3 Engagement Day

Alina's pov

drrt..drrt..drrt..drrt

Aku meraih ponselku yang berada di nakas lalu menjawab panggilan tersebut

"Halo?" ucapku

"Halo, Alina."

"Ini siapa ya?" aku menjauhkan ponselku dari telingaku lalu melihat nomor yang tidak aku kenali.

"Ini aku, Leonardo."

"Kurang ajar, lo dapet nomor hape gue dari mana?" crocosku kesal.

"Alina, bentar lagi kamu kan jadi istri aku, jadi wajar dong aku punya nomor kamu, lagi pula mama kamu juga yang ngasih waktu aku nganterin masakan korea buatan aku,dan aku seneng banget pas denger kamu suka masakan aku."

"Udah - udah gak usah banyak bacot dulu ah, gue mati in."

"Eits, jangan dulu dong. Kamu galak banget sih ke aku, jadi makin sayang hehe."

"Bodo amat, hehe."Aku langsung mengakhiri panggilan. Kemudian aku membuang ponselku asal dan dalam sekejap aku mencarinya kembali, kan bego.

Yang jelas sekarang aku sedang memendam sedikit rasa kesal kepada mama, karena mama memberikan nomorku kepada si om itu, tanpa ada persetujuan dariku, bahkan pernikahan ini pun kan juga bukan atas kemauanku.

"Mama ih, Alina kesel deh." aku mendatanginya yang tengah asyik nonton ftv di ruang keluarga.

"Kenapa sih nak?"tanya mama, dengan pandangan yang tak beralih dari televisi.

"Mama kenapa kasih nomor alina ke om itu sih?"

"Om yang mana coba?" tanya mama langsung melihatku sambil mengernyitkan alisnya.

"Ya gak tahu yang mana. Au ah kesel"

Mama tertawa pelan.

"Kamu ini lucu loh, dia kan calon suami kamu loh nak, wajar dong."

"Ya setidaknya mama bilang dulu ke Alina, biar gak terketjoet setengah mati kek tadi."

"Ya udah lain kali mama bilang deh."

"Dih udah terlanjur" mama malah tertawa.

" Kalo gitu kamu siap siap gih." perintah mama.

"Lah mau kemana emangnya? Alina pengen streaming dulu ma, gak bisa ditinggal nih. bias baru comeback ."

"Dih kamu ini. Bentar lagi doi mu datang. kan mau fitting baju buat lamaran yang katanya dipercepat."

"WHAAAAT?!" pekikku.

" Kenapa bilangnya mendadak gini sih? mama tahu gak sih, alina tuh kalo mau ketemu sama 'om' itu kudu jalanin ritual dulu biar engga hujat dia. kan ntar jadinya ribet."

"Lah tadi kan Leonardo udah telpon kamu sih? masa dia belum bilangin kamu"

"Wait ma, kenapa kok udah disuruh fitting baju sih? jangan bilang lamarannya udah deket deket ini ya?"mama terkekeh.

"Engga kok, masih dua minggu lagi."

"Ma? gak lucu banget sih. ngapain di percepat."

"Lebih cepat lebih bagus nak." jawab mama sok tegas.

"Hilih ya gitu, kalo udah tahu om- om yang ngebet kawin jangan cari sama bocah yang masih pengen jalanin masa mudanya. yakali ma aku-"

"Assalamualaikum tante." suara seseorang dari ambang pintu ruang tamu.

aku pun langsung seketika lari ngibrit dan kembali ke kamarku dan meninggalkan mama yang sekarang tengah mengomel dan terus memanggil namaku.

Sesampai dikamar tak lupa pasti aku langsung mengunci kamarku rapat-rapat.

tok..tok..tok

"Alina, buruan siap-siap ya sayang, calon kamu udah nungguin."

"Ma! Perut Alina mules nih, kayaknya gak bisa ikut fitting baju gak apa apa kan?"

"Loh? gak bisa gitu dong, tadi kamu sehat wal afiat gitu."

"Udah gak apa apa tante, kalo alinanya gak bisa ikut biar Leonardo pergi sendiri." sahut om itu.

'Dih, sok baik banget om genit yang ngebet kawin itu' batinku

"Ya sudah gini aja, kamu pergi sama tante aja."

"Adek yakin gak ikut ya? nanti gak usah protes soal bajunya ya."pekik mama.

"Iya nyai kanjeng." jawabku pelan hampir tak terdengar.

Aku memandangi poster Taehyung yang melekat di dinding dekatku berdiri.

'Abang emphi.. adek gak mau kawin dulu bang, rasanya kok suckid ya bang.' gumamku.

oke, jiwa ke fangirl an ku memang sudah sedikit akut, halu ku sudah tingkat kabupaten.

Untuk ke sekian kalinya lagi aku berpikir, haruskah aku kabur dari masalah ini? coba bayangkan! sebentar lagi kalian akan bertunangan dengan orang yang sama sekali belum aku kenal dan belum pernah melihat rupa jelasnya.

