5 Hari Pernikahan

Alina's pov

Aku tidak menyangka kalau hari ini akan tiba secepat ini, tepatnya hari ini aku akan menikah.

Masa kebebasanku bukan lagi miliku seorang saja, karena sekarang aku akan segera memiliki suami yang dia juga adalah tanggung jawabku dan aku juga tanggung jawabnya.

Miris

Di usia ku yang masih akan menginjak 19 tahun  aku dituntut untuk menjadi dewasa, tapi bagaimana pun ini juga telah menjadi keputusanku, karena sudah ku putuskan kalau aku menerima Leonardo itu sebagai calon suamiku, bagaimana pun rupanya dia, apapun kekurangannya, seperti apapun kondisinya. aku akan jalani hidupku selanjutnya bersamanya.

Aku harus bahagia. Tidak boleh ada air mata lagi yang jatuh.

Menatap diriku sendiri di pantulan cermin dengan balutan gaun indah ini membuatku tersenyum bahagia.

Sebelumnya aku telah menyiapkan satu surat yang akan berikan kepada Leonardo, yang aku tulis dari tiga hari yang lalu, aku membuatnya sebagai bentuk permintaan maafku karena telah memperlakukannya secara tidak baik selama ini.

Untukmu:

Gue gak tahu, mau minta maaf dari mana terlebih dahulu, tapi yang jelas maafin gue karena sikap gue yang buruk.

Tenang saja, gue gak bakalan minta cerai atau apapun. gue sudah sanggup buat ngehargain semua kekurangan lo dan semoga lo juga bisa nerima gue yang modelan kek begini.

Pernikahan bukanlah suatu permainan..

Gue gak mau kecewain keluarga gue, meskipun gue sangat kecewa pada diri gue sendiri.

-o0o-

Masih diposisiku yang semula, aku duduk didepan cermin yang berada di dalam kamarku.

Aku meminta kepada mama agar aku tetap berdiam dikamar dan tidak mengikuti proses akad bersama pengantin laki-laki dibawah.

Aku masih perlu waktu untuk menenangkan diriku dan membutuhkan waktu sendiri agar pikiranku kembali jernih.

"Saya nikahkan engkau Leonardo fateh adriano bin Sebastien adriano dengan ananda Alina keenan raftar binti Giordani raftar dengan mas kawin uang tunai 200 juta rupiah dan seperangkat alat sholat dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Alina keenan raftar binti Giordani raftar dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." ucap Leonardo tanpa jeda, terdengar sangat lugas dan tanpa ada kesalahan sedikitpun

Air mataku sudah tidak tahan aku bendung dan keluar secara tiba tiba.

Sekarang aku memiliki tanggung jawaban yang sangat besar, karena aku telah menjadi istri seseorang.

Terdengar suara yang cukup ramai, dan sepertinya pengantin laki laki menuju ke kamarku. aku tidak tahu apa yang aku rasakan tapi yang jelas sangatlah campur aduk, dan tentunya aku sangat berdebaran.

Krieet..

Pintu kamarku telah dibuka, aku masih menunduk dan tidak memiliki keberanian untuk menatap Leonardo yang tengah berjalan kearahku, akan tetapi aku dapat mendengar suara yang semulanya sangat ramai diluar kamarku menjadi begitu tenang dan hening.

Aku melihat sepatu Leonardo lalu aku sedikit mengangkat kepalaku dan aku memberikan padanya surat yang ingin aku berikan kepadanya.

Leonardo mengulurkan tangannya kepadaku, lalu aku meraih tangannya dan mencium punggung tangannya tak lama setelah itu dia mencium keningku.

Dan yang benar saja aku memejamkan mataku?

Oh what the hell!

Terlalu gugup untuk menatapnya jadi aku memutuskan untuk memejamkan mataku.

Aku mendengar suaranya tertawa lembut yang membuatku menoleh kearahnya.

dan

"KAMU SIAPA?" pekikku spontan

"AKU SIAPA?" jawabnya malah bertanya pada dirinya sendiri.

