9 Teman SMP

"Sayang, mas berangkat kerja dulu ya kamu tidur aja lagi, ini masih pagi banget." ujar Leonardo berpamitan lalu ia mengecup singkat keningku lalu membetulkan selimutku yang sedikit tersingkap agar aku tidak sampai kedinginan.

"Hmm.." Jawabku masih dengan mata terpejam.

Meskipun mataku tengah terpejam, aku dapat mendengar ucapannya dengan jelas dan dapat merasakan kecupan singkat yang ia daratkan di keningku.

Mendengar derapan langkahnya yang samar - samar mulai menjauh dari kamar, aku mengerjapkan mataku untuk bangun. Aku melirik ke jam tangan yang aku kenakan masih menunjukkan kalau ini pukul 5 lewat 7 menit pagi, dan Leonardo dengan semangatnya sudah berangkat ke kantornya untuk bekerja, sudah aku tebak kalau dia adalah seorang workholic.

Tak terasa sudah sekitar seminggu penikahanku telah berlalu, seiring berjalannya waktu aku mulai sedikit merubah sikapku yang aku sendiri merasa kalau sikapku ini terlalu buruk kepada leonardo, jadi sedikit demi sedikit aku merubah nya, karena sekarang aku telah menjadi istri bagi suamiku- Leonardo. Terlebih lagi mungkin aku dengan perlahan sudah sedikit terbiasa dengan keadaanku yang sekarang.

Bukan lagi Alina yang bertingkah brutal seperti sebelumnya, aku akan mulai merubah sikapku layaknya sikap istri yang patuh pada suaminya sedikit demi sedikit, aku merasa sedikit senang karena kini aku merasa bisa lebih dekat dengan leonardo karena dia yang terus berusaha memahamiku dia terus memperlakukan ku dengan manis dan membuatku merasa menjadi seorang princess di rumah ini.

Ditambah lagi hidup berdua dengannya dirumah ini membuatku sudah mulai terbiasa dengan kelakuan dan kebiasaan yang di lakukan oleh Leonardo.

Leonardo terus berjuang dengan cara mendekatiku menunjukkan perhatiannya dan juga selalu memperlakukanku dengan sangat baik, sikapnya yang terlalu baik dan perhatian itu membuatku merasa tidak enak kepadanya jadi aku memutuskan untuk sedikit demi sedikit menerimanya menjadi suamiku.

Meskipun aku belum bisa memenuhi kewajibanku yang sesungguhnya sebagai seorang istri yang semestinya, tapi setidaknya kedua permintaan konyolnya itu sudah aku turuti secara perlahan, karena aku pikir semuanya tidak bisa di lakukan secara instan jadi perlu bertahap.

Setiap kali memanggilnya 'mas' tak jarang aku menahan gelak tawaku karena menurutku permintaannya ini sangat konyol dan tentu nya tidak cocok dengan wajah bulenya yang semestinya di panggil 'mister' seperti memanggil turis pada umum nya, tapi bagaimana pun juga aku sudah memutuskan untuk menuruti permintaan anehnya ini.

Hari - hari ku masih sama seperti biasanya aku menghabiskannya untuk streaming drakor ataupun mencari tahu kabar tentang oppa oppa ku yang ada di korea sana.

Apalagi saat Leonardo pergi bekerja, rumah ini berasa menjadi markas terbesarku. dengan snack yang bertebaran dimana - mana.

Memang aku sangat bebas untuk melakukan apa yang aku mau, tapi Leonardo telah melakukan perjanjian denganku untuk terus mengabarinya jika aku ingin sesuatu atau ada apapun yang mendesak, bahkan tanpa menunggu aku meminta sesuatu dia terus menelponku selang waktu 2 jam atau 3 jam setelah keberangkatannya dari kantor hanya untuk menanyai kabarku ataupun dia takut aku akan merasa sangat bosan jika hanya berdiam di rumah sendiri tanpa melakukan apapun.

Terlebih lagi, dia tidak membiarkan aku untuk pergi sendirian. Ya meskipun memang sebenarnya aku bukan tipe perempuan yang suka nongkrong-nongkrong asik seperti dulu, karena menurutku lebih nyaman rebahan sambil streaming dirumah dari pada menghabiskan waktu diluar yang melelahkan.

Seperti biasa Leonardo selalu sigap menyiapkan untukku segelas susu putih yang selalu aku minum ketika aku bangun tidur, tidak lupa seperti biasa dia menempelkan pesan notes di gelas tersebut.

'Hari ini mas pulang cepet, mau antar kamu ambil barang kamu dirumah mama, tunggu mas! jangan pergi sendiri.' itulah pesan yang tertera pada notepad yang menempel di gelas tadi.

