6 Episode 6

 

Bel tanda waktu istirahat berakhir berbunyi. Segera Zeyu mengembalikan buku yang dibacanya ke rak. Kemudian dia pun pergi meninggalkan perpustakaan menuju ke kelasnya.

 

"Hai, Zeyu...!"Dari belakang terdengar suara seorang memanggil.

Zeyu berbalik ke belakang, melihat putri melangkah dengan setengah berlari Mengejar ke arahnya.

"Hai,Putri....Ada apa?"

"Tidak ada apa\-apa. Aku hanya ingin jalan sama mu saja."

"Kau tidak malu jalan sama aku?"

"Malu kenapa?"

"Ya, seperti yang kau dan yang lain ketahui, aku kan anak seorang penjual makanan dan miskin.

Sedangkan kau dan yang lainnya, anak orang kaya. Nanti ada yang mengejekmu. kalau kau jalan sama aku."

 

"Ah, aku tidak perduli sama apa yang mereka bicarakan. Aku merasa kau dan aku juga sama yang lainnya sama saja." tutur an ran.

"Kau manusia, aku manusia, mereka juga manusia. Jadi, apa bedanya kita dengan mereka? kau sama aku? kita sama- sama manusia, sama-sama ciptaan Tuhan. Dan Tuhan menciptakan kita juga dalam bentuk yang sama, kok. Bahkan dibanding aku sama lainnya, kau memiliki kelebihan, kau pintar...."

"Tapi aku hanya orang miskin dan seorang anak penjual makanan."

"Miskin, kaya, senang, susah, cantik, tampan, jelek, itu kan hanya keadaan saja. Dan itu tidak bisa dijadiin patokan baik buruknya seseorang. Kadang orang miskin memiliki keluhuran budi pekerti. Sebaliknya, kadang bahkan banyak orang yang mengaku kaya, tidak memiliki budi pekerti. Bertindak seenaknya, merasa paling hebat, paling wah, kemudian sombong dan takabul."

Termenung Zeyu seketika mendengar penuturan putri. Dipandangnya wajah gadis itu dengan lekat, seakan dia berusaha untuk memastiin, apakah kata-kata bijak yang baru saja dia dengar benar keluar dari mulut seorang gadis cantik dan anak orang kaya seperti an ran? Sungguh sangat jauh berbeda sekali An ran dengan Yuwei. Padahal keduanya sama-sama cantik. Memang, Yuwei jauh lebih cantik dan lebih kaya. Perusahaan milik ayahnya Yuwei, jauh lebih besar dan lebih bonafit dibanding perusahaan milik papanya An ran. Selain itu, ibunya Yuwei juga seorang wanita karier. Sementara mamanya An ran hanya sebagai ibu rumah tangga biasa. Mngkin itulah yang membuat Yuwei dan An ran berbeda.

An ran senantiasa mendapatkan perhatian dan bimbingan dari ibunya. Karena ibunya selalu ada dirumah. Sedangkan Yuwei, kedua orang tuanya sibuk dengan urusan dan pekerjaan masing-masing. Yuwei lebih banyak bersama dengan pembantu dan pengasuhnya. yang tidak perduli akan perkembangan jiwa dan pendidikannya.

"Kenapa kau pandangi aku seperti itu?" tanya An ran dengan kening mengerut, tidak mengerti mengapa Zeyu memandinginya begitu rupa."

"Ah, tidak. tidak apa-apa..."

"Tidak apa-apa, kok kau memandangiku begitu? Seakan ada yang aneh padaku."

"Ya, memang."

"Apa itu?"

"Kau sangat jauh beda dengan Yuwei."

"Maksudmu?"

"Kau baik, tidak sombong, bijaksana dalam menilai dan mencermati kehidupan. Sedangkan Yuwei sifatnya jauh berbeda dibanding kau.

"Tentu saja, kami kan bukan saudara. Yang saudara saja, kadang berbeda satu sama lain pola pikirnya, apalagi kami yang bukan saudara?Jelas berbeda."

"Bukan itu maksud aku."

"Lalu?"

"Semula aku pikir gadis cantik dan putri orang kaya akan sombong dan angkuh."

"Kenapa kau berpikiran begitu? apa karena Yuwei, kemudian kau menilai semua gadis cantik dan anak orang kaya akan seperti dia?"

"Bukan hanya Yuwei saja, ketika aku masuk di China pun, aku menjumpai hal seperti itu. seperti halnya Yuwei, Yuri pun cantik dan putri seorang pejabat. Yuri pun memilih milih dalam mencari teman. Angkuh, mau menang sendiri, dan suka mengejek pada orang yang seperti aku. Jadi, aku pikir semua gadis cantik anak orang kaya punya sifat yang sama seperti Yuri dan Yuwei."

"Itu penilaian keliru.Tidak semua gadis cantik anak orang kaya sifatnya seperti itu. Tergantung cara orang yang mendidiknya.tutur An ran."

"Lho, kan mereka sama kuliah di kampus kita. Aku rasa guru-gurunya sama memberikan pendidikan sebagaimana guru memberi pendidikan pada kita." kata Zeyu pura-pura tidak mengerti.

"Bukan itu maksud aku."

"Lalu apa maksudmu?"

"Yang pertama membangun kepribadian seorang anak, adalah orang tua dan orang disekelilingnya, seperti papa, mama, pengasuh, pembantu dan lainnya. Bila dari usia dini yaitu masa balita seseorang didik baik, mendapat perhatian yang cukup dari orang tua mengajarkan padanya akan budi pekerti dan kebaikan, maka aku yakin walau dia anak presiden sekali pun, dia akan memiliki kepribadian yang baik.Tetapi sebaliknya, jika dari usia dini dia kurang mendapat perhatian dari orang tua, dan segala urusan pembinaan dan pendidikan watak and sifat serta sikap diserahkan pada baby sister atau pengasuh yang tidak perduli akan perkembangan jiwa anak itu, maka meski dia anak orang biasa, dia pasti akan jadi sombong, maunya menang sendiri," tutur An ran seraya menambahkan."Sebenarnya, persoalan utama yang membuat orang jadi sombong itu pada dasarnya karena dia ingin mendapatkan perhatian, itu saja."

"Perhatian?" ulang Zeyu.

"Ya."

"Menderita bagaimana maksudmu?"

"Yang dibutuhin oleh semua anak adalah perhatian dan kasih sayang orang tua,bukan."

"Ya."

"Bagaimana menurutmu, bila kebutuhan itu tidak diperolehnya?"

"Jelas kecewa dan sedih."

"Nah, sekarang kau mengerti,kan?"

Zeyu mengangguk angguk. Dan tiba-tiba terbesit dihatinya perasaan kasihan serta iba pada Yuwei, setelah dia tau bagaimana perasaan Yuwei yang sebenarnya dibalik keangkuhan dan kesombongan yan selama ini ditampilkannya.

Keduanya meneruskan langkah sambil terus ngobrol. Dan Zeyu jadi merasa senang, karena An ran mau menjadikannya sebagai seorang teman. Dengan begitu, dia tidak lagi merasa minder sebagai orang miskin. Karena masih ada anak orang kaya dan cantik seperti An ran yang mau menerima dirinya menjadi teman.

avataravatar
Next chapter