6 First Night Together

Alina 's pov

Leonardo terus menggenggam tangan ku dan ia tidak bisa berhenti tersenyum sambil menatapku. Ya ampun sesenang itu dia nikah sama orang kayak aku.

"Capek ya?" tanya Leonardo

Sedari tadi kita tidak berhenti berdiri lalu duduk kembali untuk bersalaman dengan tamu undangan yang bahkan aku sendiri tidak mengenal siapa mereka.

"Gak usah tanya kalo capek. udah jelas " jawabku

"Makan dulu ya? belum makan dari tadi." dia menatapku

Aku langsung mengalihkan pandanganku.

lah?

Masa aku tersipu sih, di lihat sama orang kayak dia. kita baru kenal loh, baru ketemu juga. argh!

"Terserah."

"Oke berarti makan." Leonardo langsung meninggalkan kursi pelaminan. dan mengambilkan makanan untukku.

"Kalau lapar bilang ya sayang, jangan sampai ditahan sampai gak makan, nanti nge drop jadinya soalnya kalau resepsi pasti capek." kata mami Leonardp menghampiriku sambil membawakanku minum.

"Iya, makasih mi. itu Leon udah ambilin Alina makan kok."

"Nah gitu bagus. nanti langsung dimakan ya!."

Aku mengangguk.

"Aaa~" kata Leonardo sambil memegang sendok makan yang diarahkan padaku.

"Gue bisa makan sendiri." aku berusaha merebut sendok makan tersebut namun malah ia jauhkan.

"Aku suapin bae." ujarnya sambil tersenyum.

"Enggak usah! terimakasih, gue bisa makan sendiri." Dia malah cemberut.

Kemudian aku menghela nafasku sambil menatap kanan kiri. dan aku langsung melahap makanan tersebut darinya.

Leonardo tersenyum.

"Hehe" ia menyengir, wajahnya terlihat sangat sumringah

"GITU YA KALIAN! KEMAREN KEMAREN AJA BILANG GAK MAU KAWIN, SEKARANG SUAP SUAPAN! BIKIN HATI PARA JOMS KEBAKAR!." teriak bang Jaehyun.

Aku langsung melihat kearahnya tajam sambil mengepalkan tangan ku kearahnya.

"Diem lo abang lucknut!" makiku.

Abang Jaehyun langsung lari ngibrit.

"Udah buruan kalau mau nyuapin, tamu undangan kita masih banyak yang mau salaman kan jadi gak enak." celotehku.

"Iya iya bae." Leonardo menyuapiku dan dirinya sendiri.

Aku masih terheran- heran. memangnya kenapa dia memilih aku sebagai istrinya sih? Masih banyak yang lebih cantik, anggun, pintar , kalem daripada aku yang seperti ini.

Belum lagi dia mengajakku untuk menikah dengan sistem perjodohan, belum lagi kita tak pernah saling bertemu sebelumnya.

"Bae, jangan tinggalin aku ya." kata Leonardo tiba tiba.

Aelah, kenapa nada bicaranya jadi seserius itu sih, belum lagi tatapan Leonardo kearahku sangat dalam, suasana ini membuat aku tidak tahu harus berkata apa. yang jelas aku menjadi sangat gugup.

Aku tidak menjawab perkataan Leonardo yang baru saja ia ucapkan.

Leonardo tetap tersenyum, dan ia terus menyuapiku hingga makanan yang ada di piring tersebut habis.

Acara demi acara telah usai, malam ini keluargaku menginap dihotel tempat resepsi yang tadi, karena Leonardo telah mereservasi beberapa kamar untuk anggota keluargaku dan juga keluarganya.

Malam ini begitu melelahkan bagiku, rasanya aku tidak dapat merasakan kakiku berpijak dengan baik. bicara tentang malam ini, ini adalah 'malam pertama' ku berstatus menjadi istri orang lain dan tentunya mulai saat ini aku tidak lagi tidur sendiri dan terlebih lagi aku memiliki kewajiban untuk melayani suamiku dengan baik saat ini.

holyshit

Kenapa malah jadi berdebar gak karuan begini sih?!

Ya kali, si Leonardo minta jatahnya malam ini, aku mohon jangan, karena aku masih belum siap lahir batin.

