9 Episode 9

 

Karena Sudah janji Pada An ran kalau dia akan datang untuk belajar bersam sepulang kerja, Zeyu pun pamit pamit pada ibunya untuk pergi kerumah An ran yang mengundangyan ke rumah untuk belajar bersama. Setelah pamit kepada ibunya dan menerima pesan agar hati\-hati, Zeyu pun Pergi naik taksi ke rumah Anran. Pada saat yang bersamaan, Yuwei pun pamit pada papa dan mamanya untuk pergi.

"Pa,Ma, Yuwei pergi dulu, "pamit Yuwei.

"Kau mau kemana, Yuwei?" tanya papanya.

"Ke rumah An ran, Pa?"

"Ngapain?"

"Belajar bersama."

"Oh...."

"Yuwei pakai mobil sendiri ya, Pa?"

"Nggak diantar?"

"Enggak, ah."

"Ya sudah, Hati\-hati."

"Ya, Pa."

Yuwei mencium pipi papa sama mamanya, kemudian pergi meninggalkan ruang keluarga dimana papa dan mamanya berada menuju ke garasi, mengeluarkan mobilnya yang tidak lama kemudian, telah meluncur meninggalkan lingkungan rumah elite itu membawa pergi Yuwei.

Sambil menyetir Mobil, Yuwei terus berpikir. Apakah dia akan ikut masuk ke rumah An ran dan ikut bergabung sama teman\-temannya belajar bersama Zeyu? Huh itu sama saja menjatuhi harga dirinya sendiri. Dia cuma ingin tau, Apa benar Zeyu datang ke rumah Anwar. Dan apakah benar teman\-temannya yang lain juga akan datang ke rumah Anran untuk belajar bersama dengan Zeyu.

Begitu sampai di lingkungan di komplek perumahan elite dimana Anran tinggal, Yuwei segera memarkirkan mobilnya ditepi seberang jalan depan rumah Anran. Sambil mendengarkan musik yang mengalun keluar dari kaset yang disetelnya. Yuwei pun mengarahkan pandangan mata ke pintu gerbang Anran.

Satu persatu teman\-temannya datang. Dan akhirnya, sebuah taksi berhenti di depan rumah Anran. Tak lama kemudian, dari taksi itu turun Zeyu.

  "Hh, dia datang juga," guman Yuwei. Ternyata mereka benar-benar ingin belajar bersama dengan anak penjual kue itu. Brengsek! Semua brengsek! anak penjual kue itu ternyata telah mempengaruhi mereka. "Huh...!"

Dengan membawa perasaan kesal. Yuwei kemudian menghidupkan mesin mobilnya. Dan tidak lama kemudian, mobil xx hitam metalik itu pun melaju, meninggalkan tepian jalan seberang jalan depan rumah An ran.

Sementara di rumah Anran, melihat kedatangan Zeyu, dengan wajah Menunjukkan kegembiraan dan kebahagian Anran menyambut.

"Akhirnya kau datang juga, Zeyu?"

"Saya sudah janji, kan? Bagi saya janji adalah hutang. Maka sebisanya aku akan berusaha melunasinya. Apa yang lain juga datang?"

"Iya, mereka sudah berada di atas, di balkom. Tapi kau nggak akan aku ajak kesana langsung."

"Kemana?"

"Ayah sama Ibuku ingin bertemu dan kenal sama kamu."

"Ayah sama ibumu."

"Ya. Ayo, mereka ada di ruang keluarga." Zeyu tidak bisa menolak, ketika Anran mengandeng dan mengajaknya ke ruang keluarga, dimana ayah dan ibunya berada.

Kedua orang tua Anran tampak sedang duduk -duduk santai sambil menyaksikan acara televisi, saat Anran yang mengandeng Zeyu datang.

"Ayah,Ibu, ini Zeyu datang."

Ayah dan Ibu Antar melihat.

"Selamat malam, Om, Tante....

"Malam. Silakan duduk, " ajak ayahnya Anran.

"Makasih, Om."

"Ayo, Zeyu, duduk." ajak Anran. Sehingga Zeyu pun akhirnya dengan sedikit canggung menurut duduk di sofa mahal dan empuk.

"Mau belajar bersama?" tanya ayahnya Anran.

"Iya. Om. "

"Kamu tau, nak Zeyu. Dari tadi Anran terus menceritakan dirimu. Katanya kamu anak cerdas dan pintar."

"Ah, biasa saja. Om. Semua karena belajar tekun saja, Om."

"Nah Anran, kamu dengar apa yang Zeyu katakan? Kalau mau jadi pintar, ya harus belajar dengan rajin dan tekun. Benarkan, nak Zeyu?"

"Benar,Om." jawab Zeyu seraya menambahkan. "Baiklah, Om, Tante, tentu teman-teman yang lain sudah menunggu. Sebaiknya saya temui mereka."

"Ya, silakan. Hal seperti ini sangat bagus. Om mengijinkan kalian belajar disini. ketimbang berkeliaran tidak karuan, kan lebih baik belajar bersama. Apalagi ada yang membimbing seperti nak Zeyu. Nak Zeyu tidak keberatan kan, membantu Anran belajar?"

"Nggak, Om."

"Om tidak janji. Tetapi kalau nanti hasilnya memang memuaskan. Om pun pasti akan sangat berterimakasih pada nak Zeyu. Ya, nanti akan sedikit memberi sesuatu pada nak Zeyu sebagai ungkapan rasa terimakasih."

"Tak perlu, Om. Kami sama-sama belajar, ko."

"Ya, sudah. temuilah teman-teman kalian."

"Baik, yah. Ayo, Zeyu," ajak Anran.

"Permisi Om, Tante....

"Ya, ya..."

Anran pun mengajak Zeyu naik ke atas dimana teman-teman mereka sudah berada disana lebih dulu menunggu.

"Selamat malam, teman-teman?"sapa Zeyu.

"Malam, Zeyu..."

"Sudah siap belajar bersama?"

"Ya. dong...."

"Baiklah, mari kita mulai..."

Mereka pun mulai belajar bersama. Dengan sabar Zeyu menjelaskan bagaimana mengisi soal-soal yang tengah mereka bahas, memberi tau jalannya, kemudian menyuruh teman-temannya untuk mencoba mengerjakan sendiri. Bila ada yang belum mengerti, Zeyu kembali menjelaskannya.

Sehingga akhirnya temannya yang belum mengerti pun akhirnya mengerti.

"Wuah ternyata mudah juga ya kalau sudah tau jalannya," guman Zeyu.

"Ya, semua pekerjaan kalau kita sudah tau jalannya, pasti akan mudah. Tetapi kita tidak boleh menyepelehkan atau meremehin sesuatu soal atau pekerjaan walau kita sudah tau jalannya. Sebab Kalo kita meremehin, bisa-bisa kita terjebak, dan akhirnya malah salah," tutur Zeyu.

"Iya, kami mengerti...

Mereka belajar bersama membahas dan menyelesaikan soal-soal pelajaran sampai jam setengah sembilan sambil menikmati jus buah dan makanan kecil yang telah disediakan oleh para pembantu rumah keluarga An ran.

avataravatar
Next chapter