10 First Kiss

Awan di sore hari ini sedikit ke abu abuan, langitnya tampak mendung. Ramalan cuaca yang mengatakan akan segera turun hujan.

Akan tetapi suasana hati Alina sedang cerah dan bahagia, karena dia sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan keluarganya yang sangat ia rindukan

Omelan dari mamanya, sikap tegas papanya ,dan ke usilan abangnya. Dia merindukan berkumpul-kumpul dengan keluarga kecilnya.

"Sayang, tadi oleh – oleh buat mama udah kamu bawa kan?" Tanya Leonardo sembari fokus mengemudi.

"Udah mas, ada di bagasi."Jawab Alina

Leonardo mengangguk angguk lalu melirik istrinya yang tengah sumringah karena sangat bahagia akan segera bertemu dengan keluarganya. Leonardo meraih tangan alina lalu menciumnya lembut.

"Kamu fokus nyetir. Jangan main nyosor ah." Alina tampak sedikit tersipu membuat Leonardo tak ingin melepas tangan istrinya dari genggamannya.

"Mas!" panggil Alina memperingatkan Leonardo.

"Nyetir dulu."Alina melepas genggaman tangannya lalu mengembalikan tangan Leonardo kembalike kemudi.

-Sampai di rumah keluarga Alina-

Alina berlari dengan kencang setelah Leonardo memarkirikan mobilnya di halaman rumah kediaman keluarga mertuanya.

Masih dengan santai Leonardo keluar dari mobil dan ia mengambil beberapa hadiah untuk oleh oleh keluarga istrinya.

"Assalamualaikum." Ucap Leonardo saat memasuki rumah tersebut, ia melihat istrinya duduk dengan menunjukkan ekspresi sedihnya.

Dengan sigap Leonardo meletakkan hadiah tadi di meja lalu menghampiri alina.

"Mama ikut papa dinas ke Yogyakarta, dan abang Jaehyun masih belum pulang dari kampus." Ujar Alina dengan nada yang sangat kecewa. Alina menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Leonardo membawanya kepelukannya.

"Kangen mama.." kata Alina tak lama kemudian ia menangis sejadi jadinya.

Alina's pov

Kok malah jadi begini sih?

Kan pada awalnya aku sengaja untuk tidak memberi tahu pada mama kalau aku memberi kejutan dengan kedatanganku secara tiba- tiba, tapi yang terjadi malah aku terkejut karena orang seisi rumah sedang tidak berada dirumah dan hanya ada asisten rumah tangga yang tengah menjaga di rumah.

Dan dengan lemahnya kenapa aku menjadi begitu cengeng hanya karena merindukan mama pasca menikah dan belum bertemu dengannya dalam waktu 1 minggu, bisa membuatku menangis tersedu sedu.

"Nanti kalau mama udah pulang, kita langsung mampir lagi kesini . Udah ah jangan nangis gitu bae."

Leonardo mencoba untuk menenangkanku, aku melepas pelukannya dan melihat ke kemeja nya yang basah terkena air mataku

baru saja.

"Basah kan jadinya." Kataku sambil sesegukan lalu mengusap bajunya dengan tanganku.

"Hehe, gak apa apa sayang biarin dah."

"Aku ke kamar dulu, mau ambil barang- barang aku, abis ini kita pulang aja." Ujarku pada Leonardo.

"Oke, tapi aku mau bantu kamu bawain barang kamu." Kata Leonardo.

"Yakin?" Tanyaku padanya.

dia mengangguk dengan semangat dan sangat yakin. Kemudian aku berjalan menuju ke kamarku dan Leonardo mengekoriku.

"Astaga ini apa bae?" Tanyanya matanya menyapu keseluruh kamarku

Dia sedikit tertegun saat melihat kamarku yang dipenuhi dengan poster oppa oppa ku yang tampan menempel rapi di dinding, dan ada juga.

"Mereka semua suami aku dulu, sebelum nikah sama kamu."jawabku sambil memasukkan beberapa baju dan barang lain yang ingin aku bawa.

"Kalau sekarang?."

"Suamiku cuma kamu aja mas." jawabku, sengaja berkata manis karena aku ingin melihat ekspresinya seusai mendengar perkataanku yang baru saja kuucapkan.

Dia langsung menghambur kepelukanku lalu mencium pipiku sekilas.