"Bae!" panggil Leonardo saat ia membuka pintu kamar hotel.

"Alina woy bae bae terus dari tadi." ucapku sewot

"Hehe iya zeyeng." jawabnya.

"Kenapa?" tanyaku

"Gakpapa, tadi cuma mastiin kamu gak kabur kan." kata dia sambil menyeringai. Aku langsung menjauh darinya, karena dia terus bergerak mendekat kearahku.

" Aku mandi dulu ya bae, gerah."

"Ya mandi aja sih, gitu aja pake laporan segala." aku langsung bernafas lega karena ternyata dia tidak berbuat apa- apa padaku dan langsung masuk kekamar mandi.

-o0o-

"Aku sudah mandi tak ten tuang tak ten tuang" kata Leonardo sambil bersenandung tidak jelas saat keluar dari kamar mandi.

Berisik banget!

Aku menoleh kearahnya dan hendak menghujatnya, namun aku mengurungkan niatku

Aku langsung membalikkan badanku membelakanginya.

'Itu kenapa gak pake baju gitu sih, kenapa rambutnya jadi brunette kan sebelumnya pirang, kenapa rahang tegasnya semakin membuatnya makin tampan, belum lagi bibir merah mudanya yang terlihat lucu di mataku' ah masih banyak pertanyaan kenapa didalam benakku.

soal roti sobek miliknya tak perlu diragukan, miliknya yang terbaik!

Tapi aku sudah tidak dapat berpikir panjang lagi karena aku menjadi sangat gugup kembali.

"Cie, pasti deg deg an liat suaminya yang sekseh begini."

"Najis, ngarep banget!" ucapku

"Bagus pirang apa brunette gini rambutku bae?" tanyanya ia berjalan mendekat padaku.

"Bajunya loh di pake dulu!" kataku

Ia menghentikan langkahnya.

"Kalo aku pengennya kek begini gimana?" dia semakin mendekat padaku.

Aku bergerak menjauh.

"Awas aja kalo lo berani ngapa ngapain gue." ancamku padanya.

"Alina, kamu ini sekarang istri aku loh. sebagai suami aku bebas dong ngapain aja ke kamu." tuturnya.

"Bodo amat aku tidur di tempat lain aja." ujarku.

Dia menarik tanganku.

"Eh jangan pergi dong, iya iya pake baju nih. kan pengen pamer ke istri gitu, kalo suaminya ini punya roti sobek." dia langsung mengambil kaos santai untuk tidur di kopernya.

"Bae.." panggil Leonardo dengan nada memelas. aku tak menanggapinya.

"Bae.. tidur sini napa sih" Leonardo merubah posisinya menjadi duduk.

Dia sekarang berada diranjang, sedangkan aku memilih untuk tidur disofa dan aku telah mengancamnya agar tidak mendekat padaku.

"Awas aja lo berani deket deket gue! gue gak mau se ranjang sama lo, apaan baru kenal juga, udah mau bobo bareng seranjang, gila apa " crocosku.

"Disana dingin bae" kata Leonardo, padahal dia telah memberikan selimut yang ada di ranjang tersebut padaku, tetapi dia terus mengomeliku kalau aku akan kedinginan.

"Bawel ah." ucapku kesal.

Leonardo terus berguling guling di ranjang dan menatapku lalu kembali ke posisinya sebelumnya.

"Tidur gak!" bentakku aku mengangkat majalah yang berada di dekatku sambil berancang ancang seperti akan melemparkan majalah itu padanya.

"Eh iya iya kanjeng nyai." katanya

"Disitu dingin" untuk kesekian kali dia berkata seperti itu kepadaku.

"Plis! capek ah dengerinnya." ujarku.

Leonardo berhenti membolak balikkan badannya. sepertinya ia merasa kelelahan usai acara yang berlangsung sejak tadi pagi.

Alina's pov end

Masih berpegang teguh dengan pendirian alina yang sebelumnya, ia berencana untuk tidak tidur malam ini dan memutuskan untuk begadang sambil menonton drama Korea seperti kegiatan yang biasa ia lakukan dirumah.

Untuk malam ini sedikit berbeda, Alina ingin tetap terjaga karena mulai saat ini ia memiliki suami yang terus terusan memberi perhatian kepadanya, dan alina belum terbiasa dengan hal itu.

