13 Sedikit lagi, tanggung.

Leonardo mendorongku hingga aku terpojokkan di sudut lift, ia menyeringai

Astaga, kenapa lagi dia ini.

"Kamu kangen sama mas ya? Sampai bela belain dateng buat ketemu mas di kantor." Ujarnya.

Aku memutar bola mataku, lalu mendorongnya agar menjauh dariku.

"Orang mas yang nyuruh Alina kesini kan? Tadi mami yang bilang."

"Enggak tuh."

Kan firasatku benar, kalau ada yang tidak beres disini.

"Beneran?" Tanyaku padanya.

Dia mengangguk sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Ya udah, Alina pulang aja kalo gitu, mau belajar dulu." Aku menekan tombol lift ke lantai dasar.

Leonardo mengurungkannya.

"Jangan pulang deh. Disini aja sama mas, hehe"

Lah?

Aku duduk di sofa yang berada di ruangannya, dia kembali ke mejanya dan mulai mengerjakan pekerjaannya.

Pandanganku terfokuskan pada amplop besar berwarna baby pink berada di sudut meja yang ada di depan sofa tempat aku duduk, aku melirik kearah leonardo sekilas dan ia terlihat sangat fokus saat ini.

Aku membalikkan amplop itu karena sedari tadi mengganggu pemandanganku, warnanya yang sangat lucu membuatnya begitu catchy di mataku.

Honeymoon trip

Automatis aku mengembalikan amplop itu kepada posisi seperti semula.

'Honeymoon'?

Entah mengapa tiba-tiba aku menjadi merasa sangat senang, karena secara diam-diam Leonardo telah menyiapkan ini semua ini tanpa pengetahuanku, apa dia berniat untuk memberiku kejutan?

Tunggu, kenapa aku menjadi begitu percaya diri seperti ini?

"Bae, aku udah order makanan, abis ini kita makan ya?" katanya padaku.

Dia mengambil laptop lalu membawanya dan duduk di sebelahku.

"Iya." Jawabku singkat.

Srek

Leonardo mengambil amplop yang berada di atas meja dengan cepat, aku melihati kearahnya heran.

Bukankah seharusnya aku menunjukkan rasa ingin tahuku pada amplop yang ia sembunyikan, yah meskipun sebenarnya aku sudah tahu itu.

"Kamu lagi sembunyi in sesuatu ya dari aku?" Tanyaku sok kepo.

Dia menggeleng geleng cepat.

"Aku lupa bae, ini tadi kontrak perusahan client aku, aku cari in kemana – mana eh ternyata disini." Cicitnya.

Aku kembali membaca bukuku.

"Lucu ya amplop kontraknya warna baby pink, terus disana tertera tulisan honeymoon." Celetuk ku.

Leonardo memutar posisi dudukku agar aku mengahadap kearahnya.

Aku melihatinya.

"Lah, udah ngintip ya?" Tanyanya

Aku mengangguk sambil membuat gestur peace.

"Mas selalu gagal deh bikin suprise buat kamu, pasti ketahuan duluan." Ujarnya, dia terlihat murung.

"Apa sih mas, gak usah sampai galau segala gitu ah." Omelku

"Tium dulu dong bae, biar mas gak galau."Pintanya manja.

"Mas merem dulu!" Perintahku.

Ia tersenyum lebar tampak sangat antusias dan matanya terlihat berbinar binar kegirangan.

Dia memejamkan matanya lalu sedikit mencondongkan badannya kearahku, bibirnya sedikit ia majukan.

Aku menahan tawaku tak kuasa melihat wajah polos Leonardo yang mudah sekali aku tipu ini.

Aku mengambil spidol permanen berada di dalam kotak pensil  yang terletak di tengah meja ini.

Aku membukanya dengan hati hati dan pelan agar tidak menimbulkan suara apapun.

Aku menyeringai pelan, lalu mulai aku mencoret bibirnya gambar silang yang cukup besar.

Dia membuka matanya lalu melihat kearahku kesal.

