1 Kebenaran

Namaku Arashia. Kalian bisa memanggilku Ara. Tahun ini aku resmi menjadi murid kelas 12. Hobi ku? tidur dikelas saat jam pelajaran.

Aku suka menulis cerita tentang apa yang aku alami disekolah ini. Aku suka menulis cerita fiksi yang para tokoh nya adalah teman-teman ku.

Kali ini, aku ingin menceritakan kisah ku dengan seorang pria. Suatu cerita cinta yang penuh dengan luka dan air mata. Ini bukanlah fiksi. Aku menulis cerita ini berdasarkan apa yang aku alami.

Aku akan bercerita tentang seorang pria yang menyembunyikan hal mengerikan.

Mari kita mulai.

•••

12 Maret 2016

Aku melompat dari kasur setelah melihat kearah jam. AKU SUDAH TERLAMBAT DI HARI PERTAMAKU MENGINJAKKAN KAKI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS!!

Aku langsung mandi dengan sangat cepat. 5 menit. Aku langsung keluar dari kamar mandi setelah 5 menit berlalu. Memakai seragam, dan langsung mengambil roti isi bikinan ibuku diatas meja.

Aku berpamitan, dan langsung berlari menuju sekolah dengan mulut yang tak berhenti mengunyah roti isi.

"Arashia!"

Aku menoleh dengan kaki yang tak berhenti berlari. Dapat aku lihat wajah yang tersenyum kearahku. Tangan nya melambai-lambai.

BRUK!

"Duh!" Ringisku.

Aku mendongak dan mendapati wajah datar dengan tatapan tajam kearahku. Ah, mataku seakan tertusuk.

"Maaf, aku nggak sengaja."

Pria itu tidak mengubris kata-kata ku dan langsung pergi begitu saja. Wah, tampan.

Sahabatku, orang yang memanggil namaku tadi, langsung berlari kearahku dengan tatapan cemas, "Nggak apa-apa?" tanya nya.

"Salahku. Aku nggak sengaja menabrak dia."

Dia Irina. Sahabatku sejak kita masih berada dibangku TK.

"MAKANYA JALAN ITU PAKE MATA YANG ADA DIMUKA. JANGAN PAKE MATA KAKI!"

Wah, wah.. dia kira gara-gara siapa aku bisa menabrak pria itu? seandainya dia tidak memanggilku, aku tidak akan menoleh dan akan terfokus pada apa yang berada didepanku.

Salahku juga sih, harusnya aku berhenti berlari saat Irina memanggilku. Tunggu. Bukankah ini sudah terlambat?

"Kau tidak berlari?"

"Hah? aku sedang tidak ikut lomba lari. Jadi untuk apa aku lari?"

"Bukankah ini sudah terlambat?"

Irina mengerutkan pelipisnya dan menjitakku, "Mata dua kurang?"

Dia langsung mendekatkan wajahku pada jam tangannya, "Kita masih mempunyai waktu 1 jam."

Kemudian aku menghujat diriku sendiri. Bodoh sekali. Aku lupa kalau jam dikamarku tak lagi berfungsi.

"Kira-kira ada pria tampan tidak ya?" Irina nampak salah tingkah. Ia benar-benar sudah gila.

Aku merangkul Irina, "Ini adalah hari pertama kita di SMA! jadi, ayo buat kenangan yang indah!"

Irina membalas rangkulan ku, "Tentu saja!"

•••

Percakapan tadi pagi bersama Irina benar-benar menyenangkan. Sayang sekali aku tidak satu kelas dengan nya.

Bel istirahat sudah berbunyi dan aku tetap dikelas. Aku berusaha tidur. Aku berharap Irina tidak datang dan membujukku untuk ke kantin.

kelas benar-benar sepi dan ini adalah kesempatan yang langka!

Tiba-tiba aku mendengar pintu kelas dibuka. Sepertinya yang masuk ke kelas hanya satu orang.

Aku menunggu seseorang mengajakku berbicara namun kelas tetap hening. Aku berusaha tidak peduli namun aku merasa bahwa ada seseorang yang sedang berdiri didepan mejaku.

Aku mengangkat wajahku, berusaha melihat wajahnya. Dan... itu adalah pria tampan yang aku tabrak tadi pagi.

"Pergilah."

Ucapannya membuatku bingung. Aku? pergi?

"Kau menyuruhku.. pergi?"

"Kau tuli?"

Wah... aku kehabisan kata-kata. Kata-katanya menusuk jantungku. Sungguh pria tidak sopan.

"Memangnya kau ini siapa sampai menyuruhku pergi, hah?!"

Aku sangat emosi.

Aku menatapnya lekat, dan dia membalas tatapanku dengan sangat dingin. Aku takut... dia seperti seekor harimau dan aku adalah seekor kelinci. Dia terlihat seperti akan segera membunuhku. Dasar pria tidak sopan.

"Memangnya kau ini siapa sampai menyuruhku pergi, hah?!"

Aku sangat emosi.

Aku menatapnya lekat, dan dia membalas tatapanku dengan sangat tajam. Aku takut...

