1 KEHIDUPAN AYUNDA

Malam itu adalah malam, di mana aku dipermalukan oleh teman-temanku yang dulunya begitu mengagumi aku, karena aku adalah anak orang terpandang di kota ini.

Aku tidak menyalahkan mereka, karena memang diriku sekarang telah jatuh miskin dan kedua orangtuaku meninggal.

Ayah meninggalkan sebuah rumah, tapi rumah itu telah dijual bibi dan paman untuk menutupi hutang ayah.

Namun, tidak cukup sampai di situ, ternyata ayah masih memiliki hutang lainnya yang tidak aku ketahui.

Namaku Ayunda Fadilah, umurku 20 tahun saat ini.

Namun Ayunda harus mengahadapi penderitaan yang tidak berujung, karena hutang uang yang ditinggalkan oleh ayahnya.

Bibi dan juga paman Ayunda selalu mengatakan bahwa ayah ayunda masih memiliki hutang, sebanyak 500 juta pada seoarang rentenir, karena berusaha menutupi hasil korupsinya.

Ayunda begitu syok mendengar hal itu, jika hutang itu tidak segera dibayarkan, maka kuburan kedua orangtuannya akan mereka gali dan memberikanya pada anjing liar di hutan.

"Apakah mereka sekejam itu bibi? tidak bisakah mereka memberikan sedikit waktu lagi, aku akan berusaha mendapatkan uang itu," kata Ayunda sambil berlutut didepan bibinya .

Bibi Ayunda merasa kasihan melihat Ayunda yang seperti itu, tapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa, karena mereka adalah orang yang kurang mampu walaupun kehidupan mereka tidaklah miskin.

"Maafkan bibi nak, kau lihatlah keadaan kita sekarang. Pamanmu hanyalah seorang satpam disebuah perusahaan dan bibi hanya seorang karyawan bisa, bagaimana bisa membantumu melunasi hutang 500 juta itu dalam waktu sebulan?"

Ayunda sangat putus asa mendengar perkataan bibi Rose, apa yang bibinya katakan memanglah benar, jika digabung gaji bibi dan juga pamannya itu hanya mendapatkan 10 juta dalam sebulan, belum lagi mereka mempunyai dua orang anak yang sedang sekolah dan yang satunya sedang menempuh pendidikan diluar negeri. Tapi anak mereka kuliah di luar negri itu, berkat beasiswa yang ia dapatkan.

Ayunda merasa sangat tidak berdaya waktu itu, dia hanyalah seorang putri yang hidup berkecukupan lalu, tidak ada yang bisa ia kerjakan.

Ayunda pernah bekerja paruh waktu beberapa kali setelah pulang dari kampus, tapi belum sehari atau dua hari ia telah dikeluarkan atau dipecat dari pekerjaannya.

Karena ia tidak bisa menyapu, mencuci piring, bahkan mengangkat nampan yang berisi makanan pesanan tamu pun tangannya gemetar.

Dia diterima karena parasnya yang sangat cantik, serta postur tubuhnya yang tinggi dan juga indah dipandang, tapi semua itu tidak lagi berguna karena ia selalu saja dipecat.

2 Minggu telah berlalu dan waktunya tinggal 2 minggu lagi, Ayunda semakin hari semakin prustasi. Walaupun ia melaporkan hal ini pada polisi, tapi yang ia lawan adalah seorang rentenir hebat, mereka pasti bisa melakukan apa pun yang mereka inginkan.

Suatu malam saat Ayunda sedang duduk mengerjakan tugas kuliahnya, suara ketukan pintu terdengar dari arah pintu kamarnya.

Ayunda berjalan membuka pintu dan ternyata itu adalah bibi Rose dan juga paman Danu.

"Bibi, Paman."

Ayunda meminta mereka untuk masuk kedalam kamar.

Bibi Ayunda tersenyum manis pada Ayunda, sementara pamannya hanya diam saja.

"Ada apa bi?" tanya Ayunda pada bibinya.

Kedua orang itu saling memandang, saling mendorong untuk bicara.

"Katakan saja bibi, paman."

Bibi Ayunda mulai menyentuh tangan Ayunda, lalu menggenggam tangannya.

"Begini nak, kami mempunyai sebuah jalan keluar untukmu, itu pun jika kau mau."

Ayunda masih terus menyimak perkataan bibinya.

"Ada seseorang yang membutuhkan seorang istri, dan dia akan membayar berapa pun untuk itu."

