8 Seranjang Berdua

Alina's pov

Sedari tadi Leonardo terus menggenggam tanganku erat dan ia tidak membiarkanku untuk melepaskan genggaman tangannya sedikit pun. aku terheran karena dia bisa begitu berat untuk melepas orang seperti aku.

"Gue mau ke toilet" ujarku, aku menggoyangkan tanganku agar ia melepaskannya

"Gak boleh, nanti kamu kabur, terus aku ditinggalin." cicitnya seperti anak kecil.

"Dih, apaan sih? bawel banget." Dia melepaskan tanganku.

"Jangan lama- lama ya bae." kata Leonardo sambil memasang muka sedikit memelas.

Anjir, ini orang kenapa sih?

Bucin banget.

ting!

Mami : mami sama mama kamu mau pulang dulu ya! kamu tolong jagain leon.

Mami : dia emang agak manja, kudu ekstra sabar ya sayang.

Agak?

Sepertinya mami nya sedikit salah tentang persepsi tersebut.

Leonardo sangat manja, bahkan sering membuatku sedikit risih terkadang.

Alina : iya mi

Aku menekan tombol send, lalu menatap wajahku yang ada pantulan cermin. Aku memukul pelan pipiku

'Alina sadar! lo udah jadi istri orang! dan lo udah janji pada diri sendiri bakalan terima kayak bagaimana pun suami lo' batinku bermonolog.

Selah berpikir kembali aku rasa memang terkadang aku melewati batasku, caraku yang memperlakukan Leonardo yang kini telah menjadi suamiku bukanlah perilaku seorang istri yang baik.

Aku membentaknya, memakinya, sering mengacuhkannya bahkan terkadang aku berperilaku kasar padanya. tapi, leonardo tidak pernah tidak berbuat baik padaku.

Bagaimana pun ini baru satu hari menikah dengannya, tetapi kenapa aku merasa kalau sudah sangat lama?

Aku keluar dari kamar mandi lalu kembali duduk ditempatku semula.

leonardo tersenyum sambil menatapku.

Ya gusti manis banget senyumnya

plak!

"Aku baru sadar kalau kamu masih pake sendal hotel loh sayang." ujar Leonardo, kemudian ia tertawa.Aku memukul lengannya pelan.

"Dih namanya juga orang lagi keburu - buru. pasti gue gak sadar kalau masih belum ganti-"protesku

"Kamu khawatir ya?" tanya nya.

" Bukan khawatir, gue shock lah, lo yang sebelumnya sehat sehat aja tiba- tiba jatuh kayak pohon tumbang." crocosku.

"Pulang yuk. gak suka disini." ajak Leonardo.

"No! kata dokter besok baru boleh pulang."

"Kamu kudu nemenin aku disini sampe besok, ya ya ya ?" pinta Leonardo, dia berulang kali mengedipkan matanya.

"Iya iya bawel. Gak usah kedip kedip gitu, geli."

"YASS!" pekik Leonardo kegirangan, leonardo menarik dan membawaku kepelukannya.

Ya ampun, sesenang itu kah dia?

padahal aku hanya akan menemaninya dirumah sakit semalaman, padahal faktanya ini merupakan kewajibanku sebagai istrinya. 'menjaga dan merawat suaminya dikala ia sedang sakit'

-------

"Lo kalo mau main game, main aja. tapi gak usah bawa- bawa gue segala." aku menatap leonardo dengan ekspresi datar.

Dia menggenggam tanganku sambil bermain Pubg mobile bersama temannya yang lain.

memangnya gak bakal susah ya mainnya?

"Lepasin dulu kek, baru main game." Ucapku padanya, ia terlihat masih sangat fokus bermain.

"Gak bisa bae, gini aja." Jawabnya.

aku berusaha melepaskan genggamannya.

"Yah, knockdown kan jadinya."Keluh Leonardo.

"Oi, revive gue dong." kata Leonardo berbicara dengan kawannya yang lain.

"Main dulu sana." kataku, aku mengambil ponselku.

"Bentar lagi udah menang." Leonardo kembali menarik tanganku.

"Ish!"

-----

Malam pun tiba, usai Leonardo menjalani pemeriksaan pada tubuhnya, dokter menyatakan kalau kondisinya sudah membaik dan memperbolehkannya untuk pulang besok.

