Nuzila tercengang. Hantu itu mengajaknya bicara lagi.

"Aku akan melihat jawaban yang ditulis oleh gadis itu." Tawarnya sembari menunjuk gadis berkepang samping yang ada didepannya. Wulan. Gadis itu pintar matematika.

"Tidak mungkin." Pikir nuzila. Hatinya bimbang.

Nuzila bingung. Ia mencoba melihat ke arah hantu itu. Namun pak Joko malah membenturkan penghapus papan tulis ke meja. Berkali kali. "Ayo ayo kerjakan kok malah liat ke belakang. "

Gadis ini setuju. Ia mengangguk pasrah. "Cepat bantu aku." Bisiknya

"Oke. Tawaran diterima. Sekarang tulis perkataan yang kusebut. 27 log sama dengan---"

Nuzila menulis rumus dan caranya hingga tuntas. Pak joko tercengang dan murid lainnya termasuk Raffa yang sempat menyorakinya saat awal tadi. Gadis yang nilai matematikanya selalu dapat remedial bahkan mampu menjawabnya dengan mudah.

Pak Joko membenarkan jawaban nuzila. Hantu itu tersenyum.

"Terima kasih." Ucap nuzila saat berada di perpustakaan. "Bagaimanapun kau menyelamatkanku."

Hantu itu tersenyum sesaat. "Lalu apa maumu sekarang? Kau sudah seharian lebih menemaniku. Apa yang kau inginkan?"

"Aku tidak tahu"

"Siapa namamu?"

Dia menggeleng.

"Dimana tempat tinggalmu?

Dia menggeleng.

"Kenapa kau terus mengikutiku?"

"Karena hanya kau yang bisa melihatku"

"Alasan lain?"

"Kemarin kau terlihat terburu buru waktu ingin ke masjid. Lantas kuikuti tetapi saat kau memasuki masjid, sesuatu aneh muncul ketika kau menangis."

"Sesuatu yang aneh?"

"Kau dilingkupi kunang kunang berwarna putih cemerlang. Kunang kunang itu seolah berkata jangan menangis dan mencoba memelukmu seolah ingin menghiburmu."

Nuzila terkejut. Ia memicing "Apa maksudmu kunang kunang itu?"

"Aku juga tidak tahu. Di masjid kunang kunang putih itu berkeliaran banyak. Aku cukup menyukainya. Apa kau tidak bisa melihatnya?"

"Tunggu, jadi kamu melihat kunang kunang itu seolah memelukku dan mengatakan jangan menangis?"

Dia mengangguk.

"Waah kereen. Ini lebih dari yang diceritakan oleh mas Irfan."

"Lelaki itu lagi yang kau sebut. Kau selalu melamunkannya."

"S, siapa. Enak aja. Lagipula bagaimana kau tahu."

"Aku bisa membaca pikiran orang lain."

"Eh?"

"Kau sekarang berpikir bahwa aku menakutkan. Rahasia cinta pertamamu terbongkar"

"Kauuu!"

"Benar kan?"

"Dasar hantu aneh, kau hanya mengarang dia bukan cinta pertamaku."

"Kau tidak bisa berbohong padaku. Aku juga tahu doamu kemarin dan tentang cerita kakakmu. Kau terus menyalahkan diri bahwa yang seharusnya seperti itu adalah dirimu bukan kakakmu. Karena yang berencana bunuh diri waktu itu adalah dirimu."

"Hentikan!"

Semua yang ada di perpustakaan langsung mengincar mata ke arah nuzila. Gadis itu serasa disudutkan. Ia pun segera keluar dari perpustakaan setelah meletakkan bukunya.

"Kau tidak bisa menghindariku." Kata hantu itu

Nuzila terus berjalan cepat, hantu itu mengimbangi jalannya. Gadis itu masih tidak terima. Padahal yang ia katakan sepenuhnya benar. Itu benar.

Dialah penyebab utama kakaknya sakit seperti itu.

Malam itu ayah membelikan kak Fany sepeda lipat. Itu hadiah buat kak Fany yang mendapat rangking satu dikelasnya. Bukan hanya itu, ayah juga mengagungkan kak Fany karena mewariskan kecerdasan dari ayah sedangkan nuzila tidak. Bagi ayah nuzila tidak mewarisi kecerdasan darinya melainkan kecerobohan dari ibunya.

Gadis itu merasa sedih. Dia menangis dan keluar di tengah guyuran hujan deras. Dia mencoba berlari ke tengah jalanan, kak Fany mengejarnya dengan sepeda.

Hujan diterabas. Dari kejauhan muncul sebuah container dengan cahaya lampunya yang benderang mengarah nuzila. Gadis itu bersiap ditabrak namun kak Fany keduluan mendorongnya. Kak Fany yang jadinya tertabrak.

Malam dan hujan kala itu menjadi saksi bagaimana ibu dan ayah saling meninggikan suara dan ego masing masing. Ayah dan ibu bertengkar hebat, disela Kak Fany yang terbaring koma. Nuzila menangis dibelakang mereka, menyesali perbuatannya yang memicu api pertengkaran mereka. Padahal yang seharusnya mati hari itu adalah dia.

avataravatar
Next chapter