4 kedua

okeh,sebenernya ini bukan part 2 dari keseluruhannya tapi ini part 2 versi saya.

Istana mainan rusak. yang bener aja,waktu saya sekeluarga lagi berberes kamar. kamar kami sekeluarga kecil ber 5 minus kak bombay itu tidur di satu kamar ber- 5 di kamar yang ukurannya pas pas-an. saat kami berberes bagian ujung kasur WUAHH disitu mainan rusak yang bisa dipastikan mainan kepunyaan singkong.

mainan nya menumpuk dan mayoritas sudah rusak rusakan. anak umur segitu jelas belum bisa merawat mainan dengan baik dan benar kan? masih bisa dimaklumi lah ya.

tapi ada beberapa hal yang tidak bisa dimaklumi untuk dilakukan anak seumuran singkong pada saat itu,contoh: mainan mainan rusak itu menumpuk jumlahnya sangat amat banyak. dan kenapa letaknya tersembunyi? opsi pertama karena dia malas membereskan mainan nya setelah dia pakai

opsi kedua adalah sengaja disembunyikan untuk membuat alasan supaya dibelikan mainan baru. Alasan sebenarnya gak perlu. dia cukup nangis njerit njerit aja pasti dibelikan,ya walaupun yang membelikan terpaksa karena gendang telinganya hampir pecah karena jeritan alias tangis pura pura si singkong. ini bukan lebay atau melebih lebihkan, suara nya asli memekakkan.

jujur telinga saya fungsi nya menurun karena setiap hari bisa 5-6 kali harus mendengar si singkong menjerit kesetanan seperti itu. 5-6 kali, sungguh aneh bin ajajib seorang anak umur 5 tahun per hari nya menangis sebanyak dan seberisik itu. alasan menangis nya simpel,sangat simpel. entah karena sumuk,pengap atau bagaimana

berbicara soal pengap,kamar kami memang sangat pengap. kami punya kamar sudah serasa ruangan kedap oksigen. sungguh rasanya saya sudah menetap lama di Afrika nya Indonesia. kipas kami cuma ada 1 besar dan diarahkan ke kasur dimana singkong dan Bu acar tempati. lalu nasib saya,tokolan dan pak teratai? ya latihan bernapas dalam kondisi minim oksigen. rasanya kami bertiga sudah profesional kalau membahas soal bernafas dalam ruangan kedap oksigen.

kembali ke topik. selain karena pengap, singkong juga selalu nangis karena Bu acar sering nanti nanti masakin telur buat singkong. singkong memang setiap hari, dalam 24 jam bisa 5-6 kali (diluar jam makan utama) minta dimasakin telur. perutnya memang sudah seluas lapangan sepak bola dan stadiun sepak bola pertandingan kelas dunia. luasnya.

Singkong setiap menyuruh iya menyuruh bukan minta tolong,karena dia setiap menyuruh pasti teriak teriak tanpa atitude ke Bu acar pasti dua detik setelahnya kalau bukan acar tak kunjung bergerak singkong akan nangis menjerit jerit. saya kasian dengan telinga saya sendiri.

Selain karena dua hal diatas, singkong juga nangis Samapi menjerit karena hal lebih sepele seperti ini: menyuruh orang seenaknya mengambilkan barang yang dia tinggal maju selangkah saja menyuruh ke orang lain yang harus melangkah beberapa langkah dari barangnya. dan cara menyuruhnya sangat tidak etis diterima oleh telinga. teriak teriak sampai menjerit. dan sama seperti kisah telur tadi, sampai dua detik tak kunjung kami para kacung menuruti apa yang dia perintah, singkong akan nangis sampai menjerit jerit.

oke mari kita bahas lagi tentang mainannya yang bisa sebanyak itu. setiap hari dia selalu minta dibelikan mainan baru sampai nangis nangis dan tau sendiri lanjutannya.

pernah suatu pagi. singkong baru bangun tidur dan sudah nangis nangis minta dibelikan robot robot an yang saya gak tau namanya apa karena saya gak peduli juga. saya bingung, itu singkong barusan mimpi jadi youtuber mainan yang punya segala jenis mainan mungkin ya?

kondisi keuangan kami saat itu sedang krisis karena sudah ahkir bulan. uang 5.000 saja kami sebutkan untuk uang kolekte. dan singkong dengan maksa nya minta dibelikan robot robotan? sebenarnya bisa saja Bu acar dan pak teratai belikan nanti saat sudah awal bulan dan uang sudah didepan mata. Tapi yang itu kan juga digunakan untuk hal yang berguna yaitu bayar SPP,bayar listrik,bayar pajak dan lain lain yang tentunya beli robot sangat jauh dari kata berguna.

beruntung setelah di bujuk bujuk dengan mainan kecil kecilan lain singkong berhenti minta minta.

avataravatar
Next chapter