2 Dia Adik Iparku

Ia mengenakan kacamata berwarna biru gelap, kulitnya terlihat putih bening juga hidung ramping menukik dan wajahnya yang tampan, bak dewa Yunani. seorang pelayan tampak memayunginya, dan menuntun langkahnya.

"Sayang, aku merindukanmu," peluk Sunny yang telah berdiri sejak tadi menunggu sang suami tiba.

Reino mendaratkan ciuman mesra pada ujung bibir sang istri, dan menggandeng lembut tangan halus sang istri.

"Mana mamah?" tanya Reino yang melepaskan kacamatanya.

Tak mau kalah Nyonya Ros juga ikut memberikan sambutan hangat dengan mendaratkan ciuman pada pipi kiri dan kanan Reino.

"Hello sayang, bagaimana perjalanan bisnis mu?" tanya Nyonya Ros dengan ramah.

Reino memberikan pelukan hangat pada ibu mertuanya, dan memberikan sebuah cenderamata. Sebuah cincin dengan batu berlian menyala-nyala indah, membuat Nyonya Ros tersenyum senang.

Wanita dengan sanggul tinggi dan juga mengenakan lipstik menor itu tampak tersenyum lebar, matanya seolah berbinar mendapati cincin berlian telah terpasang indah di jari telunjuknya.

"Semua lancar mah, perusahaan ku untung besar, dan sepertinya aku bisa berdiam diri di Indonesia dalam beberapa hari ini," ucap Reino dengan suara lembutnya.

Tentu saja kabar baik itu membuat Sunny bahagia, ia bahkan belum merasakan bulan madu yang sesungguhnya, mengingat kesibukan Reino yang sangat menyita waktu.

"Kita akan berlibur kemana sayang?" tanya Reino dengan mencium halus tangan Sunny.

Membuat Sunny seketika merona, pipi nya memerah.

Baginya bersama dengan Reino dirumah saja sudah membuatnya bahagia, apalagi jika berlibur bersama.

"Baiklah, biar kita bahas itu di kamar saja," ucap Reino.

Nyonya Ros tampak tak sabar ingin menyuguhkan hidangan spesial untuk sang menantu, ia menuntun perjalanan ke ruang makan dengan segera.

Ketiganya tampak menikmati hidangan lezat yang disuguhkan oleh Zava.

Melihat jemari Zava yang lincah, membuat lelaki seperti Reino menaruh perhatian padanya.

"Hey…" sapa Reino singkat, membuat Zava membalasnya dengan senyuman.

"Ayo duduk, dan kita akan segera mulai makan malam ini," ucap Nyonya Ros dengan mengangkat gelasnya, tanda bersulang.

Tentu saja Sunny tak setuju, wajahnya mulai cemberut, menatap sang kakak ipar yang mulai mendekat.

Zava duduk tegap dikursinya, ia telah melepas celemek dan juga masker kepalanya, gadis itu sudah memantaskan dirinya, mengenakan dress bagus dan elegant membuatnya tak kalah cantik dan berkelas.

Ia memilih duduk di seberang Sunny, Ia tampak sedikit tegang. Memegang sendok dan garpu dengan sedikit gemetar. Mendapati tatapan tajam dari Sunny dan juga Nyonya Ros.

Sementara Reino terlihat santai melahap makanannya, "Ini sungguh lezat sekali sayang," puji Reino pada lobster panggang.

Membuat Zava tersenyum bahagia saat mendengar masakannya dipuji oleh Reino, "Syukurlah jika kau menyukainya," tatap Zava pada Reino dengan tatapan penuh arti.

"Apa ini buatan mu?" tanya Reino penasaran.

Tentu Sunny semakin kesal, Ia memelototkan matanya pada Zava seolah meminta gadis itu diam.

"Ah... jika hanya memasak sesederhana ini, Sunny juga bisa," bela Nyonya Ros.

Untung saja ada sang mamah yang membelanya, membuat Sunny sedikit tersenyum setengah bibir.

Sunny terlihat tidak sabar lagi ingin menyelesaikan makan malamnya, menggiring sang suami ke kamar di lantai atas.

Terlihat wanita itu selalu memegang lengan suaminya dengan erat, menyuapi Reino dengan penuh perhatian.

"A...a, a bagus sayang," ujar Sunny yang menyuapi suaminya seolah memperlakukan Reino selayaknya bayi yang baru saja belajar MPASI.

Reino sangat tampan, wajar saja jika Sunny sangat takut kehilangannya. Sementara pria itu membuka mulutnya lebar dan mengelus pipi Sunny dengan lembut.