Idih main nyosor aja seenak jidatnya dia

"hehe, tumben kamu so sweet gini, ah jadi maluu" katanya sambil salah tingkah.

Lah kok jadi salting sih dia?

"Ah, iya mas tolong ambilin poster yang masih digulung dibelakang kamu, itu mau aku bawa." Ujarku dia melepas pelukannya.

"Oke sayang." Dia bergerak dengan cepat lalu mengangkat 1 poster yang aku maksud tadi.

"Ini kan bae." Tanyanya.

"Iya mas yang itu." Aku memperhatikannya yang sedang mengintip dari samping gulungan poster tersebut, lalu membukanya.

Ekspresinya menunjukkan kalau dia sangat terkejut saat pertama kali melihatnya

"Astaghfirullah, sayang. Yang ini gak usah dibawa." Leonardo mengembalikan poster itu ketempat semula, lalu dia duduk ditepi ranjang.

"Lah, bawa aja. itu penyemangat aku, babang Hongseok gak boleh sampe ketinggalan." Kataku pada Leonardo tapi dia tak meresponku dan malah tiduran diranjang sambil main ponselnya.

Aku menghampirinya lalu duduk di tepi ranjang

"Mas katanya mau bantuin Alina."Sindirku.

dia melirikku sekilas.

"Au ah." Jawabnya

Lah ngambek?

Beneran?

Kok jadi gemes.

"Kok ngambek sih, tadi kan cuman poster." kataku. Dia langsung merubah posisinya menjadi duduk.

"Kamu liat roti sobek oppa kamu aja semangat, giliran punya mas malah suruh nutupin terus, kayak alergi gitu." Cibirnya.

Aku hampir saja keceplosan tertawa melihatnya bertingkah seperti ini.

"Gak gitu mas, kalo punya oppa itu-"

"Nih nih liat punya oppa mu yang disini." Leonardo memotong perkataanku lalu dia menarik kemejanya keatas dengan cepat aku menahannya dan menariknya kembali ke tempatnya seperti semula sehingga aku hanya melihat sedikit abs miliknya.

Duh, dedek tak kuat punya suami kayak begini, bikin senam jantung.

"Aduh jangan gitu ah mas, mas ini sama oppa beda."

cup!

Aku membelakkan mataku kemudian menutup bibirku dengan tanganku.

My first kiss.

Sudah melayang begitu saja.

deg deg deg

Kok jadi makin kencang ini detak jantungnya.

"Mas ih." Kataku sedikit berteriak.

"Mas cemburu, jadi dari tadi bawaan nya pengen nyosor terus, hehe.." Terangnya.

Demi apa?

'Hehe' katanya.

Gak tahu apa yang disini jantungnya berasa modar dan dia bisa cengar cengir santai aja seusai mengecupku sekilas.

"Ya maap lah bae, muka suamimu ini bule banget, namanya juga blasteran Italy. coba muka mas ke Korea an gitu, pasti kamu udah cinta pandangan pertama."

"Lebay ah, mas ini sok tahu banget sih, dikira suka idol korea pengennya dapat suami Korea? ya belum tentu." ujarku.

"Alina suka yang bule bule kok, sekalian memperbaiki keturunan."

Leonardo menyubit pipiku pelan sambil tersenyum penuh kemenangan lalu dia menatapku dalam.

Aduh tatapan ini.

"Eits, tapi gak sekarang." Aku mendorong pelan badan Leonardo yang sudah kembali ke mode on.

Bisa gawat ini

"Dikiiit aja."pinta Leonardo.

"Apanya?" tanyaku polos, aku benar benar tak mengetahui maksud perkataannya.

Leonardo mendekatkan wajahnya pada wajahku, aku memalingkan wajahku saat jarak kami hanya tinggal beberapa senti lagi.

Tidak bisa, ini terlalu dekat.

"Bae!"panggil Leonardo aku menoleh

Cup!

Ia kembali mengecup bibirku sekilas lalu mengacak rambutku sambil tersenyum.

Aku langsung berdiri dan menjauh darinya, kemudian melanjutkan memilih barang yang akan aku bawa ke rumah.

"Istriku ini gemesin ya?" Ujarnya bermonolog.

'Gemesin apanya anjir' Batinku.

-o0o-

avataravatar
Next chapter