"Makannya harus dijaga." pesan terakhir dokter

aku pun mengangguk.

"Lain kali kalo makanan itu pantangan buat lo gak usah dimakan." ujarku pada Leonardo,dia mengangguk patuh.

"Udah sana istirahat." perintahku.

aku membenarkan selimutnya yang sedikit tersingkap.

"Kamu jangan kemana mana, disini aja." kata Leonardo.

"Iya, aelah takut banget sih ditinggalin." crocosku

Astaga, kenapa sih?

kalau ngomong sama leonardo bawaan nya pengen ngegas mulu.

Padahal dia baik dan perhatian banget ke aku.

Gini nih, kalo sembarangan nikahin anak orang. dapet istri bar- bar kan jadinya.

Leonardo menggeserkan badannya ke sisi ranjang.

"Sini bae." Katanya sambil menepuk ranjangnya

What?

Seriously? Dia ngajak gue tidur seranjang di kasur pasien.

Leonardo ini gak lucu nanti apa kata dokter dan suster yang masuk saat mendapati kita berdua disana.

"Apaan?" Tanyaku sedikit sewot padanya.

"Bobo sini, bareng aku." Pintanya.

"Idih, gak usah halu kamu ya, siapa yang mau tidur diranjang sempit gitu, apalagi bareng kamu."

"Hmm. Berarti kalo dirumah mau ya? kan ranjangnya gede, luas lagi." Seru Leonardo.

"Bodo amat."

Leonardo kembali keposisinya, ia terus menatapku lalu meraih tanganku.

"Ya udah gini aja." Ujar Leonardo.

Gila, seharian ini tangan dia gak bisa lepas dari tangan aku.

"Bae, kiss dulu dong sebelum tidur." Leonardo menunjuk pipi kanannya.

"Tampol nih!" Ancamku. Dia malah tertawa.

"Good night sayang." Ucapnya, dia mencium punggung tanganku yang sedang ia genggam.

"Get well soon." gumamku pelan.

-o0o-

"Leon plis.. jangan sekarang, aku masih belum siap beneran." Kataku sambil sedikit memelas padanya.

Ia tidak menghiraukanku malah semakin terus berjalan mendekat kearahku masih dengan tatapan yang terlihat tak dapat ku artikan itu tapi yang jelas dia terlihat cukup mengerikan bagi ku saat ini.

Leonardo menaiki ranjang sambil sedikit merayap namun dengan gerakan lambat yang semakin menambah rasa gelisahku seiring dia tampak mulai semakin dekat jaraknya denganku.

Lalu dia mulai mendekapku yang sudah tidak dapat melarikan diri lagi ia memelukku dengan sangat erat namun tidak terasa menyakitkan ataupun menyiksaku, yang ada malah pelukan erat ini terasa nyaman lebih tepatnya ia mencoba untuk membuatku nyaman, lalu dia sedikit mengubah posisinya agar lebih nyaman saat berbaring denganku tak lupa dia juga mendaratkan ciuman singkat di keningku ia mencium keningku sekilas namun rasanya terasa sedikit lama bagiku.

Ada rasa di dalam hatiku ingin untuk melawan dan memberontak dari dekapannya akan tetapi Aku sudah terlalu lelah untuk melawannya karena bagaimana pun usahaku aku pasti tidak akan lolos dan tak mungkin dia akan melepaskanku dengan mudahnya darinya.  Akan tetapi masa iya aku harus menyerah sampai disini? tapi apakah di benarkan juga jika aku melawan kehendak suamiku sendiri?

cielah suami kataku..

Toh dia juga tidak menyentuhku secara berlebihan seperti yang ada di pikiranku yang sudah menyebar kemana – mana, Leonardo hanya memelukku dan tak lebih dari itu.

"Udah, gini aja. aku cuman pengen peluk kamu, hehe." kata leonardo.

"Jangan marah dan ngelawan gitu ah, aku bukan orang jahat kok." Sambung Leonardo

Kamu bukan orang jahat, tapi orang yang baru aku kenal dan untuk sekarang kamu sudah punya akses untuk melakukan apapun kepadaku meskipun aku belum terbiasa.

Leonardo benar-benar tidak melakukan hal yang telah aku ekspetasikan sebelumnya, setidaknya aku masih dapat bernafas lega karena dengan alangkah baiknya dia berusaha untuk memahami kalau istrinya yang masih bocah ini belum siap unuk melakukan 'itu' dengan suaminya.

