14 Jatah

Ketika makanan yang dipesan Leonardo telah datang, ia mengajakku pergi keruangan yang ada di balik pintu disudut ruang kerja Leonardo.

Disana terdapat ranjang berukuran besar dengan lemari, televisi dan sofa, terdapat kamar mandinya juga.

Aku sedikit tercengang melihat ruangan ini pertama kalinya.

Bagaimana bisa terdapat kamar di dalam ruang kerjanya.

"Dulu mas jarang pulang ke rumah, jadi mas bikin deh kamar yang nyaman disini, yuk makan disini aja deh." Kata Leonardo.

Dia meletakkan makannan tersebut diatas meja lalu menatanya dengan rapi, dia membuka lemari yang cukup besar itu kemudian mengeluarkan beberapa peralatan makan.

Aku kembali mentapnya heran.

Asli deh kayak kostan, haha.

"Kamu nanti kalau capek nunggu mas, bisa tiduran disana." Kata Leonardo. Tanpa dia suruh aku pasti tiduran juga

"Dih, siapa mau nungguin mas sih, Alina pulang duluan lah bareng supir kan bisa." Jawabku.

dia berhenti menata makanannya.

"Enggak bisa, pokoknya mas yang antar." Elaknya. Aku berjalan kearahnya lalu membantunya untuk menyiapkan makanannya.

"Iya deh iya, Alina tunggu masku disini sampai kerjaannya selesai dan pulang bareng, mumpung mood Alina lagi baik nih."Dia meringis.

"Beneran ya?" Aku menaik trurunkan kedua alisku dengan cepat.

"Makan nya cepetan terus kembali fokus kerja lagi, kalau mas disini terus nanti yang ada malah bikin Alina ngerasa kalau kedatanganku kesini malah menganggu dan buat mas jadi gak fokus, nanti Alina gak mau kesini lagi loh." Ancamku.

"Siap boskuh." Dia menegakkan badannya lalu meletakkan tangannya disudut alisnya seperti orang yang tengah membuat hormat.

Aku tersenyum melihatnya.

----------

Langit senja mulai nampak, aku berdiri di depan jendela besar yang menampakkan pemandangan kota di sore hari ini terlihat sangat cantik.

Usai Leonardo membangunkanku untuk bersiap pulang, aku segera mandi agar ketika pulang aku merasa nyaman dan badan sudah tidak terasa lengket.

"Baju gantinya ada di lemari bae." Pesan Leonardo saat aku hendak masuk ke kamar mandi.

Jadi dia telah menyiapkan semua ini gunanya berjaga - jaga jika aku pergi ke kantornya sewaktu waktu.

Aku melihat ada 5 setel pakaian wanita yang tergantung didalam sana.

pandanganku langsung tertuju pada loker kaca yang ada didalam sana, ada berbagai macam make up dan skin care yang ada didalam sana.

Mataku seketika berbinar binar melihat surga para wanita tersebut.

Sebentar, aku tidak boleh sesenang ini terlebih dahulu.

Bisa saja ini ia menyiapkan seperti ini karena sudah banyak wanita yang silih berganti berada di kamar ini.

Cih!

Kenapa aku malah berpikir yang tidak tidak, setelah mendapatkan perlakuan yang sangat baik dan istimewa dari Leonardo.

Bang Jahe is calling..

Abang? Duh kangennya sama abangku yang gesrek ini. aku menjawab panggilannya.

"Halo Justin Bieber disini, kenapa telpon dek?" Kata abang.

Kan? Gesrek dia orang dia yang telepon malah tanya kenapa aku telepon.

"Kan lo yang telepon Sukenah " Jawabku nyolot.

"Ais, nyolot sekali ibu direktur ini, abang kangen dek." Aku menertawakannya.

Tidak biasanya dia berkata seperti itu, bisa bisanya dia berkata perkataan manis seperti itu.

"Pasti abang mau minta uang jajan ke gue kan? Selalu kayak gitu pas ada maunya."

"Dih. kaga anjir. ya udah kalo ga mau di kangenin." Dia malah ngambek.