Setelah membaca notes dari Leonardo menjadikan ku semakin semangat untuk beraktifitas karena mengingat hari ini aku akan pulang dan bertemu keluargaku.

Ah, jadi gak sabar pulang. Kangen mama, papa.

Abang rese ku gimana ya kabarnya?

Padahal baru gak ketemu satu minggu saja sudah rindu berat, lemah!

Bagaimana pun namanya pengantin baru, meskipun kebanyakan mereka yang sudah saling bahagia dengan pasangan masing masing pasti juga akan merindukan orang tuanya ketika dia sudah tinggal terpisah dari mereka.

Dengan melihat keadaan disini yang begitu sepi membuatku terkadang cepat merasa jenuh, untung saja masih ada bi Erna- asisten rumah tangga yang biasa aku ajak ngobrol jadi aku tekadang bisa sedikit mengurangi rasa kejenuhanku.

------

Tidak seperti hari – hari yang biasanya, entah angin dari mana yang menggerakkan hati ku untuk ingin mencoba untuk memasak sesuatu, ya meskipun ada kemungkinan kecil kalau aku akan membakar dapur yang ada di rumah ini, tapi aku tetap saja ingin untuk mencobanya.

Sebagai seorang istri yang baik setidaknya aku kan harus menguasai bidang ini meskipun hanya sedikit.

Memasak!

Merupakan kelemahan terbesarku selama 18 tahun hidup aku tidak memiliki pengalaman baik dalam masak memasak ini, aku sendiri tidak tahu kenapa aku sangat lemah dalam bidang itu dan menurutku ini sangat aneh, karena sudah menjadi kodratnya seorang wanita untuk pandai memasak, ya meskipun hanya sedikit.

Bahkan untuk menggoreng telur saja aku tidak bisa, aku sudah pernah mencobanya ketika aku menginjak kelas 12 SMA, aku ingin memasak telur ceplok untuk ku makan sendiri, tapi nyatanya hasilnya malah gosong dan tentunya sangat pahit saat di makan.

Pada akhirnya telur ceplok hasil kegabutan ku tadi berakhir mengenaskan di tong sampah.

Ditengah kesibukanku yang sedang memotong wortel, aku merasakan ponsel yang ada di saku celana ku berdetar, dengan gerak santai aku mengambil ponselku dari saku celana ku, tak perlu terburu – buru karena aku sudah tahu siapa yang menelpon.

drrt.. drrt.. drrt

Nama Leonardo tertera pada panggilan tersebut, aku menggeser layarku ke icon hijau untuk mengangkat panggilan tersebut.

Gotcha!

Sudah pasti Leonardo yang menelpon

"Halo?" kataku.

"Iya halo sayang, nanti kamu tunggu mas ya! sebentar lagi selesai kok, abis gitu kita langsung pulang kerumah mama, gimana?"

"Ah, kamu telat mas! Sekarang aku udah di rumah mama, ini lagi nonton televisi bareng bang Jaehyun, ya maap deh kalau Alina uda berangkat duluan nanti kamu jemput aja pulang nya."bohongku mengerjainya.

"Astaga! yang bener kamu bae, kamu tadi berangkat sendiri? Nanti aku dipecat jadi menantu mama kamu kalo biarin kamu pergi sendiri, kenapa gak tungguin mas? Oke oke nanti mas jemput, jangan pulang sendiri, oke?" Leonardo terkejut dan dia terus mengomeliku.

Aduh dasar suami bawel, kenapa dia malah heboh sendiri dan terus mengomeliku

"Idih bawel banget sih, enggak enggak aku masih dirumah mas, gak mungkin lah aku berangkat sendiri yang ada nanti malah mama ngomel kalau tahu aku kabur pulang ke rumah. Jadi intinya alina belum berangkat udah sana balik kerja yang tenang, alina gak bakal kabur kok." kataku

Terdengar suara seperti dia menghela nafasnya lega, kemudian aku mendengar samar – samar suaranya terkekeh pelan.

"Ya sudah, pokoknya tunggu mas, bentar lagi dah pulang jangan berangkat sendiri oke?"

"Iya iya bawel."

"Lagi apa sayang?" Tanya Leonardo dengan nada lembut.

"Biasa, drakor. Dah lah, mas ini kalau lagi kerja kok masih sempat – sempatnya sih telponin aku, balik kerja sana!" jawabku.

Ah tidak, bukankah ini terlalu kasar jika aku mengucapkan seperti ini kepadanya.

Okay aku sedikit menyesal karena berkata lumayan kasar dan membohonginya kalau aku sedang drakor, padahal nyatanya aku tengah memasak.

" Oh iya bentar abis ini mas tutup telponnya tapi mas nanya,tadi ada tamu gak bae? soalnya sepupu mas mau dateng ke rumah." tanya Leonardo.