"Awas kamu ya bae! Tunggu hukuman dari aku."ucapnya dia membuka matanya kemudian mengerucutkan mulutnya seperti bebek.

Aku menjulurkan lidahku kearahnya lalu menertawakan kebodohannya, dia melihatiku yang tengah tertawa lalu dia tersenyum smirk kearahku.

Spontan aku berhenti tertawa dan mulai sedikit merinding melihat Leonardo yang tiba- tiba mengubah ekspresinya seperti itu.

Dia menarikku dan membawaku kepelukannya lalu dia mendekatkan mulutnya ke telingaku.

"Istriku berani jahil rupanya, bikin mas jadi gemas." Ucapnya kemudian ia sedikit meniup telingaku membuatnya terasa sangat geli dan dapat aku rasakan hatiku berdesir.

Leonardo menatapku sangat dalam

Oh god please! kenapa suamiku terlihat lebih tampan saat ini?

Dia menangkup wajahku dengan kedua tangannya lalu mulai menciumiku begitu dalam dan lembut.

I'm dying.

Damn!

Tubuh laknatku ini sama sekali tidak memberi penolakan dari sentuhan dari Leonardo, alih alih malah aku mengalungkan kedua tanganku ke pundaknya yang membuatnya malah semakin memperdalam ciumannya.

Aku mendorongnya pelan. "Mas ingat ini lagi di kantor, jangan gini!" Peringatku padanya.

dia tersenyum.

"Dikit lagi bae, tanggung." Jawabnya singkat kemudian ia melanjutkan kembali aktifitasnya.

-o0o-

Leonardo masih sibuk menciumiku sedari tadi, ia benar benar menepati janjinya untuk menungguku hingga aku benar benar siap untuk menerimanya, dia tidak menyentuh bagian tubuhku yang lainnya, ia menguncikan tangannya dengan menangkup wajahku agar tidak berkeliaran kemana - mana.

Melihat respon dari tubuhku yang seperti ini, sebenarnya mungkin aku bisa memberikan hak ku sebagai istri padanya, tapi bagaimana cara memberi tahunya? Pasti akan menjadi sangat memalukan jika tiba - tiba saja aku menyeletuk dan membahas soal hubungan ranjang padanya terlebih dahulu, karena selama ini yang menolak adalah aku.

"pak Leonar-" Panggil seseorang dia menghentikan ucapannya.

Leonardo benar benar gila dia tidak menghentikan aktifitasnya, aku mendorongnya dengan cepat dan menjauh darinya.

" SAYA SUDAH BILANG BERULANG KALI UNTUK MENGETUK PINTU JIKA MAU MASUK RUANGAN SAYA!" sentak Leonardo padanya.

aku melirik kearah seorang wanita denga penampilan yang sangat menarik dan terlihat cantik itu berdiri diambang pintu, dia bukan memasang wajah ketakutan malah terlihat geram dengan ucapan Leonardo.

dia melihatiku sedikit sinis.

Apa yang dia lakukan baru saja? Menatapku dengan tatapan yang sangat tidak menyenangkan seperti itu.

"Saya cuma ingin menyerahkan berkas ini pak." Ujarnya.

"Meskipun kamu adalah sekertaris saya, ketuk pintu terlebih dahulu, saya sudah berulang kali mengatakannya meremehkan  hal yang sepele seperti ini bisa membuatmu terlihat tidak profesional saya bisa pecat kamu kapanpun saya mau!" Oceh Leonardo.

"Mas!" Panggilku. Dia menoleh kearahku, aku mengerutkan dahiku lalu menggelengkan kepalaku menyuruhnya untuk menyudahinya.

"Keluar." Kata Leonardo pada sekertarisnya tadi.

"Tapi pak ini-."

"Keluar!" Leonardo menggikan intonasi bicaranya.

Dia keluar dari ruangan ini lalu menutup pintu.

"Salah mas tahu! alina udah bilang tadi jangan dilanjutin, eh mas malah ngegas dan di terusin, kan jadi ketahuan sama sekertarisnya mas." omelku.

