11 Episode 11

Setelah puas numpahin semua isi hatinya. Yuwei kemudian melangkah terhuyung-huyung meninggalkan mejanya. Melihat gadis cantik itu sempoyongan, lelaki mudah yang tadi menghampiri Yuwei, kembali berusaha membantu. Namun dengan sengit Yuwei menepisnya.

Saya tidak perlu Bantuan! Saya masih bisa jalan sendiri!"

"Tapi, Nona..."

"Sudahlah. Kau jangan sok jadi pahlawan!"

Usai berkata begitu,dengan masih terguyung - huyung Yuwei pun meneruskan langkahnya. Hal itu membuat lelaki mudah itu menggeleng-gelengkan kepala dengan menunjukkan rasa keprihatinannya. Dia sebenarnya tidak teg membiarkan Yuwei yang dalam keadaan mabuk sendiria. Namun karrma gadis cantik itu tidak mau dibantu, bahkan marah, akhirnya lelaki muda itu pun Hanya bisa mendampinginya. Namun begitu Yuwei menuju ke mobil dan hendak pergi dalam keadaan mabuk, seketika nurani lelaki muda itu pun mengatakan agar dia mengikuti gadis itu. Maka dengan segera, lelaki muda itu cepat keluar, menghampiri Yuwei yang hendak membuka pintu mobilnya.

"Nona... akan sangat berbahaya jika anda dalam keadaan mabuk mengendarai mobil sendirian," katanya. "jika Anda tidak keberatan, biarlah saya antar Anda pulang."

"Kau lagi...! Kau lagi...!" sungut Yuwei begitu tau kalau lelaki mudah itu lagi yang menghamprinya. "Apa telinga mu udah tuli, eh?! Udah Berapa kali saya katakan,jangan ganggu saya! dan saya tidak butuh perhatian apalagi pertolongan dari kau. Pergi sana....!"

Lelaki muda itu pun hanya bisa diam dengan wajah menggambarkan kekecewaan dan sakit hati. Belum pernah selama ini ia dihina dan dicaci maki oleh cewek. Tidak mau nerima bantuannya ya tidak apa-apa, tapi jangan mencaci maki dan menyinggung perasaannya sebagai seorang lelaki. Bahkan, Nona. Kali ini kau boleh puas bersikap kasar sama gue. Tapi suatu saat nanti, kau akan merengek dan takluk sama saya! Dengus lelaki muda itu dengan wajah kecut.

Tanpa menghiraukan tuh cowok, Yuwei pun masuk ke dalam mobilnya.Kemudian menghidupkan mesin, lalu tak lama kemudian, mobil xxxwarna hitam metalik itu pun melaju meninggalkan pelataran parkir tempat hiburan dimana lelaki muda itu masih berdiri mematung dengan memendam rasa dendam dan hasrat yang mendalam. Hasrat untuk bisa naklulin serta mendapatkan Yuwei yang cantik penuh pesona, yang telah membuatnya tergoda pada pandangan pertama.

Jam sembilan, acara belajar bersama pun selesai, karena hampir semua mata pelajaran telah mereka bahas bersama.

"Aku rasa untuk hari ini kita sampai segini dulu, "kata Zeyu."

"Basok Kita kembali belajar bersama, Zeyu?"

"Aku Usahain, tetapi aku tidak janji. Kata Zeyu serambi tersenyum."

"kalau begitu Terimakasih Zeyu, An ran kami pamit pulang dulu."

Mereka pun turun dari atas loteng, kemudian pamit pada kedua orang tua An ran untuk pulang.

"Biar aku antar kau, Zeyu," kata An ran.

"Tidak perlu, aku bisa naik taxi, kok."

"Tak apa, nak Zeyu. Biar An ran yang mengantarmu," kata Ibunya An ran.

"Iya, nak Zeyu. Biar An ran dan Baizi yang mengantarmu. An ran panggil Baizi suruh menyiapkan mobil."

"Baik, Yah."

An ran pun menuju ke belakang untuk menemui Baizi. Sementara kedua orang tuanya mengajak Zeyu duduk- duduk sambil menunggu.

"Besok belajar disini lagi, kan?" tanya Ibunya An ran.

"Ya, saya usahain Tante."

"Tidak usah sungkan, kami senang kok nak Zeyu membantu An ran dalam belajar. Jadi. meski tidak belajar bersama-sama, nak Zeyu datang aja kemari belajar bareng dengan An ran, ya?" Pinta Ibunya An ran.

"Terimakasih atas kepercayaan yang Om dan tante berikan."

"Mengapa harus berterimakasih? Seharusnya kami yang berterimakasih sama nak Zeyu. Karena nak Zeyu telah membantu An ran dalam belajar."

"Sama-sama, Om."

Dari belakang An ran keluar.

"Ayo, Zeyu."

"Om, Tante, saya pamit dulu."

Zeyu berpamitan pada kedua orang tua An ran.

"Ya, sering-sering main kemari, nak Zeyu.

"Ya, Om, Tante.

Zeyu pun mengikuti An ran keluar dari rumah itu dengan diiringi pandangan kagum kedua orang tua An ra.

avataravatar
Next chapter