-o0o-

Alina 's pov

Leonardo terus menggenggam tangan ku dan ia tidak bisa berhenti tersenyum sambil menatapku. Ya ampun sesenang itu dia nikah sama orang kayak aku.

"Capek ya?" tanya Leonardo

Sedari tadi kita tidak berhenti berdiri lalu duduk kembali untuk bersalaman dengan tamu undangan yang bahkan aku sendiri tidak mengenal siapa mereka.

"Gak usah tanya kalo capek. udah jelas " jawabku

"Makan dulu ya? belum makan dari tadi." dia menatapku

Aku langsung mengalihkan pandanganku.

lah?

Masa aku tersipu sih, di lihat sama orang kayak dia. kita baru kenal loh, baru ketemu juga. argh!

"Terserah."

"Oke berarti makan." Leonardo langsung meninggalkan kursi pelaminan. dan mengambilkan makanan untukku.

"Kalau lapar bilang ya sayang, jangan sampai ditahan sampai gak makan, nanti nge drop jadinya soalnya kalau resepsi pasti capek." kata mami Leonardp menghampiriku sambil membawakanku minum.

"Iya, makasih mi. itu leon udah ambilin Alina makan kok."

"Nah gitu bagus. nanti langsung dimakan ya!."

Aku mengangguk.

"Aaa~" kata Leonardo sambil memegang sendok makan yang diarahkan padaku.

"Gue bisa makan sendiri." aku berusaha merebut sendok makan tersebut namun malah ia jauhkan.

"Aku suapin bae." ujarnya sambil tersenyum.

"Enggak usah! terimakasih, gue bisa makan sendiri." Dia malah cemberut.

Kemudian aku menghela nafasku sambil menatap kanan kiri. dan aku langsung melahap makanan tersebut darinya.

Leonardo tersenyum.

"Hehe" ia menyengir, wajahnya terlihat sangat sumringah

"GITU YA KALIAN! KEMAREN KEMAREN AJA BILANG GAK MAU KAWIN, SEKARANG SUAP SUAPAN! BIKIN HATI PARA JOMS KEBAKAR!." teriak bang Jaehyun.

Aku langsung melihat kearahnya tajam sambil mengepalkan tangan ku kearahnya.

"Diem lo abang lucknut!" makiku.

Abang Jaehyun langsung lari ngibrit.

"Udah buruan kalau mau nyuapin, tamu undangan kita masih banyak yang mau salaman kan jadi gak enak." celotehku.

"Iya iya bae." Leonardo menyuapiku dan dirinya sendiri.

Aku masih terheran- heran. memangnya kenapa dia memilih aku sebagai istrinya sih? Masih banyak yang lebih cantik, anggun, pintar , kalem daripada aku yang seperti ini.

Belum lagi dia mengajakku untuk menikah dengan sistem perjodohan, belum lagi kita tak pernah saling bertemu sebelumnya.

"Bae, jangan tinggalin aku ya." kata Leonardo tiba tiba.

Aelah, kenapa nada bicaranya jadi seserius itu sih, belum lagi tatapan Leonardo kearahku sangat dalam, suasana ini membuat aku tidak tahu harus berkata apa. yang jelas aku menjadi sangat gugup.

Aku tidak menjawab perkataan Leonardo yang baru saja ia ucapkan.

Leonardo tetap tersenyum, dan ia terus menyuapiku hingga makanan yang ada di piring tersebut habis.

Acara demi acara telah usai, malam ini keluargaku menginap dihotel tempat resepsi yang tadi, karena Leonardo telah mereservasi beberapa kamar untuk anggota keluargaku dan juga keluarganya.

Malam ini begitu melelahkan bagiku, rasanya aku tidak dapat merasakan kakiku berpijak dengan baik. bicara tentang malam ini, ini adalah 'malam pertama' ku berstatus menjadi istri orang lain dan tentunya mulai saat ini aku tidak lagi tidur sendiri dan terlebih lagi aku memiliki kewajiban untuk melayani suamiku dengan baik saat ini.

holyshit

Kenapa malah jadi berdebar gak karuan begini sih?!