Ayunda begitu terkejut mendengar perkataan bibinya, Ayunda berpikir bahwa ia belum saatnya untuk menikah, karena masih melanjutkan kuliahnya.

"Aku..?" Ayunda menunjuk hidungnya. Dia cukup tersentak.

Perlahan bibi Ayunda mengelus lembut kepalanya.

"Tidak ada pilihan lain lagi Ayu, waktumu tinggal 2 minggu lagi! Jika dalam dua minggu, kau tidak bisa mendapatkan uang sebesar 500 juta itu, maka makam orangtuamu akan mereka bongkar dan kamu akan mereka jual."

Ayunda terdiam mendengar perkataan bibinya itu. Jika dalam waktu 2 minggu ia tidak mendapatkan uang itu, maka makam kedua orangtuanya akan di gali dan ia akan mereka ambil sebagai gantinya. Rentenir itu bukalah orang biasa, mereka mempunyai preman-preman yang begitu menakutkan. Ayunda sendiri tidak ingin bibi dan juga pamannya ikut terluka.

"Si-siapa pria itu? pria yang akan menikah dengan ku."

Bibi Ayunda tersenyum padanya, lalu lebih mendekat lagi. "Begini sayang, dia adalah pengusaha sukses tapi sekarang ia telah pensiun dan hanya berdiam diri saja di rumah, dia membutuhkan istri yang dapat menjaganya."

Ayunda sempat kebingungan mendengar kata pensiun.

"Pensiun?? Be-berapa umur pria itu bibi?"

Mendengar pertanyaan Ayunda yang begitu terkejut, membuat bibi Rose mencoba untuk menenangkan Ayunda.

"Kau tidak perlu takut atau gugup seperti itu, sebenarnya pria itu sudah cukup tua, umurnya 60 tahun."

Sontak saja Ayunda berteriak, karena begitu terkejut mendengar pria yang akan menikah dengannya adalah seorang pria tua.

"Haaah? 60 tahun? Apa bibi tidak salah?"

Ayunda sontak saja berdiri dari tempat duduknya.

"Tidak, aku tidak mau bibi. Mana mungkin aku menikah dengan kakek-kakek, ini sungguh tidak mungkin."

Bibi Ayunda tampak kesal melihat hal itu, tapi di hentikan oleh paman Danu.

"Tidak," ucap paman Danu, memberikan isyarat. mereka pun keluar dari kamar Ayunda.

Sebelum menutup pintu kamar Ayunda, bibi Rose berbalik lalu mengatakan.

"Pikirkan baik-baik ayu, jika kau menikah dengannya, kau hanya perlu mengurusnya saja. Tapi jika kau menolak dan para rentenir itu datang membawamu, maka kau akan dijual dan menjadi wanita penghibur di setiap klab malam. Kau sendiri yang memutuskan hal itu."

Bibi Rose menutup pintu kamar Ayunda, Ayunda pun seketika jatuh lunglai di lantai mendengar perkataan bibinya.

Ayunda hanya bisa menangis tersedu-sedu, meratapi nasibnya yang begitu malang.

"Mengapa kalian pergi meninggalkanku dengan begitu banyak hutang seperti ini? Ayah, ibu, aku tidak sanggup membayarnya. Aku sungguh-sungguh tidak tahan lagi."

Ayunda pergi keluar rumah saat itu, paman Danu mencoba untuk menghentikannya, tapi Ayunda mengatakan bahwa ia hanya ingin menenangkan diri.

"Tapi ini sudah larut nak, terlebih lagi sebentar lagi akan hujan."

Ayunda tetap mengambil motornya dan pergi.

Selama perjalanan airmata Ayunda terus mengalir meratapi nasibnya yang begitu buruk. Suara gemuruh dari langit malam yang mendung, petir mulai menyambar di setiap sudut langit.

Tetes air hujan mulai jatuh perlahan membasahi wajah cantiknya. Namun, airmata-nya lebih deras lagi mengalir. Terlebih lagi motornya yang tiba-tiba saja mogok di jalan yang sunyi, membuat Ayunda berteriak sekeras-kerasnya.

"Mengapa...? Mengapa? Ayah, ibu, mengapa kalian tidak membawaku, mengapa kalian pergi sendiri?"

Ayunda melihat jembatan di depan jalan, ia pun terus berjalan, berjalan hingga tiba di jembatan yang di bawahnya mengalir air sungai yang begitu deras.

"Apakah harus seperti ini? Hiks ... hiks ... Ayah, ibu tunggu aku di surga."

Ayunda perlahan menaikan kaki kanannya.

