15 Manusia (spesies yang paling mengerikan)

Pagi hari yang sangat cerah, Arya dan Adamma berada di mobil untuk pergi ke rumah sakit menjenguk kakek pemulung.

"Kamu belum jawab pertanyaanku yang waktu itu," ucap Arya dengan melihat Adamma yang fokus pada jalanan.

"Yang mana aku lupa?" tanya balik Adamma melihat Arya yang sedang menyetir.

"Itu soal kemampuanmu. Darimana kamu mendapatkannya?" tanya Arya mengulang lagi pertanyaannya.

"Entah itu datang dengan sendirinya," jawab Adamma datar lalu tersenyum kepada Arya.

"Terus Ayahmu bagaimana?" tanya Arya lebih lanjut penasaran dengan hidup Adamma.

"Ehmmmm, dia bukan Ayah kandungku. Dia mengadopsi sewaktu aku masih kecil," jelas Adamma dengan raut wajah sedihnya.

Melihat raut wajah Adamma, membuatnya merasa bersalah. "Maafkan aku , aku tidak bermaksud. Aku hanya ingin tahu mengenai kehidupan rekan ku saja," jawab Arya melihat Adamma.

"Aku tidak akan memaafkanmu," ledek Adamma yang lucu melihat wajah Arya yang sedang merasa bersalah dengannya.

"Aku pikir beneran, bercandamu tidak lucu," balas ledek Arya tertawa bersama Adamma.

Di kantor polisi, Pak Saleh yang sedang sarapan sendirian. Dan di datangi oleh Rangga dan Rio yang meminta ijin untuk pergi ke badan forensik.

"Selamat pagi komandan, mohon ijin saya dan Rangga akan pergi ke badan forensik, mengambil laporan tentang korban yang kita lihat di kebon kosong," pamit Rio berdiri di hadapan Pak Saleh bersama Rangga disampingnya.

"Ya laksanakan, dan hati-hati. Kita harus segera menangkap pelakunya, agar kita semua bisa beristirahat," jawab Pak Saleh menyemangati anak buahnya.

"Siap laksanakan Komandan, kita pergi dulu," pamit Rangga berbalik untuk keluar bersama Rio di belakangnya.

Di mobil, Rio dan Rangga membahas soal meeting kemarin yang membicarakan tentang korban di kebon kosong.

"Menurutmu apa pelakunya orang yang sama?" tanya Rangga melihat Rio yang sedang menyetir.

"Aku yakin 98% selebihnya hanya Tuhan yang tahu," Rio tertawa melihat Rangga yang serius sekali. "Apa yang membuatmu ragu?" tanya balik Rio.

"Jika targetnya perempuan, kenapa dia harus membunuh Pak Gunnar? Sudah begitu hanya Pak Gunnar yang tidak di ambil organnya?" jawab Rangga dengan semua pertanyaan yang ada di otaknya.

"Aku yakin Pak Gunnar mengetahui sesuatu tentang pelaku, sehingga dia harus di bunuh agar tidak mengancamnya," ucap Rio dengan sangat yakin. "Tapi aku teringat perkataan Adamma sewaktu meeting, yang dia yakini pelakunya dari kalangan medis, tapi apa mungkin seorang dokter melakukan pekerjaan kotor seperti itu," Rio melihat Rangga yang bereaksi sama dengannya.

"Awalnya aku juga tidak percaya, tapi setelah aku melihat semua foto korban. Ucapan Adamma ada benarnya, memang jahitannya sangat rapih, tidak mungkin orang awam bisa menjahit serapih itu," jelas Rangga meyakinkan Rio.

"Mungkin saja seorang dokter, tapi untuk apa dia melakukan semua itu? Bukankah dia bersumpah sama seperti kita saat menjadi polisi?" Rio dengan nada penekanan.

"Pikirkan, ada tidak polisi yang korupsi atau melakukan kejahatan kriminal lainya. Dokter juga manusia, dan manusia makhluk yang paling mengerikan," jelas Rangga kepada Rio.

"Aku setuju denganmu. Manusia memang paling mengerikan yang ada di dunia ini, tidak bisa di tebak itulah manusia," jawab Rio menyetujui pendapat Rangga.

Di rumah sakit, Adamma dan Arya sedang menjenguk kakek pemulung yang berhasil selamat dari pembunuh berantai.

"Kakek apa kabar?" sapa Adamma tersenyum kepada kakek pemulung itu.

"Coba tanyakan sesuatu padanya mengenai ciri pelaku," dalam benak Arya sembari memberi kode mata pada Adamma.

