1 1. khyalan Karina.

Karina Adriana zhian, gadis berusian 22thn memiliki tubuh dengan tinggi 65cm, hidung mancung, kulit putih, rambut panjang blonde, dan tak lupa bibir kecil fink alami.

Di umurnya yang terbilang sangat muda dan masih remaja Karina, merupakan gadis berbakat di bidang Esport game opl emoji arena. Piala sudah terpajang banyak di club dia yang memiliki nama tim CXC.

Namun tidak ada yang menyangka jika gadis bernama Karina, itu memiliki otak mesum dan sangat mesum, dia memiliki kakak, yang bernama Drian Zhian Alexandria.

Namun dengan begitu Karina, gadis cerdik, lincah, walaupun sering teman satu timnya bilang dia pendek apa lagi kakanya, selalu bilang dia pendek, cerewet dan mesum.

"Mah, kakak belum pulang ya?" tanya Karina, ketika turun dari tangga dan duduk di kursi makan.

"Belum. Kenapa? Kamu mau nungguin kakakmu?" tanya sang ibu pada Karina, karena sudah hampir 5bln Karina tidak pulang, dan terus menetap di club di karena padat latihan untuk kejuaraan Internasional.

"Iya, mau aku tungguin aja mah, lagian kan aku udah 5bln gak ketemu kakak," jelasnya sambil memasukan buah anggur ke mulutnya.

"Tapi kata kamu, gak banyak waktu? Kakakmu, entah pulang atau tidak, kita tidak tau?" ujar Kirana, sambil meletakkan beberapa makanan di meja.

"Tapi mah, aku ingin..." ucapan Karina, tergantung karena pintu rumah terbuka.

Ceklek.

Pintu utama terbuka menampakan seorang lelaki dengan tinggi 180, kulit putih, hidung mancung, bola mata coklat dan mata belo, bibir tebal, itu berjalan masuk kedalam di ikuti seseorang di belakangnya.

"Kakak," teriak Karina, berlari langsung meloncat ke tubuh sang kakak.

Untung saja Drian, dengan sigap menangkap tubuh sang adik dengan cepat kalo tidak, bisa jatuh dua-duanya ke lantai.

"Yakk... Karina Adriana Zhian," pekik Drian, menatap sang adik dengan jegahnya.

"Aku kangen tau sama kakak," ucap Karina, ingin mencium pipi Drian, namun Drian, sangat tidak suka di perlakukan seperti itu.

"Jangan cium cium pipi, turun gak?" pekik Drian, kesal.

"Ish, kak kok gitu sih? Kita kan 5bln gak ketemu, gak kangen?" kesel Karina, mengalungkan kedua tangannya di leher sang kakak.

"Gak usah bergaya sok imut kaya gitu. Turun cepet." titahnya dengan wajah menghindari bibir Karina.

"Kak, ini di belakang kakak, siapa? Ganteng." tanya Karina, berbisik di telinga sang kakak, sesaat matanya tertuju pada lelaki jangkung di belakang Drian.

"Yang ganteng aja kamu tau, dia temen kakak," jawabannya.

"Yakan aku normal kak, mata aku normal." pekik Karina, sambil mengguncangkan tubuh sang kakak.

"Iya, tapi otak kamu mesum." bisik Drian, kesel.

"Gak papa mesum, yang penting mesumnya sama temen kakak yang ini." bisik Karina, kembali.

"Turun, atau aku lepaskan tanganku?" ancam Drian, ingin melepaskan tangannya dari pinggang Karina, tetapi Karina, sudah turun terlebih dahulu.

"Jahat. Baru aja ketemu lagi," kesel Karina, berjalan kembali ke meja makan lalu duduk sambil bibir manyun.

"Sudah-sudah, kalian berdua sini duduk lalu makan malam," final Kirana, kepada Drian, dan temannya.

Makan malam berlangsung hanya bunyi sendok, garpu, tidak ada pembicaraan apapun, tetapi Karina, makannya tidak pokus dia terus menatap seorang lelaki yang duduk sebelahan dengan sang kakak.

"Kakak, bawa temen ke rumah? Ganteng banget, bibirnya tebal, pengen gue, cium tuh bibir, rahang tenggorokannya omg tegap banget, pengen gue, cipok merah-merah di sana." ujarnya dalam hati sambil terus memandangi zergan, yang sedang makan dengan kancing baju terbuka bagian atas.

Karina, mengintip terus kearah dada Zergan, karena dua kancing yang terbuka, entah di sengaja atau tanpa sengaja kancing bajunya terbuka.

"Omg omg, apa ini? Baru aja di pertemukan udah bikin gairah aja, itu dadanya akhhh... Keker banget, kebayang kalo gue, meluk dia akhh pasti nyaman banget." racaunya dalam hati terus tersenyum tanpa sadar.

"Apa lagi kalo aku meluk dia tanpa pakaian gimana ya? Uhh pasti itu badannya berbentuk roti sobek, akhhh kak kekamar yuk?" Karina, terus meracau dalam hatinya.

Drian, yang melihat Karina, terus tersenyum dan terus memandang Zergan, seakan tau apa yang sedang di pikiran sang adik.

"Pasti mengkhayal nih bocah." ucap Drian, dalam hati. "Jailin sabi kali." sambungnya kembali dengan senyum sinis.

Drian, membisik kepada Zergan, supaya berganti tempat duduk dengannya, dan lelaki belasteran indo Korea, itu menurut langsung pindah.

Dengan senyuman bangga Drian, mengambil buah anggur, lalu mendekatkan buat tersebut ke bibir Karina, yang tengah moyong, mata merem, seakan tengah berciuman.

Cup.

Didaratkan buah itu ke bibir Karina, gadis itu membukakan matanya, ada sesuatu yang terasa panas di bibir? dia melihat sang kakak, sedang menempelkan buah anggur yang sudah di baluri saus ke bibirnya.

"Akhhh... Kakak," teriak Karina, melemparkan sendok ke Drian, beruntung dia bisa menghindar.

"Hahahaha." Drian, tertawa puas melihat Karina, kepedesan dia langsung meminum air sebanyak mungkin.

"Ihhh nyebelin. Apasih bang? Gue, benci Lo," teriak Karina, di tontoni oleh Zergan, dan Kirana.

"Tadi kakak? sekarang abang, tadi aku kamu, sekarang Lo gue. Lagian ya, kenapa tuh bibir moyong? Ha... Lagi mengkhayal apa heum?" selidik Drian, membuat pipi Karina, merah merona malu karena ketahuan menghayal ciuman dengan Zergan.

"Apasih? Udah akhh, aku udah kenyang mau kekamar aja, mau siap-siap ke club lagi." elak Karina, langsung berlari ke atas masuk ke kamarnya karena malu oleh Zergan.

Sementara Drian, terus saja tertawa bahagian karena berhasil membuat Karina, kesal sekaligus tercyduk.

"Kamu ininya Drian, jangan kaya gitu sama adek kamu, Kesian dia nungguin kamu dari tadi." ucap Kirana, lembut kepada anak pertamanya.

"Mamah, liat kan tadi? Bocah itu otaknya ampun dah, itu kenapa aku, gak mau kalo terus sama tuh bocah." ujar Drian.

"Dia seperti bukan bocah? Emang berapa umur gadis tante?" tanya Zergan, setelah selesai makan.

"22thn, kakaknya saja selalu menganggap Karina, bocah. Padahal dia sudah dewasa." jawab Kirana, dengan decakan memandang Drian, kesal.

.

.

Baru banget di aplikasi ini maaf, kalo ada salah mengetik, atau sebagainya.

avataravatar
Next chapter