Ya meskipun jika kita melakukannya sudah sah sah saja dan tidak ada pelanggaran dari negara.

"Leon, ini masih siang. Kok kamu malah mau nya tidur- tiduran gini sih, banyak hal lain yang bisa dilakukan tapi bukan males – malesan kayak begini." ujarku sambil sedikit berusaha merenggangkan pelukan eratnya.

Tapi alhasil nihil, pelukan itu tidak kunjung melemah, dia tetap konsisten dengan kekuatan dekapannya

"Lah, ini minta diserang nih kayaknya, gimana kalau kita memainkan sebuah games." Goda Leonardo padaku aku tak berminat untuk menatapnya saat ini, karena dari sudut bicara Lenardo yang sudah berniat untuk mengerjaiku kembali dengan bau – bau topik yang menjurus ke obrolan dewasa itu.

Aku menggeleng dengan cepat.

"Aku jarang- jarang bisa tidur siang kayak begini loh bae, ini mumpung masih ambil cuti jadi aku pengen habisin waktu berhargaku ini sama kamu, apalagi kita kan masih pengantin baru, jadi wajarkan kalau aku sebagai suami ingin bermanja – manja dengan istriku satu ini yang paling cute." terangnya.

Hilih, kok malah jadi merembet kemana – mana lagi kan pikiranku!

Tenang Alina, suamimu ini Cuma ingin tidur siang sambil peluk kamu, jangan perlu khawatir ada hal lain yang akan terjadi.

Etdah, kalo peluk kayaknya badanku masih bisa diajak kompromi, jadi aku akan membiarkannya untuk kali ini, dan untuk kedepannya kita masih bisa untuk mempertimbangkannya kembali.

Tetapi tolong, kalau sampai dia meminta  kepadaku untuk hal yang lainnya tentunya badanku masih belum bisa menerimanya dengan baik, yang ada nantinya malah jadi adu gulat dengannya.

Yang benar saja, Leonardo sudah berhasil mendapatkanku dengan mudah nya, ia menyusun rencana untuk  menikahiku dan mengambil inisiatif untuk berkerja sama dengan keluargaku tentunya ia telah berhasil meyakinkan mereka semua hingga keluargaku langsung setuju untuk menikahkanku dengannya dan terlebih lagi dia dengan sangat usilnya mengerjaiku pada saat hari dimana kita akan bertemu pertama kalinya.

Dan untuk saat ini jika dia berharap untuk memiliki ku seutuhnya dengan mudah?

Tidak semudah itu ferguso!

kalau dipertimbangkan terlebih dahulu, aku perlu untuk mengenalnya lebih jauh lagi kedepannya agar aku bisa dengan nyaman berada didekatnya dari pada seperti ini, aku masih merasa was – was kalau dia akan bertindak lebih saat akan menyentuhku.

Untuk saat ini aku masih menunggu waktu yang tepat agar aku bisa menyerahkan kehormatan yang selama ini telah aku jaga dengan baik.

----

Tampaknya hidungku ini lebih sensitif dari apapun, karena setiap kali mencium aroma sedap dari makanan, pasti sensor pada hidungku bekerja dengan sangat baik.

Terbangun dari tidur ayamku tadi membuat badanku sedikit terasa pegal, karena pelukan leonardo yang semulanya terasa nyaman dan tidak terlalu menekan tubuhku malah terasa  sangat erat dan menekan beberapa bagian tubuhku yang membuatnya sedikit ngilu

Aku menyapu pandanganku kesekitar namun tidak aku mendapati keberadaan Leonardo dimanapun, sepertinya dia telah bangun lebih awal dariku lalu ia pergi ke suatu tempat, dan jangan- jangan dia yang tengah sibuk untuk menyiapkan makanan untukku, karena bau sedap ini memancing hidungku untuk mengendus baunya lebih jauh.

Aduh, tapi kok jatuhnya malah aku jadi kepedean begini.

Keep calm Alina. gak usah terlalu berharap gitu ah.

Dengan rasa penasaran yang terus mengusikku dan terus menggelitikku mengajakku untuk memastikan dari mana aroma yang sedap yang tengah mengepul ini berasal.aku keluar dari kamar tidurku dengan Leonardo yang pintunya sudah terbuka dengan lebar dan tak mendapati siapa pun disini saat aku sudah berada di luar kamarku. rumah megah ini sangat sepi, bahkan aku tidak menemukan asisten rumah tangga atau pun Leonardo yang berkeliaran di rumah ini.