"Gak ada orang yang ketuk pintu sama sekali dari tadi tuh"

"Hmm oke lah kalau gitu mas tutup dulu ya teleponnya, i miss you, see you soon love."

"He em." jawabku

Haduh, sepertinya aku perlu meralat kembali perkataanku sebelumnya tentang kalau aku yang sudah sedikit mulai terbiasa dengan sikap perhatian dan baik dari Leonardo.

Tapi nyatanya hal yang sebenarnya terjadi adalah jantungku yang terus terusan berdegup kencang saat dia mengatakan perkataan manis seperti baru saja terjadi, padahal aku biasanya bersikap biasa saja, tapi entah kenapa aku merasa sangat gugup sekarang.

Aku menyilangkan tanganku kedada lalu menepuknya pelan berulang kali untuk menenangkan jantungku.

'Calm Alina! Kok lo jadi deg – deg an kayak begini sih, padahal dia cuma bilang i miss you' batinku.

Meskipun cuma 'i miss you' tapi deep voice yang ia miliki cukup untuk menggetarkan hatiku.

Plak!

Ngomong apa sih aku! Kenapa jadi lebay begini, dia cuma bilang i miss you gak lebih, aku harus strong!

Aku kembali lagi dengan melanjutkan aktifitas memasakku, ya meskipun aku tidak tahu harus memulai dari mana, karena sedari tadi aku masih sibuk memotong wortel yang aku sendiri tidak tahu akan aku apakan si wortel ini.

Dan satu lagi, aku memotong wortel dan juga menyalakan kompor untuk merebus air, tapi sekarang aku malah bingung untuk apa air itu.

Aku mendengar suara bel rumah yang bunyi, usai mematikan kompor dan mencuci tanganku aku langsung menuju ke pintu utama yang ada di ruang tamu dimana suara bel itu berasal, karena tadi sepertinya tadi Leonardo mengatakan bahwa akan ada tamu yang datang kerumahnya, mungkin inilah yang dia maksudkan.

'Hey!" sapa seseorang yang tengah berdiri di ambang pintu saat melihatku membukakan pintu untuknya.

"Lo Alina kan?" tanya orang itu kepadaku yang kemudian kubalas dengan anggukan singkat.

Aku mengernyitkan dahiku sambil manatapnya, aku sangat yakin kalau aku tak mengenalinya, tapi kenapa bisa dia mengetahui namaku?

Aku menjadi sedikit heran, aku tak melepas pandanganku menatapnya dan berusaha untuk mengingat - ingat kembali, apakah aku pernah bertemu dengannya sebelumnya, atau apakah dia salah satu dari cogan - cogan yang mengajakku berkenalan di taman dekat rumah dulu.

"Lah lo kok bisa kenal gue dari mana?" Aku malah balik menanyainya sambil menatapnya asing, dan juga aku berusaha untuk mengingat ingat apakah aku mengenali orang yang ada dihadapanku saat ini, namun hasilnya nihil, aku sama sekali tidak mengenalinya meskipun aku mencoba untuk mengorek ingatanku.

"Silahkan masuk dulu deh." Ucapku lalu dia berjalan mengekori ku sambil tersenyum tipis kearahku.

"Njir, seriusan lo gak inget sama gue Lin?" tanya nya dia menatapku heran dia mengusap rambutnya sekilas.

Aku menggeleng dengan sangat yakin.

"Lo siapa anjir, kok minta di inget inget. Gue gak punya waktu buat inget – inget orang asing." Ceplosku padanya, aku sedikit kesal karena dia yang tiba – tiba datang ke rumah ini langsung sok kenal denganku.

"Astaga Lin gitu amat lo, lagian juga gue bukan orang asing kali! gue Gavin temen sekelas pas smp. Seriusan nih gak inget?" Katanya sambil berusaha agar membuatku mengingatnya dia membuat gestur peace di hadapanku sambil tersenyum.

Pikiranku masih berputar - putar, aku adalah tipe orang yang susah sekali untuk mengenali wajah seseorang, apalagi dia tidak dekat denganku, di tambah lagi aku kurang berinteraksi dengan temanku semasa SMP jadi semakin membuatku sulit untuk mengingatnya.

"Mungkin gue inget tapi lupa."jawabku.

"Lah si anjir. Inget tapi lupa, berarti kan lo gak inget, makanya kalau ada reunian ikut! Biar inget sama temennya." Serunya aku hanya meringis menanggapinya.

Malas banget ikut reunian, mending gue streaming drakor.' batinku

"Lo ngapain di rumahnya sepupu gue?" Gavin melemparkan tasnya asal kearah sofa samping kanan nya.

" Jadi lo sepupu Leonardo? Tadi dia bilang sih ke gue kalo sepupunya dia mau dateng ke sini" Gavin mengangguk.