"Aku baik, terima kasih ya sudah menyelamatkan ku. Saat ini aku tidak bicara denganmu dengan mulutku. Aku mencurigai ada yang mencintaiku saat ini," suara hati kakek dengan menatap Adamma yang terkejut mendengar ucapannya.

"Dimana kek?" bisik Adamma di telinga kakek.

"Aku tidak tahu, hanya perasaan saja. Seperti ada yang sedang melihat ke arahku," suara hati kakek dengan tatapan sayu kepada Adamma.

"Sekarang kakek tenanglah, aku akan meminta bantuan polisi untuk menjaga kakek," bisik Adamma mencoba menenangkan kakek yang sedang ketakutan. "Sekarang bisa kakek jelaskan mengenai ciri pelaku?" tanya Adamma dengan menatap serius kakek.

Arya hanya bisa terdiam, takjub melihat Adamma yang sedang bertugas dengan kemampuan yang luar biasa.

"Wah dia memang perempuan hebat," puji Arya dalam benaknya.

Adamma yang sedang mendengarkan kakek, merasa terganggu dengan sura hati Arya. Lalu dia melihat ke arah Arya dengan jari telunjuk di atas bibirnya, meminta Arya untuk tidak berisik. Melihat Adamma membuat Arya merinding dan memilih untuk menunggu di luar. Saat sedang menunggu Arya melihat seseorang dengan memakai jubah dokter, sedang melihat kearahnya. Tanpa berpikir panjang Arya mengejar seseorang itu yang sudah berlari lebih dulu.

"Ishhh,," desis Arya berlari sambil melihat ke arah seseorang yang mengintainya.

Dilorong rumah sakit Arya yang sedang berlari, di hentikan oleh nenek tua yang terjatuh karna di tabrak oleh pelaku. Dengan cepat dia membantu nenek tersebut.

"Maafkan ya Nek," ucap Arya langsung berlari lagi.

Di lorong yang gelap, dekat dengan kamar mayat. Arya kehilangan jejak pelaku yang sudah membuatnya hampir kehilangan nafas.

"HAH…HAH…HAH." Suara nafas Arya yang sedang mengatur nafasnya setelah berlari dengan sangat kencang. "Sialan!" teriak Arya kesal kehilangan jejak seseorang yang membuatnya berlari.

Setelah tenang Arya berbalik untuk pergi ke ruang CCTV untuk melihat rekaman pelaku. Di jalan handphone Arya bergetar, panggilan dari Adamma.

(Mendengar)

"Baiklah aku akan kesana," jawab Arya mematikan panggilannya lalu berlari lagi menuju ruang kakek untuk menjemput Adamma.

Sesampainya di sana, Arya melihat sudah ada dua polisi yang berjaga di luar kamar kakek. Adamma yang melihat Arya langsung memberitahunya.

"Aku meminta penjagaan dari kepolisian untuk kakek yang sekarang sudah menjadi saksi," ucap Adamma kepada Arya.

"Itu lebih baik, dan sekarang kita harus pergi dari sini," ajak Arya menarik tangan Adamma.

"Ada apa? Kenapa wajahmu panik seperti itu?" Adamma penasaran dengan kepergian Arya tadi.

Arya menjelaskan kepadanya tentang kejadian tadi, dan sontak saja membuat Adamma terkejut.

"Berarti yang diucapkan kakek itu tidak bohong, tadi dia bilang seseorang sedang mengintainya. Aku rasa yang kamu lihat itu orang yang di maksud kakek," ungkap Adamma melihat Arya yang masih menggandeng tangannya. "Lalu sekarang kita akan kemana?" tanya Adamma penasaran.

"Keruang CCTV," jawab Arya berjalan lalu melepas tangan Adamma. "Kamu tidak lupa menanyakan ciri pelakunya kan?" tanya Arya melihat Adamma yang sedang berjalan di sampingnya.

"Iya, Pelakunya berjubah hitam terusan dan memakai topeng yang sangat menyeramkan. Itu semua yang aku dapatkan dari keterangan kakek tadi," jelas Adamma pada Arya.

"Hah! Bertopeng!" jawab Arya terkejut dan bingung.

"Hemm," Adamma menganggukkan kepalanya.

"Ishhhh! Semakin sulit saja kalau begitu," Arya semakin tertekan setelah mengetahui ciri pelaku.

Mereka terus berjalan, menyusuri lorong rumah sakit untuk pergi ke ruang CCTV. Ternyata seseorang yang mengintainya tadi melepas jubah dokternya, lalu berjalan pelan mengintai Adamma dan Arya dari kejauhan.

 

 

 

 

 

 

avataravatar
Next chapter