webnovel

Semoga Dengan Mengenalnya Bisa Membuat Lebih Dekat

Kamu adalah alasanku di tiap perjalanan pulang, aku lebih memilih jalan yang memutar biar bisa bersamamu lebih lama

Kali ini orangtua Bunga sedang berada di rumah, dan Bunga berniat mengenalkan keluarganya dengan mengajak makan malam. Aku yang tak siap dengan bertemu keluarga Bunga. Aku takut akan banyak hal, jika sudah kenal dengan keluarganya dan begitu dekat lalu kami sudah tidak bersama lagi dan Bunga ditanyai, Kemana Onad kok sudah lama gak ke sini? Dan yang paling aku takutkan di sana ada kakaknya Bunga dan juga sepupunya. Dia adalah musuh abadiku, meski pun sepupunya sudah meminta damai, tapi apakah kakaknya bisa menerimaku dengan baik?

Bunga yang memaksaku untuk datang, mau tidak mau aku harus datang. Karena, sudah di buatkan masakan yang banyak dan juga tentu enak-enak. Katanya aku di masakkan ayam bumbu hijau.

Ibunda Bunga memang jago memasak, semua resep dia mengetahuinya karena dulu sempat pernah bekerja di sebuah restaurant yang cukup terkenal sekitar 17 tahun hidupnya dihabiskan di dapur. Kalau umur manusia sudah bisa membuat ktp dan sim. Sewaktu bekerja dulu ia sering mengalami kecelakaan kerja, dari yang paling dasar tangannya ke iris pisau, masakannya gosong, dan yang paling parah pernah hampir membuat restaurant itu terlumat oleh api. Untungnya rekan kerjanya dengam sigap langsung mengambil air dan lap untuk mematikan nyala apinya.

Whatsapp

Bunga

Nad nanti dateng kerumah gue ya sehabis maghrib. Nanti ketemu dulu deh sepulang sekolah, gue bawa montor sendiri aja biar gak ngerepotin elu

5.23

Aku yang baru bangun tidak langsung mengecek handphone. Karena semalem aku maen game bersama Dona, Andre dan Abay. Jadi handphoneku kali ini masih nancep kabel cash karena semalem lowbat.

Sehabis mandi aku baru sempat membuka handphone dan kaget ada notif dari Bunga, "Kenapa Bunga tiba-tiba nyuruh dateng kerumahnya. Masa gue suruh halalin Bunga" Batinku

Aku cuman mengiyakan perkataan Bunga, entah apapun yang terjadi siap nggak siap aku harus dateng ke rumahnya. Bunga saja sudah dateng ke rumah ini, masa aku enggak.

"Onaddd cepetan sarapan udah jam berapa ini" Tukas Bunda dengan menggedor-gedorkan pintu kamar, "Sarapannya udah di siapin cepetan"

Sewaktu Bunda menggedor-gedor pintu aku langsung saja membuka pintunya, "Baaa" Sontak Bunda kaget dan mundur kebelakang

"Bikin jantungan saja kamu ini"

"Lagian siapa suruh ngetuk pintu dengan kencang, kan bisa pelan gue gak tuli"

Bunda berjalan menuju ruang makan, "Udah cepet sarapan"

Aku tidak menjawabnya dan langsung berjalan mengikuti Bunda, kali ini menu sarapannya adalah Bubur Ayam. Aku adalah tipe orang yang makan bubur tidak di aduk. Karena kalau diaduk bakalan kayak sampah bentuknya. Semua tercampur begitu sajaa tidak ada keindahannya sama sekali.

"Bubur beli di mana?" Tanyaku penasaran soalnya rasa di dalam bubur berbeda dengan langganan Bunda

"Tau saja ya rasanya beda, Kak Rain yang beli" Jawab Ayah

"Enak'an yang biasanya, ayamnya banyak"

"Udah yang biasanya mungkin lagi tutup, di makan yang ada saja bersyukur. Belum tentu yang lain bisa sarapan seperti keluarga ini" Ceramah Bunda

Kalau Bunda sudah mulai aku tidak bisa berkata-kata dan menjawab ceramahannya. Karena surga berada di telapak kaki Ibu bukan?

Setelah mendapatkan hukuman yang terakhir dari Pak Agus aku sudah tidak lagi datang terlambat. Mending nggak masuk sekalian dariada terlambat ke sekolah. Hukumannya lebih berat yang datang terlambat.

"Wih tumben sekarang pagi terus datengnya cuy" Ucap Mail yang bertemu di parkiran

"Kapok gue"

Kemudian Rian datang, "Udah semakin rajin aja ya semenjak deket sama cewe, memang benar cewe yang tepat bisa mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik"

"Udah ceramahnya?" Jawabku sinis, "Yang lain udah datang?"

"Belum sih Nad, mau tunggu di sini aja nggak?" Tukas Mail dan kemudian duduk di sebuah lantai

"Gue kangen sama kalian semua"

"Hih anjing, jijik gue" Jawab Rian dan mencoba menjauh dariku

"Apa salahnya anjing"

Mail memelukku, "Gue juga kangen sama lo"

Mencoba melepaskan pelukan Mail, "Bangsat, gak gini juga caranya"

Rian dan Mail tertawa bersama, tanpa disadari Dona datang membawa motor Trail miliknya. Melihat kami tertawa terbahak-bahak dia melirik dan langsung menghentikan motornya di tengah jalan dan langsung menuju ke tempat kami duduk.

