14 Episode 14

Sebagaimana biasanya, setiap jam istirahat Zeyu lebih memilih pergi ke perpustakaan. An ran pun kini jadi lebih suka ke perpustakaan bersama dengan Zeyu. Ngobrol atau membaca buku bersama-sama dengan Zeyu.

Saat keduanya sedang membaca buku, anxi yang selam ini dekat dengan Yuwei datang menemui mereka.

"Zeyu" panggil Anxi.

"Ya?" sahut Zeyu sembari menghentikan membaca bukunya.

"Boleh saya bicara? pinta Anxi.

"Katakan aja, Ada apa?"

"Boleh saya ikut belajar bersama?"

"Kalau aku sendiri sih dengan senang hati menerima kau. Tetapi An ran yang punya rumah, maka yang berhak nentuin apakah kau diijinin ikut belajar bersama dengan kami atau nggak. Bagaimana, An ran?" tanya Zeyu meminta keputusan An ran.

"Benar kau mau ikut belajar bersama dengan kami?" tanya An ran.

"Iya, An ran. saat saya menceritakan sama papa and mami kalau kau sama Zeyu ngadain belajar bersam, papa sama mama menyuruh saya ikut. Apalagi saat saya kasih tau kalau Zeyu pintar, papa mendorong saya untuk ikut. Bahkan kata papa, jika dipungut biaya, papa akan membayarnya, " tutur Anxi.

An ran tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Tak ada biaya. Semua gratis." kata An ran.

"Yang diminta Zeyu niat dan kesungguhan mu aja. Kalau pun kau membayar, namun tidak ada niat dan kesungguhan, percuma aja kau belajar bersama kami. Tapi kalau kau punya niat dan kesungguhan, hasilnya akan memuaskan."

"Saya sudah niat sungguh-sungguh, An ran."

"Bukan karena dorongan dan paksaan papa sam mama mu...?"

"Mulanya emang. Tetapi setelah saya pikir, emang saya harus ikut belajar bersama dengan kalian agar saya bisa mengikutin pelajaran seperti yang lainnya, yang selama ini telah belajar bersama kalian.."

"Baguslah itu, kalau begitu mulai nanti malam kau boleh ikut. Datanglah kerumahku jam setengah tujuh."

"Terimakasih,Zeyu. Terimakasih An ran."

"Sama-sama."

"Kalau begitu saya pergi dulu."

"Silakan..."

Zeyu dan An ran pun nerusin membacanya. Namun baru aja Zeyu mulai membaca, An ran memanggil.

"Zeyu."

"Ya."

"Aku ragu."

"Ragu kenapa?"

"Aku kenal siapa Andi."

"Maksud mu?" tanya Zeyu tidak mengerti.

"Selama ini dia kan dekat sama Yuwei."

"Ya, kenapa emangnya?"

"Aku tidak yakin dia bersungguh-sungguh ingin belajar sama kita. Malah nanti jangan-jangan dia disuruh oleh Yuwei untuk mengacau teman-teman yang lain..."

Zeyu tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

"Jangan berprasangka buruk, An ran. Tidak baik. Kalau pun dugaan mu benar, dan yang lain terpengaruh l, tidak menjadi masalah bagi ku. Asalkan kau masih percaya sama aku, sudah cukup. Toh pertama kali aku sekolah disini, cuma kau yang mau menerima ku sebagai teman dan masih mau percaya sama aku. Jadi, semua orang ninggalin aku, asalkan kau tetal mau menerima aku sebagai teman, aku tidak peduli."

"Benarkah?"

"Ya, bagi aku kau adalah peri penolong."

"Peri penolong?" An ran tertawa.

"Kok tertawa? Apanya yang lucu?"

"Kau."

"Kenapa denganku?"

"Masa kau anggap aku peri?"

"Kenyataanya kau seperti peri atau malaikat penolong bagi aku." jawab Zeyu."

"Wah, hebat dong aku."

"Emang kau hebat. Misalnya aku disuruh melupakan yang lain, maka hanya ada satu didunia ini selingkuh ibu yang tidak pernah aku lupain sampai aku mati."

"Siapa."

"Kau."

"Sungguh."

"Ya. itulah janji ku. Sejak mau Menerima aku. dalam hatiku sudah berjanji, Bahwa kau lah orang yang tidak akan pernah aku lupain setelah ibu. Kau orang yang aku hormati setelah ibu dan kau orang kedua yang aku sayangi setelah ibu.

Bagiku, kau bukan hanya teman, tetapi seperti aku katakan tadi, kau adalah peri atau malaikat penolong yang akan selalu aku puja dan aku hormati," tutur Zeyu dengan penuh kesungguhan, sambil memandang lekat ke wajah An ran dengan pandangan kagum dan rasa hormat.

"Zeyu...."

"Ya."

"Aku terharu mendenganya.Terimakasih..."

"Aku yang seharusnya berterimakasih sama kau, An ran. Tanpa kau, entah bagaimana aku disini..."

"Lupakanlah, Zeyu.Kau tidak perlu bersikap seperti sama aku."

"Nggak, An ran. Jangan kau larang aku memandangmu begitu. Karena itu akan membuat aku jadi sedih."

"Ah, kau..."

Bel tanda masuk terdengar berbunyi. keduanya pun segera bangun dari dudukny. kemudian meletakkan buku yang tadi mereka baca di rak. Lalu keduanya bersama seiiring ninggalin perpustakaan.

avataravatar
Next chapter