Mengapa yang muncul di hadapanku bukannya badak sumatra, melainkan malah terlihat seperti aktor tampan berasal dari negeri barat dan tentunya aku sama sekali tak mengenalnya sama sekali.

Akan tetapi bukankah tadi dia yang mencium keningku?

Di ambang pintu aku melihat Leonardo berdiri disana, aku langsung berdiri dari tempat dudukku dan berjalan melewati orang asing yang ada di hadapanku tidak lupa aku merebut surat yang ada genggaman tangannya.

"Lah mau kemana?" tanyanya.

"Mau siram bunga, yakali sih, ini gue lagi jadi pengantin. ya mau turun lah bareng mempelai lakinya."

"Lah aku mempelai cowoknya." sahutnya.

"Gak usah bercanda, gak lucu sama sekali." aku memberikan surat tadi kepada Leonardo.

"Ayo deh turun." ajakku.

dia hanya diam.

"Alina keenan raftar, suami kamu itu ada disini loh!" omel pria asing dibelakangku

"Bentar deh lo siapa anjir? suami gue Leonardo."

"gue Leonardo." jawabnya tegas

ak1u menoleh ke arah Leonardo yang berada di dekatku

"Lo yang jadi suami gue? lo Leonardo kan?" tanya ku pada Leonardo yang ada di dekatku.

Dia mengangguk.

"Saya Leonardo bu, Leonardoni- supirnya pak leon."katanya menjelaskan kepadaku

Aku melihat kepada mereka berdua kebingungan.

"PLIS YANG BENER SIAPA SIH?!" ucapku sedikit mengeraskan suaraku.

"Aku" jawab leonardo

"Iya bu dia."sahut Leonardoni.

"Tapi kenapa bisa begini? jadi kenapa selama ini yang gue liat selalu dia dan bukan lo?" aku menunjuk ke Leonardoni.

"Kamu sih, kabur di hari pertama kita untuk saling bertemu." jawabnya.

"Bodo amat, dan kenapa gue gak pernah liat lo sama sekali padahal lo kan lumayan sering kesini."

"Kamu ingat waktu aku kesini buat mabar fortnite bareng abang kamu?" aku langsung mengangguk

"Aku yang ketuk pintu kamar kamu, dan kasih bucket bunga, tapi aku suruh doni kasih ke kamu." jelasnya

"Tapi hari itu gue gak liat lo."

"Aku sembunyi di tembok samping pintu kamar kamu. bener bener seru pas godain kamu,"

"Jahat.." kataku

"Ya maaf deh, tapi aku jadi seneng karena kamu bisa nerima aku apa adanya dengan segala kekuranganku."ucapnya lalu dia mencium tanganku dan menggandengnya.

Dia mendekatkan kepalanya ketelingaku lalu berbisik.

"I'm glad to be yours bae"

Seketika aku menjadi semakin gugup saat mendengarkan bisikkan dari Leonardo yang statusnya kini telah menjadi suamiku ini.

Aku memukul lengannya lumayan keras.

"Udah yuk buruan turun keburu ditungguin orang - orang." kataku

"Cie, gak sabar ya? mau pamerin suaminya yang cakep ini ke semua orang." goda Leonardo.

aku langsung membuat raut muka aneh.

"geli tahu dengernya, kepedean banget sih." ledekku.

-o0o-

Dapat aku rasakan kalau saat ini semua pasang mata memperhatikan langkah kami berdua saat menuruni tangga.

aku dan Leonardo berjalan menuju ke tempat orang tua kami. aku memeluk papa.

"Papa jahat! Alina gak suka." ucapku sambil memeluknya papa menanggapiku dengan tertawa.

"Cakep ya menantu papa? cocok banget buat alina, papa yakin kalau leonardo bisa ngerawat kamu lebih baik dari papa." kata papa

"No no papa ter the best, gak ada yang lain."

"Gue gak dianggep anjir." sahut bang Jaehyun.

"Maaf anda siapa?" godaku, mama tertawa. lalu tersenyum sambil menatapku aku memeluknya

"Mama.." panggilku.

