webnovel

Chapter 50 : Menjaga dari jauh

Audi sedang duduk di depan kelasnya. Ia sangat suntuk berada di dalam kelas. Ia ingin menghirup suasana baru dalam hidupnya. Namun rasanya tidak mungkin karena Alex terus mengikuti dirinya kemanapun ia pergi.

"Nggak usah ikutin gue, Lex. Gue bukan anak kecil yang baru belajar jalan," ucap Audi.

"Nggak bisa. Gue harus memastikan kalau lo berada dalam keadaan aman," jawab Alex.

Audi berdecak kecil. "Terserah lo lah."

"Jangan marah-marah terus dong. Nggak enak dilihat," ucap Alex.

"Hm, yaudah gue nggak marah lagi."

"Beneran?"

"Hm."

Kenzie menatap Audi dari kejauhan. Ia sangat ingjn mendekat dan menyapa gadis itu. Namun Kenzie juga tidak ingin nyawa Audi dalam bahaya.

Audi menatap sekitar. Ia tak sengaja menatap Kenzie yang sedang berdiri di pinggir lapangan. Pandangan mereka bertemu selama beberapa detik sebelum akhirnya Kenzie membuang muka dan menatap ke arah lain.

"Lo kenapa? Kok tiba-tiba cemberut?" tanya Alex.

Audi menggeleng pelan.

Setelah kejadian tadi pagi, Audi menjadi tidak fokus pada materi yang disampaikan guru. Pikirannya terus tertuju pada Kenzie. Banyak pertanyaan yang bermunculan di benaknya. Salah satunya adalah apakah Kenzie masih mencintai dirinya?

Bel istirahat berbunyi. Alex mengajak Audi untuk makan di kantin. Audi menuruti perintah Alex dan berjalan dengan tidak semangat menuju kantin.

"Jangan diam terus dong," ucap Alex.

"Terus gue harus apa? Teriak-teriak gitu? Nggak jelas banget," jawab Audi dengan nada yang sedikit sensi.

Alex diam. Entah mengapa ia merasa sikap Audi berbeda sejak insiden penculikan dengan Aura itu.

"Gue ngerasa lo berubah," ucap Alex.

Audi mendongakkan kepalanya dan menatap Alex. "Maksudnya apa? Gue masih sama kok."

"Entah itu gue aja yang ngerasa atau gimana. Gue paham lo nggak nyaman sama keberadaan gue disini untuk jagain lo. Maaf kalau gue buat lo nggak nyaman. Gue bisa pergi."

Alex tersenyum lalu pergi meninggalkan Audi. Audi terlalu gengsi untuk menahan Alex. Akhirnya ia membiarkan Alex pergi menjauh dari dirinya.

Sementara itu, Audi melihat Kenzie yang sedang berjalan dengan kedua temannya. Audi menebarkan senyum ke arah Kenzie, namun senyumannya tidak mendapatkan balasan.

"Ken, gue mau ngomong sama lo," ucap Audi.

Kenzie hanya diam dan bertindak seperti orang yang tidak mendengar. Audi terdiam cukup lama di hadapan Kenzie dan teman-temannya. Ia menunggu respon Kenzie.

"Ken, lo diajak ngomong sama Audi tuh," ucap Jeff dengan menyenggol bahu Kenzie.

Kenzie menatap Audi dengan malas. "Mau ngomong apa lagi?" tanya Kenzie.

"Apa masih ada nama gue di hati lo?"

Kenzie tidak bisa menjawab. Ia masih sangat menyimpan Audi di dalam hati kecilnya. Namun ia tidak mungkin mengungkapkan itu kepada Audi jika akan membahayakan keselamatan dan kenyamanan dirinya.

"Nggak ada," jawab Kenzie.

Tubuh Audi seperti dihantam bongkahan batu yang besar. Sendi-sendinya merasa lemas. Audi menatap Kenzie sekilas dengan menahan tangis lalu pergi menjauh.

"Keterlaluan lo," ucap Jeff.

"Iya nih, tuh anak jadi nangis. Kasihan tahu anak orang," sahut Rafy sambil menatap Kenzie tajam.

Kenzie menghela nafas panjang. "Mau gimana lagi, kita nggak mungkin bersatu saat ini. Gue nggak mau keselamatan dia kenapa-napa dan gue pengen jagain dia. Walaupun dari jauh."