"Haha, enggak enggak. Gue juga rindu suasana rumah bang. Kangen mama, sebulan lalu kerumah tapi gak ada siapa siapa."

"Itu sengaja dibikin kek begitu dek, mama baru pengen ketemu lo kalo udah bawain kabar kalo dia mau punya cucu, katanya gitu sih." Kata bang Jaehyun.

Aku membelakkan mataku tak percaya.

"WHAT? Cucu apaan bang, duh mama ini ngomongnya ngelantur." Jawabku sangat terkejut dan sedikit cringe.

"Lah, lo kan udah kawin, masa belum program ngisi sih."

"Ngisi apaan?" Tanyaku.

"Ngisi perut." Jawab bang Jaehyun.

"Makan?" Tanyaku sekali lagi.

"Begonya astaga adek gue dah lah abang tutup teleponnya mau sholat taubat dulu mintain adek gue yang bego ini biar dapat hidayah." Ocehnya.

"Eh eh, jangan dulu bang, seriusan apaan dah?" Desak ku

"Dek, jangan bilang lo belum kasih suami lo jatah?" Bang Jaehyun mengintrogasiku.

aku hanya terdiam tak tahu harus menjawab apa, jika aku bilang belum dia pasti akan menceramahiku, kalaupun aku berbohong dan mengatakan sudah, kenapa aku tidak bisa langsung menangkap perakataan bang Jaehyun tentang 'program ngisi' tadi.

"B-belum bang." Jawabku.

"ASTAGANAGALAALA, kurang apa coba suami lo dek, cakep iya, baek iya, kaya iya, perhatian iya, sabar iya. nah sekarang lo malah nguji kesabaran dia sebagai suami." Dia terus mengoceh dengan hebohnya

"Abang kok malah belain dia sih? Gue kan cuma belum siap aja bang!"

"Belum siap aja terus, sampai suami lo diambil pelakor, inget dek, sabar ada batasnya loh, apalagi kalau sampai nafsu Leonardo yang udah tidak bisa tertahankan dan nalurinya sebagai laki laki yang berjalan, kelar hidup lo! Dah abang tutup panggilannya."

tuut tuut

Entah mengapa tiba - tiba wajah sekertaris Leonardo yang terus menggodanya terngiang di kepalaku aku mengacak rambutku frustasi.

Ting!

1 pesan masuk

Aku melihat nama bang Jaehyun yang tertera disana.

"Ingat, istri yang gak kasih jatah suaminya diranjang, bakal dilaknat malaikat seluruh semesta loh dek!"

Aku begidik ngeri. Idih, mentang mentang dia laki laki juga, giliran jatah aja semangat.

jadi apa yang harus aku lakukan?

"Bae!" Panggil Leonardo yang tiba tiba masuk

secara tak sengaja aku melemparkan ponselku karena sangat terkejut karena kedatangannya.

"Mas, udah selesai. abis ini pulang yuk." Ajaknya. Aku mengangguk lalu mengambil ponselku.

-o0o-

"Sayang? Dari tadi kok diam terus sih, cerita sama mas sini, jangan bikin khawatir." Kata Leonardo, dia menghampiriku yang tengah duduk santai di sofabed yang ada di dekat kolam renang sambil membawa 2 gelas jus di nampan.

Ia meletakkan nampan tersebut lalu duduk didekatku.

"Minum dulu ya, baru cerita sama mas." Dia memberiku jus tadi, aku mengambilnya dan meminumnya perlahan.

Dia mengelus puncak kepalaku lembut.

Aku menoleh kearahnya.

"Alina jahat gak sih sama mas?Mas pernah merasa ada sakit hati gak sama Alina?" Tanyaku.

Aku berusaha untuk melawan egoku dan memberanikan diri untuk menanyainya, jawabannya tentu saja sudah kalian ketahui.

Dia menggeleng.

"Kamu istri mas yang paling mas sayangi, yang bisa lengkapi kekurangan aku, mana mungkin mas sakit hati, ya mungkin kadang agak cemburu sama oppa oppa itu."

Aku tertawa di dalam hati, dia cemburu dengan oppa ku?