Aku  meneruskan langkahku berjalan menuju ke dapur untuk melihat siapa yang tengah berkutat disana hingga mebuatku penasaran.

"ASTAGHFIRULLAH MY EYES !" teriakku dengan suara yang meleking lantang.

Seseorang yang ada di depanku dengan santainya malah menoleh ke arahku dengan tampang polos seperti tak berdosa.

"Hey sayang,kok udah bangun sih." Sapa Leonardo padaku dengan nada bicara yang santai seperti biasanya.

Pasti kalian sudah bisa menerka alasanku kenapa bisa aku sampai berteriak hanya karena melihat Leonardo yang tengah memasak. Hal ini membuatku berpikir kalau hidup Leonardo mungkin akan terasa hambar jika dia tidak memamerkan tubuhnya yang 'WOW' itu di mana pun dia berada.

Ah tidak, maksudku bagaimana bisa dia sibuk memasak tapi hanya mengenakan handuk berwarna putih yang melingkar sekitar dipinggangnya dan tentunya dengan bertelanjang dada hanya dibalut oleh apron a.k.a celemek yang menutupi bagian tubuh depannya, namun punggungnya dan bahunya yang lebar itu terlihat dengan jelas dari belakang.

Aku bisa gila. Atau jangan jangan memang aku sudah gila saat ini?

Ya meskipun sebenarnya aku sudah sangat terbiasa, malah tak jarang melihat abs atau roti sobek milik oppa Korea ku terlebih lagi sudah banyak sekali gambar yang aku save di ponselku, akan tetapi untuk kali ini sensasinya sangat berbeda dari oppa Korea atau laki laki lain mana pun karena dia yang sedang berada tepat dihadapanku kali ini  tidak lain adalah suamiku.

Imamku.

Calon ayah dari anakku.

plak!

Astaga, apalagi yang aku pikirkan? kenapa bisa pikiranku meluber hingga kesana.

"Bae, kok  kamu ngelamun disana sih, jangan ngelamun gitu ah aku takut kamu kerasukan ih." perkataan Leonardo menyadarkanku untuk kembali dari lamunan singkatku.

"Masuk angin mampus."umpatku padanya.

"Enggak bakalan bae, badan fit milik suamimu ini sudah kebal sama masuk angin, tahan air alias water proof, eh btw masa kamu gak tergoda apa sama body goals ku ini." Leonardo menyeringai, persis seperti ekspresi sebelumnya saat dia akan menggendongku kekamar.

Water proof dia bilang, kayaknya rada geser nih otaknya.

"Aduh jangan terlalu berbangga bangga gitu ah, masa kayak begitu dibilang body goals, malu ah sama kucing, masih bagus body nya babang Hongseokku zeyeng, lo mah lewat gak ada apa – apa nya." Ejekku.

Lalu aku segera kabur darinya. karena aku tahu pasti dia tidak akan terima dengan perkataan yang baru saja aku katakan, ucapanku yang sangat memprovokasi nya tersebut pasti membuatnya menjadi kesal.

Huh, tapi biar saja dia kesal, toh dia juga telah membuatku kesal dengan beberapa kali mengerjaiku, kan saat ini adalah waktu yang tepat untuk memberinya pembalasan.

"Bae?" panggilnya.

"Sayang, tolong kamu jelasin sama aku sekarang hongseok itu siapa? Keluarga kamu bilang sama mas sebelumnya kalu kamu gak pernah punya mantan atau pun pacaran sebelumnya, masih ganteng aku kan bae ?"

"Dia siapa bae?"

"Bae!" Panggilnya sekali lagi, dia terlihat kesal karena aku mengacuhkannya.

"Dia suami gue, kenapa?" Pekik ku dengan nada yang cukup aku tekan, senangnya bisa mengerjainya.

Aku tersenyum senang dan puas usai mengerjainya

"Alina suami kamu itu aku loh" Teriaknya dari dapur dia terdengar seperti kesal.

Aku tak ada niatan untuk adu teriak dengannya jadi aku memutuskan untuk keluar dari dalam rumah ini dan duduk duduk santai di sofa yang ada diluar dan melihat lihat pemandangan taman disekitar rumah yang terawat dengan indah.

