16 Apa dia pembunuhnya?

Di ruang CCTV Arya menunjukan ID cardnya kepada security.

"Permisi mohon maaf, kami dari pihak kepolisin. Minta kerja samanya untuk melihat hasil rekaman CCTV. Kami sedang mencari pelaku pembunuhan," tegas Arya sambil menunjukkan kartu kepolisiannya.

"Siap Komandan." jawab security dengan hormat kepada Arya. "Rekaman jam berapa Ndan?" tanya security dengan jari yang sudah siap di papan keyboard.

"Rekaman sekitar setengah jam yang lalu," jawab Arya mendekati layar komputernya.

Adamma melangkah lalu berdiri di samping Arya, untuk melihat rekaman CCTV, tapi ada yang mengganjal rekaman dari satu jam yang lalu tidak terekam atau hilang.

"Kok tidak ada ya," ucap security menggaruk kepalanya.

Adamma dan Arya saling bertatapan, lalu melihat lagi ke layar. Hasil rekaman menghilang satu jam yang lalu, merasa curiga lalu dia mengintogasi security.

"Apa Bapak tadi meninggalkan ruangan ini?" tanya Arya kepada security.

***Satu jam sebelumnya***

Jam berganti shift.

Perut pak security mendadak mules. "Aku pergi ke toilet dulu ya. Tolong jaga sebentar saja," ucap Pak security pada rekannya.

"Baiklah, cepat ya karna aku harus pulang segera. Anakku sakit," jawab rekannya yang melepas sepatu pdh

Setelah Pak security pergi, tak lama dia mendapatkan panggilan dari istrinya untuk segera pulang. Dengan terpaksa dia meninggalkan ruangan CCTV yang tanpa penjagaan. Setelah semua pergi, seseorang pria yang memakai pakaian perawat dengan masker di wajahnya memasuki ruangan lalu menghapus rekaman CCTV. Selesai itu dia keluar, untuk menelfon seseorang.

"Sudah saya hapus hasil rekamannya," ucapnya kepada pelaku pengintai yang sedang bersembunyi di kamar mayat.

"Hemm," Pelaku pengintai mematikan panggilannya.

***Kembali ke masa kini***

"Iya, tadi saya sempat minta tolong kepada rekan, tapi pas saya balik dia sudah tidak ada," jawab Pak security kepada Arya.

Mendengar jawaban security Arya dan Adamma merasa kecewa, lalu pamit untuk meninggalkan ruangan. Di luar Arya semakin kesal, membuat Adamma yang ada di sampingnya merasakan kekasalan Adamma.

Arya mengekspresikan kekesalan. "Sialan! HISHHHH," tangannya dikepal seolah ingin meninju sesuatu di depannya.

"Tenanglah. Aku yakin dia tidak bekerja sendirian, pasti ada orang di balik ini, tapi aku belum tahu apa motifnya," jawab Adamma menahan rasa kesal di hatinya.

"Maaf. Aku benar-benar kesal dan tidak bisa mengendalikan emosiku," ucap Arya merasa malu dengan Adamma.

"Lebih baik sekarang kita ke kebon kosong, untuk mengambil tas korban yang sempat di bakar oleh pelaku," ajak Adamma kepada Arya.

"Apa dia memberitahumu?" tanya Arya seolah tak percaya.

"Iya, dia menyembunyikan di suatu tempat," jawab Adamma dengan antusias mengambil barang bukti milik korban.

Mereka berdua berjalan dengan cepat, menuju parkiran mobilnya. Setelah sampai di parkiran, mereka menaiki mobil lalu pergi ke kebon kosong.

Di gedung badan forensik, Rio dan Rangga menemui dokter Ana yang mengautopsi tubuh mayat yang ditemukan di area kebon kosong. Dokter Ana mantan kekasih Arya yang bertugas sebagai Dokter forensik.

"Bukannya Arya yang kesini," ucap dokter Ana kepada Rio dan Rangga sambil berjalan ke ruang mayat.

"Dia sedang sibuk Dok, apa mau nitip pesan untuk Arya," ledek Rio kepada Ana.

"Bukan seperti itu, hanya sudah lama aku tidak melihatnya," jawab Ana tersenyum malu kepada Rio dan Rangga.

