2 Chapter 2

Sinar matahari pagi menembus masuk ke dalam kamar Audi, ia membuka matanya secara perlahan. Jam menunjukan pukul setengah tujuh pagi, Audi segera bangkit dari tidurnya dan bergegas menuju sekolah.

Audi bisa bernafas lega karena suasana sekolah yang masih sepi, ia berjalan menuju kelas Kenzie. Audi menaruh kertas putih itu didalam laci Kunzie, lalu berlari keluar dari kelas 11 IPA 1.

"Lo ngapain disini?" tanya Jeff dengan menatap Audi dari atas hingga bawah, Audi gelagapan ketika mendengar ucapan Jeff.

"Ng-nggak kok, gue tadi cuma ambil buku gue yang ketinggalan waktu pelajaran lintas minat. Yaudah, gue duluan ya, Jeff," ucap Audi lalu berlari menuju kelasnya, ia berdoa agar Jeff tidak curiga dengannya.

"Aneh banget," kata Jeff pelan.

Audi memasuki kelas dengan ekspresi wajah yang gelisah, Riza menatap Audi heran. Tidak biasanya Audi berangkat jam segini, apakah ia kesiangan? Riza mendekat ke arah Audi yang sedang mengatur nafasnya, ia duduk disebelah Audi.

"Lo habis ngapain?" tanya Riza kepo.

"Gue tadi habis dari kelas Kenzie, terus pas gue keluar ada Jeff didepan. Gue panik lah, semoga aja Jeff nggak curiga sama gue," jawab Audi dengan ngos-ngosan.

"Semoga aja dia nggak curiga, kalau dia curiga gimana, Di?" tanya Riza dengan memutar tubuhnya menatap Audi. "Kalau misalnya, dia ngomong ke Kenzie gimana?" sambungnya.

"Nggak tau, udahlah jangan ngomong gitu," jawab Audi lalu mengeluarkan selembar tisu dari dalam tasnya.

Jam pelajaran dimulai, Audi mencoba melupakan kejadian tadi pagi. Ia berusaha untuk fokus ke papan tulis, tetapi tidak bisa. Pikirannya terus memikirkan hal-hal yang belum tentu terjadi, jika nantinya Kenzie akan mengetahui siapa pengirim surat itu Audi sudah menyiapkan hatinya.

"Audi! Kamu jangan melamun terus," teriak Bu Nurul dari depan kelas, lalu Audi tersadar dari lamunannya dan tersenyum malu.

"Makanya jangan ngelamun terus, nggak baik," ucap Riza pelan sembari menatap Audi yang tersenyum malu.

Jam menunjukan pukul sepuluh, sudah waktunya untuk beristirahat. Audi tidak berani pergi ke kantin agar tidak bertemu dengan Jeff, ia takut jika Jeff akan mencurigainya.

Kenzie dan teman-temannya lagi asyik menikmati bakso di kantin, Jeff menatap Kenzie yang sedang lahap makan. Ia ingin mengatakan tentang kejadian tadi pagi, tetapi Jeff takut tidak direspon oleh Kenzie.

"Eh Ken, tadi pagi gue lihat Audi didepan kelas kita loh," ucap Jeff dengan menatap Kenzie.

"Terus kenapa?" tanya Kenzie datar.

"Mungkin aja yang ngirim surat putih itu Audi," jawab Jeff lalu menatap Kenzie serius, tetapi Kenzie hanya memutar bola mata dan mengangkat kedua bahunya ke atas.

"Oh," jawab Kenzie singkat.

"Dasar manusia es batu," kata Jeff kesal, lalu Kenzie dan Rafy tertawa lepas melihat ekspresi wajah Jeff yang kesal.

Kenzie berpikir, apakah benar yang mengirimkannya surat selama ini adalah Audi? Namun itu adalah hal yang tidak mungkin bagi Kenzie, Audi jarang sekali cari perhatian dengan dirinya berbeda sekali dengan banyak siswi yang mengejarnya selama ini. Entahlah, Kenzie malas memikirkan tentang perempuan.

Audi menggigit bibir bawahnya, pikirannya masih terus tertuju kepada Kenzie. Audi tidak bisa membayangkan reaksi Kenzie ketika dirinya mengetahui bahwa Audi yang mengirimkan surat kepadanya, tetapi disisi lain Audi juga bahagia karena Kenzie sudah mengetahui perasaannya.

