Rasa mual dan ingin muntah mulai menyerang Natasha lagi. Ia segera bangkit dari rebahan menuju sudut kamar untuk sekedar duduk dan berjongkok di sana. Meskipun mual, akan tetapi Natasha tidak benar-benar muntah. Hal biasa yang ia ketahui saat wanita mengandung di tiga bulan awal kehamilannya. Dan kali ini dirinya pun dalam keadaan hamil benih cinta Diego.
Sebuah mobil terhenti di halaman rumah membuat Natasha gemetar ketakutan. Dia tahu jika yang datang adalah istri Diego. Natasha merasa jika sebentar lagi pasti diinterogasi oleh Kathy tentang mengasuh kedua anaknya selama ditinggal bepergian.
Saat sedang berjongkok karena perutnya mual, Natasha seperti mendengar langkah kaki Alice menuju kamarnya. Ia mengabaikannya karena perutnya benar-benar mual, seakan-akan seluruh isi perutnya hendak keluar.
"Sebentar, Sayang ...! Huek, huek!" Natasha berteriak diikuti suara hendak muntah saat langkah kaki yang ia dengar berhenti di depan pintu kamarnya.
"Kamu?! Apa yang terjadi denganmu?" tanya Kathy dengan nada terkejut. Wanita itu merangsek masuk menghampiri Natasha yang tersentak seketika.
Natasha terpaku dan tak mampu berdiri. Seluruh otot-otot kakinya terasa lemas saat dengan pongahnya Kathy yang berdiri menatapnya menyeringai. Natasha salah sangka, mengira langkah Alice yang menuju kamarnya. Namun, rupanya justru istri Diego hingga memergokinya saat hendak muntah.
Gugup. Itu yang dirasakan Natasha saat tatapan tajam Kathy yang seolah-olah hendak menelannya. Kathy tampak memperpendek jarak, kemudian meraih lengan gadis itu dan menyeretnya secara paksa keluar dari kamar.
"Tolong, Nyonya! Maafkan saya!" rengek Natasha memohon maaf. Saat hendak melewati anak tanga untuk turun ke lantai bawah, Natasha berusaha berdiri dengan lengan yang masih dicengkeram erat oleh Kathy. Gadis itu terus saja berteriak memohon maaf hingga buliran bening mulai luruh dari kelopak matanya. Begitu tiba di ruang keluarga tubuh Natasha didorong kasar hingga tersungkur ke lantai.
"Anak siapa itu? Siapa?!" teriak Kathy dengan melotot saat mulai mengintrogasi Natasha.
"Maafkan saya, Nyonya! Maafkan saya!" ujar Natasha.
Gadis itu hanya bisa memekikkan kata maaf dari bibirnya. Pikiran dan batinnya seketika bingung, antara mengaku atau tidak. Bayangan wajah Diego tiba-tiba melintas di pelupuk matanya yang basah. "Tuan ... tolong saya!" teriaknya dalam hati.
"Sekali lagi, janin siapa yang ada di kandunganmu itu?" teriak Kathy lagi. Rahang istri Diego itu tampak mengeras diikuti suara gemerutuk barisan giginya yang merapat karena merasa geram. Kathy benar-benar tampak murka kali ini, seakan-akan tahu ayah dari bayi yang dikandung Natasha.
"Maafkan saya, Nyonya! Ini adalah ... akibat perbuatan Tuan Diego," jawab Natasha sembari gemetar. Tubuhmu bersimpuh di kaki Kathy sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada, memohon ampun. Dia terpaksa mengaku di depan istri Diego itu.
"Brengsek! Dasar brengsek, kalian berdua!" umpat Kathy sambil sebelah tangannya bertolak pinggang. Sedangkan sebelah tangan lainnya terangkat mengurut bagian pelipisnya.
Natasha masih saja bersimpuh dengan terisak. Namun, Kathy tetap saja mengumbar umpatan dan hujatan tanpa henti. Suaranya yang melengking, membahana hingga ke penjuru sudut rumah mewah itu. Satu per satu pembantu merapat ke ruang keluarga, tak terkecuali dengan Nyonya Besar. Hanya duo Nona Kecil saja yang terlihat di ruangan itu.
Merry menatap bergantian antara Kathy dan Natasha. Wanita yang hampir seluruh rambutnya memutih itu menatap penuh selidik antara keduanya. Ia seakan-akan menelisik apa yang terjadi.
"Berdiri, Sha!" seru Merry membuat Natasha mendelik ketakutan.
Dengan gemetar, Natasha bangkit dari bersimpuh kemudian menghampiri wanita lanjut usia itu. Ia berdiri di sebelah Merry yang kali ini menatap tajam ke arah Kathy yang mendongak angkuh.
"Kenapa, Ma? Mama mau bela si pengasuh jalang ini?!" Kathy yang tampak tidak terima dengan tatapan tajam mertuanya, tiba-tiba bersuara lantang.
"Beraninya kamu membentakku, Kathy?! pekik Merry melawan menantunya yang memang seakan-akan menantangnya itu. "Ini bukan sepenuhnya salah Sasha, tapi ini gara-gara kamu, Kathy! Kamu yang suka bepergian meninggalkan suami dan anak-anak! Mana tanggung jawabmu sebagai istri sekaligus ibu bagi anak-anakmu?" imbuh Merry yang justru menuding Kathy.