"Woii kalo ketawa tunggui gue, gue juga pengen ikutan" Dona sambil berlari

"Eh goblok, parkir dulu montornya" Mail menunjuk ke arah belakang motor Dona, "Noh liat mancet"

"Oh iya gue lupaa haha, yaudah tunggu gue"

Dona ingin tertawa bersama. Karena di rumah dia sangat tertekan dengan orangtuanya yang tidak sama sekali mengerti dirinya.

"Baru datang sudah bikin ulah dia" Tukas Rian

"Emang yang terlihat alim belun tentu alim" Timpal Mail

Setela berhasil memarkirkan motor miliknya Dona kemudian bergegas. Ia tak sabar sebenarnya apa yang mereka bicarakan.

"Udah ah yuk masuk" Tukas ku

"Lah Nad gue baru aja duduk gak kasihan sama gue?"

"Gak, berdiri lagi udah mau masuk"

"Ah gak asik, gue pengen tau sebenarnya ada apa si kalian tertawa sampai kaya gitu?" Tanya Dona yang merangkul Mail dan Rian, "Kasih tau dong"

"Ulah lu yang parkir motor sembarangan" Jawabku dingin

"Gue parkir gitu juga liat kalian tertawa"

"Onad kangen elu" Mail menunjuk ke wajah Dona

Dona kemudian menghampiriku, "Serius Nad? Baru aja ketemu udah kangen lagi aja"

"Gak"

Dona menghadang jalan kami bertiga, "Eh gue mau nanya pada kalian semua, menurutmu adil gak sih kalo kita cowo-cowo nembak duluan? Kan cewe kalo suka ya tinggal ungkapin nembak dulu"

Rian mengangguk kencang

"Tapi kan kita cowo kodratnya kepala keluarga, jadi harus bisa memilih cewe yang baik untuk masa depan kan?" Jawab Mail

"Gak, cewe juga bisa milih duluan. Masalahnya cewe tuh gengsi mau ungkapin duluan. Gede gengsinya" Jawabku dan langsung melanjutkan perjalanan menuju kelas

Dona masih terus memikirkan, "Bener juga ya, tergantung gengsi siapa yang lebih tinggi?"

Setelah perdebatan terhenti dan jam pelajaran dimulai sampai pukul 11.00 karena hari ini jumat jadi bisa pulang lebih awal. Biasanya sih ada kegiatan pramuka, tapi untuk kelas 12 sudah di tiadakan alasanya biar fokus sama pelajaran dan ujian nasional.

WhatsApp

Bunga

Nad gue tunggu di sekolahmu aja ya, ini jumat gue lupa. Jamnya mepet sama sholat jumat

10.21

Bunga sudah menemuiku di sebrang sekolah, Selsa yang mengetahui keberadaan Bunga dia langsung mengira pasti sedang menunggu kehadiranku. Selsa hanya melihat gerak-geriknya saja. Dan aku datang menemui Bunga membuat hati Selsa rasanya seperti di parut dengan parutan yang paling kecil. Sudah tau hatinya merasa sakit Selsa masih terus memantauku dengan Bunga. Emang manusia sukanya cari penyakit.

"Nad nanti datang ya, mamah udah masakin banyak, plisss" Tukas Bunga dengan berharap aku bisa datang

"Ada kakak lo?"

"Ada sih, udah gapapa kalian juga biar akur. Buat ala musuhan juga Nad gak ada untungnya. Yasudah nanti datang, awas gak datang gue potong kepala lu" Bunga sambil menunjuk leherku, cantik-cantik tapi ngancemnya sadis cuy.

Aku melambaikan tangan, "Dah"

Bunga menjawab lambaian tanganku. Selsa yang melihat kejadian itu semakin akrab Bunga denganku. Membuat ia meneteskan air matanya.

Aku tidak langsung pulang kerumah, melainkan pergi ke masjid terdekat, selepas sholat jumat sekitar pukul 1 siang aku pergi ke sebuah toko roti. Untuk membelikan roti ke keluarga Bunga. Kan kalau kesana enggak bawa apa-apa kesannya kurang baik. Tapi, setelah di depan toko roti aku dibingungkan dengan dua pilihan. Roti apa buah yang akan ku bawa apa dua-duanya saja?

Aku memutuskan membeli sedikit-sedikit keduanya. Pukul 2.30 aku baru sampai rumah dan memikirkan pakai baju apa kesana? Celana apa? Kemudian aku menanyakannya pada Bunda.

"Bundaa" Tukas ku

"Iyaa kenapa manggil-manggil Bunda tumben"

"Kalau di undang ke acara biasanya cowo yang bagus pakai baju apa?"

"Acara apa emangnya?"

Aku tidak memberitahu Bunda kalau di undang Bunga ke rumahnya, "Acara sama temen-temen"

"Oh, yaudah pake kemeja aja yang lengan panjang bagus, celananya jeans. Udah bakalan cakep kamu"

Aku pergi meninggalkan Bunda, "Oh oke"

Aku putuskan memakai kemeja yang baru beli ketika lebaran tahun lalu, belum pernah kupakai. Ini di belikan Bunda makanya dia tahu kalau aku ada kemeja. Aku tipe orang yang suka memakai jaket dan kaos biasa sudah membuatku nyaman.

Jam berjalan begitu cepat padahal aku cuman scroll-scroll social media dan melihat youtube gaming kesukaanku. Tak kerasa jam di dinding sudah menunjukkan pukul 5 sore.

Setelah semuanya siap sehabis maghrib. Parfum sudah, jam tangan sudah, pomade sudah.

"Cakepnya anak Bunda"

"Cakepnya dari Ayahnya" Sahut Ayah

Aku berangkat menuju rumah Bunga, dengan niat yang kuat meskipun dalam hati merasa deg-deg'an. Semoga semesta merestuiku.

Next chapter