Tubuh Ayunda bahkan gemetar saat mendengar suara derasnya arus air yang mengalir itu.

"Bukankah bunuh diri tidak akan masuk surga?"

Tiba-tiba saja Ayunda terkejut mendengar suara dari belakanganya itu, dan hampir ia jatuh ke bawah sungai.

Untung saja pria yang mengejutkannya itu, tiba-tiba saja menarik tubuh Ayunda.

"Kau bahkan takut untuk mati, tapi masih berani untuk melompat ke bawah, atau bagaimana jika aku bantu?"

Pria itu menatap Ayunda dengan tatapan dinginnya, dan wajah datar tanpa ekspresi sambil mengangkat alis kanannya.

Perlahan pria itu melonggarkan pelukannya pada Ayunda, yang membuat Ayunda terkejut.

"Heiii. apakah kau gila?!"

Pria itu tersenyum tipis dengan tatapan tajam.

"Bukankah kau ingin mati? Aku akan membantumu dan mendapatkan pahala, sedangkan kau akan kekal di neraka jahanam."

Pria itu kembali melonggarkan pelukannya hingga Ayunda seakan ingin jatuh saat itu.

"Hei... brengsek.!!! aku tidak ingin mati. Aku tidak ingin mati."

Pria itu pun menarik Ayunda lalu menghempaskan Ayunda, hingga jatuh ke tanah.

Seorang pengawal datang memayungi pria itu, lalu pria itu berkata pada pengawalnya.

"Bawa wanita ini ke kantor polisi! Katakan bahwa kesalahannya, ingin mengotori sungai dengan tubuhnya itu."

Pria itu pun berbalik dan pergi.

Ayunda seakan tidak percaya bertemu dengan pria gila seperti itu.

"Hei, tunggu. Tunggu pria kasar!!" panggil Ayunda pada pria itu, tapi sedikitpun dia tidak menoleh.

Dua orang pria menghalangi Ayunda. Ayunda terkejut dan juga takut melihat wajah serta tatapan kedua pria itu yang merupakan pengawal dari pria kasar tadi.

"A-apa, yang kalian coba lakukan."

Ayunda melihat pria itu telah pergi dengan mobilnya, sementara dia meninggalkannya dengan dua orang pria yang menghadangnya.

Dua pria itu menarik Ayunda masuk ke dalam mobil, walaupun Ayunda terus memberontak, tapi ia hanyalah gadis kecil yang tidak bisa melawan pria dewasa.

"Ambil ini!!!"

Pria yang duduk di depan memberikan sebuah handuk untuk Ayunda pakai.

'Setidaknya mereka bukan orang jahat, jika mereka orang jahat, pasti mereka sudah melecehkan aku, batin Ayunda.

Beberapa saat kemudian mobil itu pun berhenti .

"Silakan ke luar gadis kecil," kata seorang pria.

Ayunda keluar dari mobil dan melihat tempat itu. Betapa terkejutnya Ayunda, ternyata mereka benar-benar mengikuti apa yang dikatakan pria itu, dengan mengantarnya ke kantor polisi.

"Aku tidak ingin pergi ke sana," ucap Ayunda berusaha kabur. Namun, ditahan oleh seorang pria.

"Sesuai perintah, kau harus masuk ke dalam dan melaporkan sendiri kejadian itu."

Ayunda benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang terjadi saat ini.

"Apakah kalian pikir aku bodoh? Mana mungkin aku menceburkan diri ke dalam lumpur!!! Aaahh... dasar pria brengsek, bajingan, pria gila, aku mengutukmu tidak akan pernah jatuh cinta pada wanita mana pun dan hidup-"

Belum selesai ucapan Ayunda, tiba-tiba saja suara guntur mengejutkan mereka termasuk Ayunda. Semua mata pria itu menuju dan menatap tajam padanya.

"He-he-he, aku hanya bercanda saja. Aku menarik kutukan aku pada pria menyebalkan itu."

Seorang pria perlahan maju mendekat ke arah Ayunda.

"Sepertinya kami salah mengantarmu ke mari. seharusnya kami mengantarmu ke rumah sakit jiwa."

Ayunda teramat sangat terkejut mendengar perkataan itu, karena takut ia berlari masuk ke dalam kantor polisi.

"Aku akan mengaku, aku akan mengaku!" teriak Ayunda sambil terus berlari.

'Malam ini aku memang benar-benar sial. Hiks hiks...,' batin Ayunda.

avataravatar
Next chapter