"Ngelamun terus ih," senggol Riza lalu memberikan sebuah makanan.

"Makasih ya Riza, cantik deh," ucap Audi dengan menatap Riza, lalu tertawa lepas.

Bel pulang sekolah berbunyi, Audi duduk di trotoar depan sekolahnya. Ia menunggu jemputan kakaknya, Audi melihat ada Kenzie dan teman-temannya sedang berjalan menuju warung depan sekolah. Jeff menatap ke arah Audi, lalu mengisyaratkan agar Kenzie menoleh ke arah Audi.

"Tuh, samperin gih," ucap Jeff dengan menunjuk ke arah Audi. Kenzie hanya menatap Jeff sekilas lalu berjalan pergi. "Dasar," omel Jeff kepada Kenzie.

"Memang gitu sifatnya," ucap Rafy lalu tertawa.

Audi menatap ke arah Kenzie yang sedang nongkrong bersama teman-temannya, Kenzie tampak sangat tampan sekalipun dari jauh. Mata Audi tidak lepas dari Kenzie, ia berharap agar suatu saat nanti bisa duduk disamping Kenzie.

"Ken, lo dilihatin sama Audi tuh," ucap Rafy dengan menatap Kenzie yang sedang asyik memainkan ponselnya.

"Masa sih?" tanya Kenzie.

"Iya, makanya tuh lihat jangan main game terus," omel Jeff lalu mengambil ponsel Kenzie dari tangannya.

"Hm, emangnya gue harus apa? Ngapain juga gue ngurusin Audi, orang dia aja nggak gangguin hidup gue. Gue cabut dulu," kata Kenzie lalu berjalan menuju sepeda motor miliknya.

"Nggak habis pikir gue sama dia," ucap Jeff kesal.

Audi menatap Kenzie yang menyalakan motornya dan beranjak pergi, Kenzie terlihat gagah dibalik helm full face-nya. Jeff melihat ke arah Audi, ia sangat yakin jika pengirim surat itu adalah Audi.

Kenzie sudah sampai dirumah, ia meletakkan tasnya di meja belajar. Ia membuka kertas putih yang wangi itu, Kenzie membaca lagi dan berpikir apakah benar pengirim surat ini adalah Audi?

"Masa iya, ini dari Audi sih?" kata Kenzie sembari membolak-balikan kertas itu.

Audi berjalan menuju ruang tamu, entah mengapa hari ini terasa sangat lama bagi Audi. Ia memasuki rumah dengan ekspresi wajah yang lesu, semangatnya hilang karena kejadian tadi pagi. Audi berjalan menuju meja makan dan mengambil jajan yang ada diatas meja.

"Lo kenapa nggak semangat gitu?" tanya Sefan dengan menatap Audi, lalu Audi menggeleng pelan. "Ditolak Kenzie, ya?" sambungnya lalu tertawa keras.

"Nggak!" protes Audi lalu menepuk pundak kakaknya itu.

Mama Audi hanya menggeleng pelan melihat tingkah laku anak-anaknya itu, Audi dan Sefan tidak pernah akur dari dulu. Namun jika mereka berjauhan, akan mencari-cari satu sama lain.

Hari mulai beranjak malam, Audi sibuk mengerjakan tugas di meja belajarnya. Sefan mengetuk pintu kamar Audi dan melangkah masuk, ia melihat adiknya sedang mengerjakan tugas yang cukup banyak. Sefan menaruh sebuah makanan dan minuman di meja Audi.

"Nih, jangan lupa dimakan," ucap Sefan dengan menatap Audi.

"Makasih kakakku sayang," jawab Audi lalu tersenyum. "Eh kak, gue mau tanya deh. Kalau misalnya Kenzie tau tentang pengirim surat itu gimana?" sambung Audi dengan memakan jajan yang dibawa oleh Sefan.

"Ada dua kemungkinan sih, bisa aja dia membalas perasaan lo dan kemungkinan satu lagi, bisa aja dia benci sama lo," jawab Sefan lalu keluar dari kamar Audi.

Audi terdiam cukup lama, ia memikirkan reaksi Kenzie bagaimana. Audi takut jika Kenzie akan membenci dirinya, tetapi ia juga tidak mau mengungkapkan langsung kepada Kenzie. Audi menatap bintang dan bulan, berharap agar Kenzie tidak mengetahui identitas pengirim surat putih yang wangi itu.

avataravatar
Next chapter