"Sebenarnya kalau ketahuan mas malah seneng bae, biar dia tahu mas ini udah punya istri cantik kayak kamu dan bikin dia berhenti godain mas." Ucap Leonardo.

Aku hanya menanggapinya dengan ber oh ria, pantas saja tadi dia menatapaku dengan tatapan seperti itu. ternyata dia selama ini menggoda suamiku, cielah suami.

"Dia dulu teman sekampus mas, dan dia udah lama naksir berat sama aku bae, tapi ya gitu mas malah risih liatin dia yang bertingkah malah kayak jalang begitu."

"Hus, gak boleh gitu ah ngatainnya." Seru ku pada Leonardo.

"Kamu lihat sendiri kan bae, gimana tadi penampilannya? Yang tadi masih lebih mending dari biasanya." Sahut Leonardo.

Aku terdiam mengingat kembali penampilan sekertarisnya dengan balutan jas midi yang sangat ketat lalu kemeja yang dua kancing atasnya terbuka.

Aku mengangguk pada Leonardo.

"Kuat juga iman mu mas, haha." Ledek ku.

"Makanya mas sengaja nikahin kamu cepat - cepat mau pamer keseluruh dunia kalau istri mas yang paling terbaik dalam segala hal." Pujinya.

Aku sedikit tersipu mendengar perkataannya dapat aku rasa wajahku memanas, aku menggaruk tegkukku yang sebenarnya tidak gatal.

Aku mendekat kearah Leonardo lalu menaboknya cukup keras.

"Pinter ngomong ya kamu mas! Ngalus terus." ledekku.

"Iya dong, kamu gak inget apa, ijab kabulnya mas lancar banget ngomongnya soalnya gak sabar pengen sah in kamu." Godanya, aku mencubitnya pelan.

Kenapa aku jadi malu - malu saat dia berkata seperti itu sih?

"Jadi kita mau honeymoon kemana?" Kataku berusaha mengalihkan topik pembicaraan Leonardo.

"Mas pilih ke Paris, soalnya kalo mas tanya in kamu mau bulan madu kemana yang ada nanti kamu minta buat pergi ke Korea dan datengin oppa oppa kamu satu persatu."

"Yah, kenapa gak ke Korea aja sih mas?" Protesku.

"Tuhkan? Nanti kalo ke Korea kamu malah mas kunci in di kamar hotel dan gak boleh kemana - mana!" Sahutnya.

"Lah kenapa sih?"

"Mas cemburu lah sayang, nanti kamu gak berhenti bahas oppa mu itu, dan lupa kalau oppa mu yang sah secara hukum dan agama ini ada di hadapan kamu saat ini." Jawabnya, dia meraih tanganku lalu menggenggamnya.

aku menarik tanganku dengan cepat lalu meringis kearahnya, kemudian meletakkan tanganku pada pipi kanannya.

"Makasih loh mas buat semua kejutan  yang kamu kasih buat Alina." Dia memegang tanganku yang berada dipipinya.

Dia mengangguk.

"Kamu jadi suami Alina aja itu sudah jadi kejutan yang sangat besar buat kehidupan alina, belum lagi hal yang lainnya yang selalu kamu kasih buat Alina, semuanya bikin aku senang." Kataku.

"Perjuangan mas bukan apa - apa jika kamu tolak mas dan kabur dari perjodohan dan pernikahan yang sangat cepat ini, tapi mas lebih senang lagi karena kamu malah bersyukur dan menerima mas yang apa adanya seperti ini." Leonardo tersenyum hangat dia memelukku.

"Eits, kok malah santai santai sana balik kerja! alina mau belajar lagi nih!" Aku menjewer telinganya.

"Aw! Aw, iya bae, aduh iya ini balik kerja nih. Jangan di jewer gini dong, sakit tahu! Mending di tium aja."

"Tiam tium terus." Makiku.

"Kan enak." Sahutnya.

"Hilih, sa ae anak onta." Ledekku padanya.

dia malah cengengesan lalu kembali ke mejanya tak lupa membawa kembali laptopnya.

avataravatar
Next chapter