"Eh bentar, lo kok bisa ada di rumah sepupu gue sih?" tanya gavin

"ya soalnya gue-"

"Eh btw, lo kuliah dimana Lin?" dia malah menyela pembicaraanku saat aku ingin mengatakan kalau aku adalah istri dari Leonardo - sepupunya.

"Gue pengennya ke ITB keknya.tapi masih gak tahu lagi sih, tapi gue masih gak yakin mau kuliah di sana." jawabku.

"Lah sama dong gue juga di ITB nih, gue ambil jurusan kimia." Aku menjawabnya dengan anggukan singkat.

"Dikit lagi ada ujian seleksi kan? Lo udah mulai persiapan belom?" tanya gavin kepadaku, aku hanya bisa menyengir menjawab pertanyaannya.

Karena nyatanya aku belum ada persiapan apapun untuk ujian seleksi PTN yang sudah dekat ini, di tambah lagi di sibukkan dengan aku yang menikah secara tiba – tiba kemarin membuatku tidak bisa melakukan persiapan apapun.

-------

"Assalamualaikum, mas pulang." kata Leonardo saat masuk ke rumah, aku melihat kearahnya yang tengah merenggangkan dasinya yang terlihat sesak disana, Leonardo membuka kancing lengan kemejanya lalu menggulungnya sedikit.

Okay, yang tadi itu sedikit terlihat seksi di mataku,udah hampir kayak Ji Chang Wook pas lagi main drama jadi orang kantoran.

Kalau mau di bilang mirip Ji Chang Wook juga enggak bisa, karena bagaimana pun wajah bule nya terlihat lebih maskulin daripada aktor korea yang aku sebutkan tadi.

"Waalaikumsalam." Jawabku aku tersenyum tipis melihat kepulangannya

"Woi bang! Gimana kabarnya nih." Pekik Gavin, seperti orang kampung yang gak pernah ketemu saudaranya sejak lama.

"Eh, udah sampe aja nih bocah, mana kagak ngasih kabar ke abang kalau udah di rumah." Seru Leonardo kemudian ia berjalan kearahku dan duduk berdampingan denganku.

Gavin malah cengar cengir gak jelas.

"Istri abang nih. cantik kan?" Ujarnya sambil merangkulkan tangan kekar miliknya di pundakku.

Omg!

"SERIOUSLY? ALINA TEMEN SMP GAVIN? JADI ISTRI ABANG?" Gavin malah heboh sendiri dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya seolah tak percaya melihat kami berdua telah menjadi sepasang suami istri.

"Pantes aja, tadi bilang mas pulang, tapi gue gak terlalu kaget sih, kalo Alina jadi istri abang, hehe." sambung Gavin.

"Eh, btw kalian berdua udah saling kenal? Berarti abang seharusnya gak usah kenalin lagi ya, toh kalian temen semasa SMP" Leonardo menatapku lalu menatap kearah gavin.

Kita berdua mengangguk.

"Kita kan temen semasa smp bang, dan dulu kan bang Leon-"

"Bae mending kamu buruan siap- siap abis ini kita langsung berangkat kerumah mama ya, biar nanti pulangnya gak ke maleman." Kata Leonardo kepadaku ia menyela perkataan Gavin.

Gavin mengernyitkan dahinya membuat ekspresi aneh sambil menatap kearah leonardo, begitu juga dengan leonardo.

"Oh iya, mending Alina siap – siap dulu ya, mumpung mas udah datang biar abis ini kita langsung berangkat." Ujarku Leonardo mengangguk dengan cepat.

Ada apa sih mereka berdua?

Biarkan saja mereka berkembang, mungkin mereka ingin temu kangen, jadi lebih baik aku membiarkan mereka berdua untuk berbicara sementara itu biarkan aku untuk bersiap – siap untuk pulang dan bertemu keluargaku.

Aku beranjak pergi meninggalkan tempatku yang semula lalu pergi kekamar untuk bersiap- siap pulang.

Yeay i'm so excited.

Akhirnya aku akan pulang juga, aku sudah tidak tahan ingin bertemu dengan keluargaku, meskipun hanya menemui mereka sejenak tapi sudah bisa mengobati rasa rindu ku kepada mereka.

Mama

Papa

Bang Jaehyun

I'm coming~

Sebelum aku pergi ke kamar aku pergi ke dapur terlebih dahulu untuk membereskan kekacauan yang telah aku buat sebelumnya, aku mulai memasukkan potongan wortel yang bentuknya sangat aneh itu ke tupperware lalu memasukkan kembali ke kulkas, untuk bahan yang lainnya sudah tak layak untuk di masak, aku pun langsung membuangnya ke tempat sampah.

avataravatar
Next chapter