"Eits, pengantin mama paling cantik gak boleh nangis dong."

"Huaa, gak tahan." aku menatap keatas sambil mengipaskan tangan ke depan wajahku agar air mata ini tidak jadi terjatuh.

Leonardo menahan tawanya saat melihat tingkahku. aku memukul lengannya.

"Berani ya ngetawain gue!" makiku padanya.

"Adek, gak boleh gitu dong dia suami kamu loh." ucap mama. Aku langsung terdiam.

"Maafin ya Leonardo, maklum ya istrinya masih muda."

'Awas aja lo!' batinku

"Gak apa apa ma, dia kalo begini makin gemesin" jawab Leonardo

Gila sih, dia udah pede banget manggil mama ku dengan kayak begitu tanpa terdengar canggung.

"Alina, kamu juga harus panggil dad, jangan panggil om, okay?." kata daddy nya Leonardo

Aku mengangguk patuh, lalu semuanya malah menertawakan ku.

Lah si anjir, aku malah di jadiin bahan tertawaan

"Sekali lagi mami minta maaf ya sayang, Leon emang suka jahil dia." kata mami Leonardo

"Iya gak apa apa kok mi." jawabku

"Udah yu, langsung berangkat." ajak Leonardo menarikku

"Aelah, ini main tarik tarik aja, dikira gue kambing apa! Lagian kita mau kemana sih?" crocosku

"Bae, kita langsung ke hotel."jawabnya

"Lah anjir, ngapain?!" aku langsung menjaga jarak dari Leonardo.

Dia menatapku dengan tatapan jahil sambil memainkan alisnya naik turun, makin geli aku menatapnya.

"Acara resepsinya itu di hotel zeyeng.." kata Leonardo.

"Bilang kek dari kemaren - kemaren." aku nyengir kearahnya.

dia memanyunkan bibirnya.

"Diajak fitting gak mau, reservasi tempat gak mau, semuanya gak mau, aku yang urus sendiri semua, tapi untungnya kamu mau ya sama aku bae." dia lalu tersenyum lebar setelah menunjukkan ekspresi pura pura ngambeknya yang menggemaskan.

lah?

Menggemaskan kataku?

Sepertinya ada yang salah dengan otakku saat ini.

Kenapa aku bisa memiliki pikiran yang seperti itu.

"Wagelaseh, ini orang pedenya bikin gue mual." ujarku sinis

Leonardo menggenggam tanganku lalu membawaku keluar rumah dan membukakan pintu mobil untukku.

Aku langsung masuk kedalam dan Leonardo pun menyusul.

"Jauh banget sih duduknya.." sindirnya.

Aku tak menghiraukannya.

Dia menoel lenganku lembut yang dengan spontan langsung aku kibaskan.

"Geli tau." ucapku sinis

"Jangan jauh- jauh bae duduknya, deketan sini."pintanya

"Gak usah deh, gue disini aja." aku tersenyum jahat.

"Ya udah lah." Dia memalingkan pandangannya ke jendela.

srrrt. dug!

"Aduh!" pekikku saat aku sedikit terjedot pintu mobil.

"Apaan sih Leon? bisa gak sih diem gitu ditempat lo?" sambungku

"Gak mau jauh jauh." jawabnya ia menggenggam tanganku erat.

"Lo kayaknya naksir berat ya sama gue?" ceplosku sambil berusaha melepas genggaman tangannya yang erat, namun tidak bisa terlepas.

"Iya hehe. aku naksir beraaaaat " ucapnya sambil bertingkah sok menggemaskan.

"Najis, muka bule kok aegyo , jadi geli" ledekku

*aegyo = bertingkah menggemaskan.

"Idol Korea kan suka bertingkah kayak gini kan?" tanyanya

"Iya kalo mereka yang lakuin jadi cute tapi kalo lo ilfil gue."

"Liat nanti ya bae, suami kamu pasti lebih hebat daripada oppa oppa kamu itu!"

avataravatar
Next chapter