Ya kali, si Leonardo minta jatahnya malam ini, aku mohon jangan, karena aku masih belum siap lahir batin.

"Bae!" panggil Leonardo saat ia membuka pintu kamar hotel.

"Alina woy bae bae terus dari tadi." ucapku sewot

"Hehe iya zeyeng." jawabnya.

"Kenapa?" tanyaku

"Gakpapa, tadi cuma mastiin kamu gak kabur kan." kata dia sambil menyeringai. Aku langsung menjauh darinya, karena dia terus bergerak mendekat kearahku.

" Aku mandi dulu ya bae, gerah."

"Ya mandi aja sih, gitu aja pake laporan segala." aku langsung bernafas lega karena ternyata dia tidak berbuat apa- apa padaku dan langsung masuk kekamar mandi.

---------

"Aku sudah mandi tak ten tuang tak ten tuang" kata Leonardo sambil bersenandung tidak jelas saat keluar dari kamar mandi.

Berisik banget!

Aku menoleh kearahnya dan hendak menghujatnya, namun aku mengurungkan niatku

Aku langsung membalikkan badanku membelakanginya.

'Itu kenapa gak pake baju gitu sih, kenapa rambutnya jadi brunette kan sebelumnya pirang' ah masih banyak pertanyaan kenapa didalam benakku.

Tapi aku sudah tidak dapat berpikir panjang lagi karena aku menjadi sangat gugup kembali.

"Cie, pasti deg deg an liat suaminya yang sekseh begini."

"Najis, ngarep banget!" ucapku

"Bagus pirang apa brunette gini rambutku bae?" tanyanya ia berjalan mendekat padaku.

"Bajunya loh di pake dulu!" kataku

Ia menghentikan langkahnya.

"Kalo aku pengennya kek begini gimana?" dia semakin mendekat padaku.

Aku bergerak menjauh.

"Awas aja kalo lo berani ngapa ngapain gue." ancamku padanya.

"Alina, kamu ini sekarang istri aku loh. sebagai suami aku bebas dong ngapain aja ke kamu." tuturnya.

"Bodo amat aku tidur di tempat lain aja." ujarku.

Dia menarik tanganku.

"Eh jangan pergi dong, iya iya pake baju nih. kan pengen pamer ke istri gitu, kalo suaminya ini punya roti sobek." dia langsung mengambil kaos santai untuk tidur di kopernya.

"Bae.." panggil Leonardo dengan nada memelas. aku tak menanggapinya.

"Bae.. tidur sini napa sih" Leonardo merubah posisinya menjadi duduk.

Dia sekarang berada diranjang, sedangkan aku memilih untuk tidur disofa dan aku telah mengancamnya agar tidak mendekat padaku.

"Awas aja lo berani deket deket gue! gue gak mau se ranjang sama lo, apaan baru kenal juga, udah mau bobo bareng seranjang, gila apa " crocosku.

"Disana dingin bae" kata Leonardo, padahal dia telah memberikan selimut yang ada di ranjang tersebut padaku, tetapi dia terus mengomeliku kalau aku akan kedinginan.

"Bawel ah." ucapku kesal.

Leonardo terus berguling guling di ranjang dan menatapku lalu kembali ke posisinya sebelumnya.

"Tidur gak!" bentakku aku mengangkat majalah yang berada di dekatku sambil berancang ancang seperti akan melemparkan majalah itu padanya.

"Eh iya iya kanjeng nyai." katanya

"Disitu dingin" untuk kesekian kali dia berkata seperti itu kepadaku.

"Plis! capek ah dengerinnya." ujarku.

Leonardo berhenti membolak balikkan badannya. Sepertinya ia merasa kelelahan usai acara yang berlangsung sejak tadi pagi.

Alina's pov end

Masih berpegang teguh dengan pendirian alina yang sebelumnya, ia berencana untuk tidak tidur malam ini dan memutuskan untuk begadang sambil menonton drama Korea seperti kegiatan yang biasa ia lakukan dirumah.

Untuk malam ini sedikit berbeda, Alina ingin tetap terjaga karena mulai saat ini ia memiliki suami yang terus terusan memberi perhatian kepadanya, dan alina belum terbiasa dengan hal itu.

avataravatar
Next chapter