"Bisa-bisanya, Mama, membela wanita jalang ini?" tanya Kathy kepada ibu mertuanya, seolah-olah ingin membela diri dari tudingan tersebut.
"Pikir sendiri, kenapa aku bisa menyalahkan dirimu!" sahut Merry kemudian.
Merry lantas memutar tubuh, kemudian berbisik ke arah Natasha. Anggukan pelan diberikan gadis itu sebagai tanggapan atas bisikan Merry. Sesaat kemudian wanita yang wajahnya telah tampak keriput itu meninggalkan ruang keluarga menuju dapur.
Kathy semakin bertambah murka melihat perlakuan ibu mertuanya kepada Natasha. Berkali-kali ia menggeleng, seolah-olah tidak percaya. Sesaat kemudian, wanita cantik yang berpenampilan glamor itu kembali menghampiri Natasha, begitu sang mertua tak terlihat dari pandangannya.
"Gugurkan bayi itu! Jika kamu tidak mau, lihat apa yang akan aku lakukan padamu! Aku tidak ingin berbagi suami dengan wanita jalang sepertimu. Dasar wanita keparat!" teriak Kathy bernada geram.
"Jangan, Nyonya! Saya mohon!" rengek Natasha berusaha mempertahankan janin dalam rahimnya.
"Gak bisa!"
Kathy tetap bersikukuh agar Natasha menggugurkan kandungannya. Istri Diego itu kemudian tampak meraih ponsel dari tas selempangnya yang sejak tadi masih menggantung di pundak.
Natasha mendengar jika Kathy menghubungi seseorang yang diminta untuk mengurus administrasi rumah sakit. Dari panggilan di ujung telepon itu, Natasha juga mendengar jika Kathy menyuruh Jimmy untuk mengantar dirinya ke rumah sakit agar melakukan tindakan aborsi.
"Barusan aku menelepon Tuan Jimmy untuk mengantarmu ke rumah sakit di Jakarta, besok. Bersiap-siaplah!" seru Kathy kepada Natasha usai mengakhiri panggilan telepon.
Jantung Natasha berdegup makin kencang usai mendengar perintah Kathy itu. Dia yang masih duduk bersimpuh, kedua pipinya makin basah oleh buliran bening.
"Cepatlah bersiap-siap, aku telah menyuruh Tuan Jimmy untuk mengurus segalanya di rumah sakit!" seru Kathy lagi, sembari melipat sebelah tangan di depan dada dan sebelah tangannya yang lain memangku dagu.
"Nyonya! Saya mohon jangan lakukan itu!" rengek Natasha sembari meraih kaki jenjang istri Diego itu yang masih berdiri angkuh.
"Gak bisa! Aku bilang gak bisa, ya, gak bisa. Secepatnya gugurkan janin itu!" teriak wanita yang telah mempunyai 2 keturunan itu. Suaranya yang menolak permohonan Natasha membahana ke seluruh ruangan, membuat Merry keluar dari kamarnya lagi.
"Apa-apaan, masih ribut saja di sini! Apa yang kamu lakukan terhadap Sasha lagi? Biarkan dia istirahat di kamarnya!" seru Merry sembari memandang sengit menantunya.
"Oh ... jadi Mama, terus-terusan membela wanita murahan ini. Jangan-jangan Mama juga terlibat akan hal ini! Apakah benar itu, Mama?" Kali ini Kathy semakin berani membentak ibu mertuanya itu.
"Berani-beraninya kamu, Kathy! Semua itu salahmu yang meninggalkan suami begitu lama. Diego butuh pendamping untuk menemaninya saat lelah pulang dari bekerja!" Merry berganti berteriak menyalahkan menantunya itu lagi.
Kathy tampak menyentuh pelipis setelah mendengar balasan teriakan ibu mertuanya. Dia tak habis pikir jika sang mertua terlibat akan kehamilan pengasuh kedua anaknya itu.
Sementara, Natasha kembali bersimpuh. Batinnya juga berkecamuk setelah mendengar tuduhan istri Diego itu kepada mertuanya. 'Apakah Nyonya Besar yang menutup pintu, saat malam tak terduga itu?' gumam Natasha dalam batin.
"Istirahatlah di kamarmu, Sha!" seru Merry kepada Natasha.
Natasha tampak mengangguk sambil pandangannya mendelik seketika, saat Kathy menatapnya tajam dan tampak menyeringai. Ia lantas beringsut meninggalkan ruang keluarga menuju kamarnya.
Begitu tiba di kamarnya, Natasha membaringkan tubuh di ranjang. Matanya masih saja melelehkan buliran bening. Dia kemudian membenamkan wajah di bantal sembari memikirkan Diego yang tidak mengetahui hal yang baru saja terjadi. Ia juga terusik dengan ancaman Kathy jika tidak mau melakukan aborsi. Apalagi istri Diego itu telah memerintah Jimmy untuk mengantar dirinya ke rumah sakit, besok.