Malam telah tiba. Audi sedang mengurung dirinya di dalam kamar. Ia tidak tahu harus curhat dengan siapa. Tidak mungkin jika ia harus curhat dengan Lina maupun Sefan.

Audi menatap Alex yang sedang duduk dan bermain ponsel di taman. Tiba-tiba Audi merasa rindu dengan segala perhatian Alex walaupun itu sangat mengganggu dirinya.

"Lex," ucap Audi dari balkon kamarnya.

Alex menatap ke arah Audi. "Hm?"

Mendengar respons Alex seperti itu. Audi enggan untuk berbicara dengan Alex. Ia tahu, mungkin Alex marah karena perlakuannya tadi di sekolah.

Menit berlalu menjadi jam dengan begitu cepatnya. Audi sudah mencoba memejamkan matanya namun tidak berhasil. Audi terdiam dan merenung di malam ini. Lina tidak ada bersama dirinya karena Audi sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun.

"Kenapa semesta nggak adil sama gue? Kenapa semuanya menjauh tanpa sebab? Kenapa gue harus menghadapi kenyataan ini sendiri? Kenapa? Kenapa?" tanya Audi sambil menangis.

****

Hari ini Audi berangkat ke sekolah menaiki angkutan umum. Ia sudah malas jika harus berurusan dengan Alex. Alex juga tidak terlalu memperhatikan Audi lagi.

"Neng, udah sampai di sekolah nih," ucap kernet bus itu.

Audi tersadar dari lamunannya. "Eh iya. Makasih bang. Ini uangnya, kembaliannya ambil aja."

"Wah, makasih neng!" ucap kernet itu dengan sumringah.

Audi berjalan masuk ke dalam sekolahnya. Area parkir sudah ramai dengan motor anak-anak. Audi berjalan menyusuri kooridor untuk sampai di depan kelasnya.

Matanya tidak sengaja melihat Kenzie yang sedang mengobrol dengan Aura di depan kelasnya. Audi langsung menghampiri mereka.

"Jadi ini alasan lo menghapus nama gue dari hati lo?" tanya Audi.

Alex menatap Aura yang sedang tersenyum sinis kepada Audi. "Iya, Aura udah resmi jadi pemilik hati gue. Jadi, jangan ganggu gue lagi."

Audi diam. Ia kalah. Sudah tidak ada lagi yang perhatian dengan dirinya. Alex dan Kenzie sudah pergi menjauh dari kehidupannya.

Audi sedang mengemasi seluruh barang-barang dan dimasukkan ke dalam tas. Bel sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Alex pun sudah menghilang dari pandangannya.

"Hampa banget ya hidup lo," ucap seorang gadis dari depan pintu.

"Ngapain lo kesini?" tanya Audi.

Aura tersenyum. "Gue cuma mau ngingetin satu hal, nggak macam-macam kok."

"Apaan?"

"Lo udah dengar sendiri kan, kalau Kenzie cinta sama gue? Jadi, jangan pernah temuin dia lagi! Kalau lo nurut, gue jamin hidup lo akan nyaman dan nyawa lo terselamatkan."

Emosi Audi sudah memuncak namun ia berusaha menahannya. Audi mendekat ke arah Aura dan menatapnya tajam lalu pergi menjauh. Lengkap sudah penderitaan Audi, semua orang menjauh dari dirinya.

****

Audi sedang berada di sebuah butik yang menjual pakaian pernikahan. Ya, pernikahan Sefan akan diadakan satu minggu lagi. Audi merasa tidak siap jika kakaknya akan menjauh dari dirinya. Ia takut jika nanti Sefan tidak bisa peduli pada dirinya lagi.

"Kamu pakai yang ini ya," ucap Lina sembari memberikan gaun berwarna peach ke Audi.

"Cocok nggak sama aku?" tanya Audi.

Lina tersenyum lalu menempelkan gaun itu ke tubuh Audi. "Cocok kok. Kamu terlihat sangat cantik pakai gaun ini."

Audi hanya mengangguk lalu Lina berjalan pergi.

Kini pandangannya beralih menatap Alex yang sedang asyik bermain ponsel. Mereka sudah tidak saling berbicara selama kurang lebih dua hari. Alex tidak mau mengajak Audi berbicara duluan, begitupun sebaliknya.

Next chapter