Aku langsung menunduk kan kepala ku dan beranjak dari tempat duduk ku.

"Memangnya kau ingin apa sendirian dikelas?"

"Tanyakan pada dirimu sendiri."

"Hei! aku dikelas sendirian untuk tidur!"

"Aku juga."

"Yaudah sana tidur. Lagipula tempat duduk kita lumayan jauh."

"Keluar."

Wah bajingan ini... aku ingin sekali membanting tubuhnya. Akhirnya aku berjalan keluar dari kelas sambil melangkah dengan kasar. Dasar pria gila. Aku ingin sekali mengutuknya menjadi cireng.

Jam berapa ya? aku mau ketemu Irina.. MAU CURHAT BETAPA KURANG AJARNYA PRIA TADI!

"ARASHIA!"

Oh ya ampun.. itu suara Irina. Panjang umur.

"Hey, padahal aku sengaja nggak ke kelas kamu karna aku kira kamu lagi tidur."

"Aku juga sedang berusaha tidur dikelas. Tapi seorang pria tampan yang kurang ajar itu malah menyuruhku keluar kelas!"

"Dia anak kepala sekolah?"

"Nggak tau. Tapi aku nggak yakin kalo dia anak kepala sekolah."

"Utututu, kasihan sekali gadis ini.."

Irina memelukku gemas. Dasar. Kelakuan nya tidak berubah sejak pertama kali kita bertemu.

Aku sudah melewati banyak hal dihari pertama sekolah. Dan bel pulang sudah berbunyi. Namun sayangnya cuaca sedang buruk.

Kini aku berada di koridor sekolah. Aku dapat melihat luasnya lapangan disekolah ini.

"Hujan sederas ini akan membuatku basah kuyup meskipun aku pakai payung kan?" Gumam ku.

Tiba-tiba mataku menangkap seorang pria yang berjalan ditengah lapangan tanpa menggunakan payung.

"Jiwa kemanusiaan ku tidak terima melihatnya."

Aku langsung berlari kearah pria itu dengan payung yang sudah kubuka. Aku berusaha untuk jalan beriringan dengannya agar payung yang aku pegang dapat melindunginya juga.

"Kau sudah basah kuyup! meneduhlah sebentar!" Teriakku.

Pria itu menoleh kearahku. Aku kaget. Dia adalah pria kurang ajar tadi.

"Nggak perlu."

Pria ini... aku sangat geram.

DUAR!!

Suara petir seperti menyambar lapangan. Suaranya sangat nyaring membuat jantungku hampir pensiun.

Aku tidak tau apa yang terjadi. Saat aku tersadar, langkah kami berhenti, tanganku menggenggam lengan seragamnya, dan kepalaku bersandar dipundaknya.

Aku pasti sudah gila.

Sesegera mungkin aku mendorongnya pelan. Namun dia tak bergeming dan malah aku yang terpental. Ah, jantungku yang malang.

"NIH!" Ucapku sambil menyuruhnya memegang payung.

"Apa?"

"Pegang aja. Aku mau mesen taxi di halte sebelah sana."

Pria disampingku tidak menjawab. Dan aku pun mengambil langkah seribu keatah halte. Wah, pasti tadi aku seperti gadis murahan.

Aku mengutuk petir dan diriku sendiri.

---

Sekarang pukul setengah sepuluh malam. Aku sedang membaca novel fantasi dikamarku. Suasana tenang dan damai, tapi--

"ARASHIA! SINI!"

Yang mulia ratu memanggilku. Aku segera berlari kearah dapur tempat ibuku berada. Dan.. aku mempunyai firasat aku akan dimarahi.

"ARASHIA! BUKANNYA IBU SUDAH MENYURUHMU UNTUK MEMBUANG KANTUNG SAMPAH INI KELUAR? KENAPA MASIH BELUM DILAKUKAN?"

Ah astaga.. aku lupa. Hari ini aku sangat lelah sampai tidak ingat apapun yang dikatakan orang lain.

"Iya, Shia buang nih."

Aku segera menenteng kantung sampah nya keluar. Lebih tempatnya ketempat pusat pembuangan sampah di komplek.

Setelah berjalan kaki menembus dingin nya angin malam dibawah bulan purnama, Aku sampai di tempat pusat pembuangan sampah. Aku segera menaruh kantung sampah tak jauh dari tempat aku berdiri dan berniat segera kembali kerumah. Namun--

Telingaku menangkap suara seperti seseorang yang sedang mengunyah sesuatu yang basah dibelakang gunung sampah didepanku. Karna penasaran, aku mengintip dan mataku menangkap genangan darah dimana mana.

"I-itu.. d-d-darah?" gumamku

Kenapa bisa genangan darah itu berada disini?! sial. Sepertinya aku salah mengambil keputusan! harusnya aku langsung pulang!!

Aku sangat takut.. tolong, ibu..

Aku mendengar seseorang mendekat. Semakin dekat dan sebagian tubuhnya terlihat. Seseorang yang kumaksud, memiliki bulu seperti serigala.

avataravatar
Next chapter