Sangat lucu.

"Tapi Alina belum jalanin kewajiban Alina sebagai istri yang baik." Aku menatap manik matanya yang berwarna cokelat terang itu.

"Semua itu kan butuh proses bae, jadi pelan - pelan aja, kamu terima mas jadi suami kamu aja mas udah sangat senang." Jawabnya.

"Waktu honeymoon nanti aja ya." Kataku pelan.

"Kenapa? Ada apa sama honeymoon? Kamu gak suka ya? Mau mas ganti aja destinasinya?" Crocosnya.

"Loh enggak enggak." sela ku.

Aku membuat gestur agar dia mendekat padaku, dia mencondongkan badannya lalu mendekatkan telinganya kearahku.

Aku menoleh ke kanan dan ke kiri melihat keadaan sekitar yang sebenarnya tidak ada siapa siapa disini.

"Nanti Alina kasih jatah waktu honeymoon." Bisikku pelan.

dengan cepat dia menangkup wajahku lalu mencubit pipiku.

"Seriusan nih sayang? Mas gak lagi mimpi kan?" Tanyanya dia terlihat sangat senang.

Aelah, dasar! Punya laki kok mesum amat, giliran beginian dia semangat.

Aku mencubit pinggangnya keras.

"Aw! Sakit bae." Rintihnya.

"Berarti gak lagi mimpi." Sahutku.

Dia berdiri lalu mengangkat kedua tangannya ke udara.

"YASS! akhirnya, alhamdulillah setelah penantian yang cukup lama." Kata dia sambil tertawa.

dia kembali duduk lalu memegang tanganku.

"Kamu gak lagi bohongin aku kan bae." Tanya nya sekali lagi berusaha untuk meyakinkanku.

aku mengangguk yakin,dia benafas lega.

"Mama gak mau nemuin aku sampai dia dapat kabar kalo dia bakal punya cucu." Kataku pada Leonardo.

"Oke beres, kita langsung produksi anak yang bayak dan lucu lucu buat mama kamu." Dia terlihat sangat antusias.

"Produksi anak se enak jidatnya aja nih kalo ngomong, yang ngeden siapa situ kok berasa mau bikin aku hamil tiap tahun." aku menjitak kepalanya lumayan keras.

"Eh, eh ampun iya enggak sayang hehe, bercanda." Dia menahan tanganku yang berusaha untuk menjitaknya sekali lagi.

"Gimana kalau kita nyicil satu dari sekarang."Godanya, aku meliriknya tajam.

"Gak usah honeymoon, jatahnya gak jadi aku kasih deh." Kataku aku berdiri dan berjalan ketepi kolam menjauh darinya.

"Ya Allah engga sayang, gak jadi deh, mas sabar nunggu sampai honeymoon aja deh." Dia berlari kecil menghampiriku.

Aku mengacuhkannya.

"Jangan gak di kasih jatah dong sayang, ya Allah baru seneng langsung ambyar sekarang."Keluhnya.

aku tidak menyahuti perkataanya.

"Mas kodok!" Pekikku sambil menunjuk kearah selatan, dia menoleh.

Aku mendorongnya agar dia terjatuh kedalam kolam tapi sialnya, dia sempat menarikku sebelum jatuh dan

byur!

Pada akhirnya kita malah jatuh kedalam kolam bersama- sama.

"Astaga, tadi Alina niatan pengen nyeburin mas doang, malah di tarik, ah kena sialnya." Protesku.

Dia menertawakan ku.

"Usil kamu sama mas. berani ngerjain mas."

"Lagian sih mesum. gak inget apa istrinya ini masih anak dibawah umur." Makiku.

"Masa sih dibawah umur?" Dia menyudutkanku hingga badanku menempel di dinding kolam renang.

"Mesum sama istri sendiri halal loh bae." Katanya sambil tersenyum tipis.

aduh senyuman ini.

"Lupakan soal jatah. alina gak mau kasih beneran nih." Ancamku.

dia memundurkan badannya.

"Aduh ampun, iya gak jadi gak jadi." Katanya sambil memelas

avataravatar