"Kenapa kalian bisa putus? Padahal dulu kalian pasangan yang sangat serasi," tanya Rangga sambil melihat wajah Ana yang ada di samping Rio.

"Mungkin karena kesibukan masing-masing," jawab Ana membuka pintu kamar mayat. "Sekarang lebih baik kita membahas tentang mayat ini," ucap Ana mengalihkan pembicaraan.

Mereka melihat mayat yang terbujur kaku tanpa busana di tempat tidur pasien, lalu Ana menjelaskan kepada Rio dan Rangga hasil dari autopsi. Rangga bersiap dengan buku catatannya untuk mencatat apa yang Ana bicarakan.

"Ada keretakan di bagian belakang kepala korban, yang di sebabkan oleh pukulan dari benda tumpul. Organ dalam dalam tubuh korban juga tidak lengkap seperti Jantung, hati, dan ginjal. Bagian ibu jari di kaki kananya juga menghilang di potong oleh pelaku. Aku mencurigai ada hubungannya dengan tenaga medis, karna dari yang kulihat untuk pertama kali jahitannya yang memanjang di bagian perut koban begitu rapih," jelas Ana melihat mayat yang ada di depannya. "Aku juga meyakini bahwa dia masih hidup, saat pelaku mengambil bagian organ dalamnya," lanjut Ana lebih detail kepada mereka.

"HISHH! Bagaimana bisa manusia melakukan hal paling kejam seperti ini," ucap Rio dengan kasihan melihat mayat yang ada di depannya.

"Aku merinding! Hikssh," Rangga melihat bulu kuduknya berdiri.

"Hidup di zaman sekarang memang hal yang paling mengerikan, pelaku kejahatan bisa melakukan apa saja termasuk ini," ucap Ana yang juga merasa kasihan pada mayat wanita itu. "Sudah lebih baik sekarang kita ke ruanganku, untuk mengambil sample sidik jarinya," ajak Ana dengan berjalan lebih dulu.

"Baiklah," jawab Rio bersama Rangga mengikuti Ana.

Sesampainya di ruangan Ana memberikan sample sidik jari korban kepada Rio. Setelah urusannya selesai, Rio dan Rangga kembali bertugas.

"Ini sample sidik jari milik korban," ucap Ana sambil memberikan plastik bening kepada Rio.

"Baiklah, kita pamit untuk kembali ke kantor," pamit Rio kepada Ana. "Terima kasih ya," ucap Rio sebelum pergi.

"Beneran gak ada yang ingin disampaikan pada Arya," ledek Rangga tersenyum.

"Tidak, aku takut merindukan dia lagi," jawab Ana yang tersipu malu. "Cepat pergi sana," ucap Ana mendorong Rio dan Rangga yang sedang meledeknya nuntuk keluar dari ruangannya.

Setelah Rio dan Rangga pergi, Ana kembali tersenyum sendiri teringat Arya Mantan kekasihnya. Lalu dia duduk di kursinya untuk kembali mengerjakan laporan yang menjadi tugasnya.

Di area kebon kosong, Arya dan Adamma menuruni mobil untuk menyusuri area kebon kosong. Adamma kembali mengingat perkataan kakek.

"Aku menguburnya di belakan gubukku dekat dengan tong besar berwarna biru, yang aku tutupi bak mandi disana." Perkataan kakek dengan suara hatinya pada Adamma.

Setelah mengingat Adamma berjalan dengan cepat menuju, rumah kakek itu. Arya hanya mengikuti Adamma dari belakang. Setelah sampai di belakang rumah kakek Adamma melihat tong besar dengan bak mandi di sampingnya.

"Disana, di bawah bak mandi itu," ucap Adamma memberitahu Arya.

"Aku akan menyingkirkan itu," Arya melangkah lalu mengangkat bak berisikan Air bersih.

Setelah itu, Arya melihat pacul yang ada di sisi kiri Adamma. Lalu dia mengambilnya untuk menggali tanah.

"Disini tempatnya?" tanya Arya menegaskan kembali.

"Iya kakek bilang disana," jawab Adamma meyakinkan Arya.

Arya mulai menggali, dan tak lama setelah menggali sangat dalam Arya dan Adamma terkejut seperti melihat sesuatu di dalam tanah.

 

avataravatar
Next chapter