Astaga apa yang baru saja aku lihat?.

Candle light dinner?

Benarkah?

Really?

Jinjja?

Aku tidak sedang bermain drama Korea kan? Jadi apakah Leonardo yang telah menyiapkan ini semua untukku. Oke untuk kali ini terlihat sangat romantis

Tak bisa lagi aku berkata kata karena menurutku ini terlalu cantik dan juga cukup romantis. meskipun desainnya tak terlalu mewah tapi aku sangat menyukai ke aesthetic kan nya.

Menilai dari sisi ketulusannya yang ingin memberiku kejutan dan tentunya ia memiliki niat terselubung untuk membuatku segera luluh dengan segala perhatian dan kebaikan yang telah ia berikan padaku, dan juga untuk perjuangannya memasakan makanan untukku, ini semua membuatku sedikit tersentuh.

Entah mengapa aku tidak bisa berhenti tersenyum melihat pemandangan yang indah ini, terasa seperti mimpi dan berada di drama Korea, tiba tiba saja aku merasa menjadi wanita yang paling bahagia yang ada di dunia ini.

"Yah.. gak jadi surprise deh, udah keburu ketahuan duluan sama kamu bae." kata Leonardo

Aku menoleh kebelakang dan menatapnya yang tengah membawa nampan yang di atasnya terdapat makanan dan minuman.

Leonardo sudah mengubah penampilannya yang semulanya sudah half naked itu dengan penampilan yang sangat rapi , ia mengenakan setelan jas berwarna abu abu yang membuatnya terlihat semakin tampan maksimal.

Bukannya aku munafik, tapi memang benar kalau suami bule ku ini tampak sangat tampan malam ini.

Tentunya sangat berbeda dengan penampilanku yang baru saja bangun dari tidurku, yang aku sendiri tidak tahu bagaimana kondisi dari rambutku ini yang mungkin saja sudah seperti rambut singa.

plak!

"Makasih ya, ini masih ke hitung  surprise kok soalnya gue tadi sempet terkejut sih pas liat ini, dan tentunya gue seneng banget." Kataku padanya.

Cepat - cepat Leonardo meletakkan nampannya di meja tersebut lalu segera menghambur ke pelukanku.

"Ya allah, istriku ini kok gemesin sih?, mana cantik banget lagi." Ucapnya.

Aku tersenyum mendengar ucapan Leonardo baru saja ia ucapkan, meskipun sudah terlalu sering aku mendengarkannya berkata kalau aku ini 'menggemaskan'

Dan menurutku kata yang tepat untuk menggantikan kata 'menggemaskan' adalah 'bar - bar', bagaimana bisa dia mengganggap aku yang bersikap brutal, kasar seperti ini menjadi menggemaskan, it's just Leonardo thing.

Aku membalas pelukan leonardo dengan melingkarkan tanganku di sekitar punggungnya sejenak lalu mendorongnya.

"Inget lo gak boleh lama-lama peluk gue, karena gue ini istri sah hongseok." Seruku, ia langsung memanyunkan bibirnya.

Aduh, kenapa malah dia yang terlihat sangat menggemaskan

"Hongseok siapa sih bae? Anak haji Saepul itu ya?" ceplosnya, sambil menahan tawaku aku menggeleng dengan cepat.

Haji Saepul siapa anjer, gue enggak kenal!

Leonardo mengenggam tanganku lalu menggelengkan kepalanya sambil menatapku.

"Suami kamu cuma aku gak ada yang lain." Leonardo menarik tanganku dan menempelkannya di dada sebelah kirinya.

Oh my god!

Really?

"Cuma istriku seorang , Alina Keenan Raftar. yang mampu membuat detak jantung aku berdetak gak karuan seperti ini, yang lain mana bisa." dia menatapku sangat intens.

"Mungkin kalo kena jambret juga berdetak cepat, hehe." Sambung Leonardo.

Lagi lagi dia mengatakan hal yang receh lagi.

Aku menarik tanganku dengan cepat lalu menjauhkannya dari badan Leonardo, tentunya kemudian bergeser sedikit menjaga jarak darinya, aku takut dia bisa mendengar suara detak jantungku yang berdegup kencang juga.

"Udah yuk makan dulu, aku tahu kamu lapar ya kan?" kata Leonardo memecah keheningan diantara kita sejenak.