Entah mengapa Zava sedikit cemburu melihat kemesraan di meja makan itu, sudah 10 tahun lebih Ia tak pernah diperlakukan manis oleh laki-laki. Jadi wajar saja jika ia terlihat sentimen.

Brakk…

Zava tak menyadari siku kanannya menyenggol segelas air putih, membuat percikkan air membasahi sebagian dress yang ia kenakan. Gadis itu segera menunduk sampai membuat belahan dadanya terlihat jelas oleh Reino yang berada di seberang.

Sebelum Reino memandang itu, Sunny tampak menarik paksa wajah sang suami.

Dan segera, Nyonya Ros berteriak memanggil pembantu lainnya, membersihkan semua pecahan gelas di lantai.

Ternyata Nyonya Ros masih menyimpan sedikit perhatian pada Zava. Membuat gadis itu masih tetap bisa melanjutkan makannya. Ia hanya perlu mengelap sedikit bagian roknya yang terkena percikan air.

"Maaf," ucap Zava dengan suara pelan.

"Oh ya… bagaimana jika kalian berlibur ke villa mamah yang tak jauh dari sini," ucap Nyonya Ros dengan memecahkan keheningan.

Membuat putri kesayangannya menoleh juga mengangguk dengan senyum sumringah, begitu juga dengan menantunya Reino yang tampak menyetujui.

Sementara Zava hanya diam dengan wajah sungkan untuk mendengarkan.

"Pasti menyenangkan sekali berbulan madu di villa mamah, hanya ada kita berdua sayang," pungkas Sunny.

Reino tak henti memperlakukan istrinya Sunny dengan lembut, membelai pipi sang istri dengan penuh rasa juga tak henti menciumi tangan kanan istrinya yang begitu harum.

Yah.. wajar saja sudah hampir 3 minggu keduanya tak bertemu, tentu rasa rindu itu menggebu di hati keduanya.

Membuat Zava di seberangnya hanya bisa tertegun dan berkhayal. Matanya terus memandangi dan menaruh perhatian pada pergerakan Reino.

'Andai aku yang ada di posisi Sunny, pasti aku tak akan kekurangan kasih sayang apalagi materi,' gerutu Zava dalam hati, dengan menatap 'lain' pada Reino.

Sedangkan Sunny tampak tak sabar lagi, ia begitu semangat untuk mengajak sang suami ke balik kamar dan..

"Sayang…. Ayo!" ajak Sunny yang bergelayutan manja pada lengan Reino.

"Sayang, sebentar dong, gak enak masih ada mamah dan kakak iparmu kan," sahut Reino dengan tak enak hati. Yah.. pria itu cukup pemalu.

"Agh…" gerutu Sunny dengan ekspresi cemberut, yah sedangkan wanita itu sangat pintar memasang ekspresi wajah menggemaskan seperti itu, membuat suaminya Reino ikut tak sabar.

"Cuihhh…" Zava sangat tidak menyukai sekali adegan yang dipertontonkan depan dahi nya. Ia memilih bangkit dan pergi dengan langkah menghentak.

"Maaf aku sudah kenyang," Zava berlalu cepat memilih masuk ke kamar.

_________

Pagi yang dingin menyapa Zava lewat hembusan angin yang membuat bulu-bulu halus berdiri, tapi itu tak membuat semangat Zava menurun. Gadis itu nampak siap dengan handuk kecil berwarna putih yang melingkar di lehernya.

Juga seragam olahraga yang dikenakannya pagi ini. Legging 7/4 berwarna hitam dan dipadukan dengan baju Olahraga berbahan kaos tanpa lengan dan pas dibadan membuat body Zava lebih terlihat pagi ini.

Zava menaiki anak tangga dengan penuh semangat, langkah kakinya terhentak nyata pada ubin. Ia menuju ruangan Gym yang berada di lantai 3, melewati kamar Sunny juga Reino.

"Bisa-bisanya Sunny dan Reino tak menutup rapat pintu kamarnya, menjijikkan sekali!" ketus Zava Memalingkan wajahnya berusaha tak ingin melihat ke arah kamar itu.

Namun tampaknya ia terpaksa melihat pintu yang setengah terbuka itu, karena memang keberadaan tangga menuju lantai tiga terletak di sebelah kamar Sunny atau lebih tepatnya di ujung ruangan yang harus melewati kamar Sunny terlebih dahulu.

Dari ujung pintu terlihat jelas oleh Zava, posisi Reino dan Sunny yang tidur dengan….

avataravatar
Next chapter