Dia menarik kursi untukku lalu mempersilahkanku untuk duduk.

See?

Berasa princess anjir, tapi gue ini siapa?

Gak sia sia lah aku selama ini nonton drakor sampai di buat baper yang berlebih. nyatanya suamiku ini gak kalah so sweet sama yang di drakor.

"Steaknya rada gosong bae, gak apa apa kan?." Keluhnya.

"Yang penting masih bisa dimakan." jawabku asal.

Dia malah tertawa mendengar tanggapanku.

"Itu gosong gara - gara kamu bilang suami kamu siapa tadi-"

"Hongseok." Kataku membantunya.

"Nah iya."

"Emang Hongseok suamiku loh." Godaku sekali lagi, apakah dia akan tersulut api kecemburuan sekali lagi?

"Terus aku ini siapa bae?" tanyanya padaku

"Lah iya lo siapa ya? Gue baru sadar."

"Seriusan kamu jahat banget bae sama suami kamu yang ganteng nan soleh ini." Kata Leonardo dia cemberut.

Yailah gitu doang, udah ngambek mana muji dirinya sendiri jadi geli ah.

Bocah banget.

Lagian ini yang bocah gue apa dia sih? kok lebih manja dia perasaan.

"Iya iya lo suami gue." Gumamku lumayan keras

"apa bae gak denger." Ia mencondongkan telinganya kearahku.

"Congek ah, dah males mau ngulang lagi."

"Hehe, i love you bae." ucapnya sambil tersenyum.

-------

Usai menyelesaikan diner ini  aku sudah merasa sangat kenyang hingga hampir membludak dari perutku.

Dan aku sudah sedikit lebih terbuka agar bisa mengenal lebih dekat  Leonardo, mencoba membuka perasaanku lebih luas agar dapat mencintainya seperti halnya dia mencintaiku.

Ah , kok jadi tersipu malu begini.

"Bae, aku boleh minta sesuatu gak?" pinta Leonardo.

"Kalau jatah gue masih belom bisa kasih, tapi untuk permintaan lain gue bisa pertimbangkan." jawabku.

Leonardo berdehem.

"Iya, aku gak minta jatah kok, aku puasa aja dulu, tapi asal tidur bisa peluk kamu hehe." Dia menyengir.

"Udah itu aja?" tanyaku.

"Eh- bukan itu permintaanku." Elaknya.

Aku mengangkat alisku sejenak.

"Gak boleh lo - gue tapi aku - kamu." Ujarnya.

"Aish, berasa kayak abg pacaran aja." Protesku.

"Sayang kita ini bukan sekedar pacaran. kita ini udah nikah." ujarnya menyadarkanku kalau sekarang memang kita telah menikah

"Lah iya baru sadar." Aku menjitak kepalaku pelan.

"Gue usahain." Ujarku sambil mengangguk- angguk.

"Satu lagi." sela Leonardo.

"Apa lagi ish."

Dia tersenyum lalu menutup mulutnya dengan tangannya.

"Jadi waktu itu aku lagi liburan ke jawa, terus liat ada pasangan suami istri gitu, nah si istri itu panggil suaminya itu 'mas'." terangnya.

"So?"

"Aku pengen bae, kayak so sweet gitu."

Demi apa?

Sumpah?! gak sanggup dengernya, yakali sih, dengan mukanya yang sangat kebule an itu loh kok malah minta di panggil 'mas', dengan alasan kata dia so sweet.

Gini nih, resiko suami gesrek

"Enggak mau weeek." Aku berlari meninggalkannya.

"Sayang" panggilnya.

Aku terus berlari mengacuhkannya.

"Bae, panggil aku 'mas' sebagai panggilan sayang ke aku ya?" Pekiknya.

Aku sudah tidak tahan untuk menahan tawaku lebih lama lagi, dan akhirnya malah suara tawaku pecah dan menggema keseluruh ruangan yang ada dirumah ini.

Kok bisa loh, Leonardo memintaku memanggilnya 'mas' batinku masih dilanjut dengan tawaku yang menggelegar.

Mungkin untuk mengganti kata gue - lo menjadi aku - kamu bisa aku terima, dan sudah aku pertimbangkan juga sebelumnya.

Tapi kalau untuk panggilan 'mas' benar benar diluar ekspetasiku.

avataravatar
Next chapter