Sebenarnya aku berniat untuk kabur dari rumah dan pergi ke rumah temanku. tapi, mengingat kalau dulu aku ini home schooling dan aku cukup membatasi dalam berteman membuatku tidak punya kawan akrab. mungkin aku punya sepupu yang aku anggap seperti sahabatku tapi, tidak mungkin aku kabur kerumahnya sedangkan keluarganya telah mengetahui tentang perjodohan ini. kan sama sekali tidak mungkin.

Aku membuka mataku dan melihat kearah pintu balkon yang terbuka dengan langit yang semulanya terang kini sudah berubah menjadi gelap.

'Ah,sudah malam ya? mama pasti sudah pulang."

tiba-tiba hidungku mencium aroma sedap yang berada di meja belajarku. aku langsung bergegas keluar dari selimut

wait selimut? Memangnya aku tadi sempat pakai selimut ya sebelum tidur? bukan nya aku tadi tertidur?

Bodo amat yang penting makan, hehe

Cepet di makan, mumpung masih hangat. lekas sembuh ya

-yours

Aku langsung mengepalkan memo tersebut dan membuangnya asal.

'Udah tua, masih ganjen, tapi kan makanannya gak jahat jadi aku harus makan dong hehe.'

Terdengar suara mobil aku langsung mengintip dari balkon, mobil sport berwarna kuning itu keluar dari halaman rumahku.

Eh, by the way sepertinya ada yang tidak beres. aku berjalan kearah pintu dan mencoba untuk membukanya, namun ternyata masih terkunci. aku merasa lega. eh tapi, bagaimana cara makanan ini bisa sampai di meja belajarku?

Aku membawa piring tersebut ke luar balkon, dan terus berjalan sampai ke kamar seberang kamarku a.k.a kamar bang jaehyun.

lalu mengetuk pintu balkonnya.

"Abang, sini deh."panggilku

bang Jaehyun cuma melambai kearahku.

Aku membuka pintunya langsung masuk dan duduk di kursi gaming abangku.

"Awas abang mau mabar sama adik ipar" kata abangku sambil memukul pelan lenganku.

aku tetap bergeming dan fokus makan spagetti dari om itu

"Ciee dimakan, enak ya masakannya adik ipar?"

"Hehe, bacot deh abang ni."jawabku ketus

"awas dek minggir"pintanya sekali lagi

"Gue ini kesel tau sama abang, ngapain coba abang bantuin dia masuk kamar gue? Gimana kalo dia ngapa ngapain gue" crocosku sambil begidik ngeri

"gak bakalan lah dek, Leonardo itu orang baek kok gak mungkin dia ngelakuin sebelum sah."

"Dih so tau, padahal abang juga tahu kalo dia udah ngebet kawin berarti napsu nya gede, udah tua juga jelek, pasti ga laku"

"Dih adek don't judge people by it's cover."

"astaghfirullah iya bang maap khilaf, btw kira kira gue bisa gak ya nerima dia seiring berjalannya waktu?"

"Abang yakin bisa. bisa banget, Leonardo cocok banget sama lo dek"

"Tapi bang.."

"Udah, kamu belajar nerima dia dari kekurangannya, lama kelamaan juga akan terasa indah, apalagi dia jago banget main fortnitenya, nih udah nyambung di discord, barang kali mau ngomong?"

"GAK MAKASIH, gue balik kekamar dulu."

Saat berjalan menuju kamarku aku memutuskan untuk duduk santaibterlebih dahulu di kursi nyamanku yang berada di balkon, menatap langit dan mulai merenungkan kesalahan kesalahan yang aku lakukan belakangan ini.

"Belajar menerima dia dari kekurangannya..

sesempurna apa sih aku? kok aku sepertinya menuntut om itu yang notabenenya akan menjadi suamiku untuk menjadi orang yang sempurna?

Benar juga abang, aku ini juga banyak kesalahan dan kekurangannya lalu kenapa aku bersikap rakus dan egois.

Aku harus belajar untuk menerima dia, sejelek dan berapapun kekurangan yang ada pada dirinya karena aku yakin pasti masih ada sisi positif yang terselubung disana.

-o0o-

Mendekati hari H pertunangan Alina dengan Leonardo membuat keadaan rumah Alina yang menjadi sangat ramai akan keluarga yang berdatangan, dan tentunya para asisten keluarga sangat sigap membersihkan tiap sudut rumah yang cukup besar dan megah ini.

seperti biasa, Alina yang selalu bangun kesiangan akibat selalu begadang menonton drama korea favoritenya, bagaimana tidak begadang kalau tiap ia melihat 1 serial drama ia tidak akan berhenti kecuali ia sudah menontonnya hingga akhir episode drama tersebut.

"Akhirnya kebo nya bangun" ujar bang Jaehyun.

Aku meliriknya sinis, lalu menjulurkan lidah kearahnya.

"Ada apaan nih bang, kok banyak orang begini sih? tumben tumbenan"

"Dek! Ini udah H - 3 loh? bentar lagi kamu tunangan. gimana sih?"kata bang Jaehyun sambil mengguncang pundak Alina.

"Dih lebay, plis deh abang ini loh lebay banget sih, btw bang lo suka gak sih sama si om itu?."

Dia mengerucutkan bibirnya lalu menatap keatas.

"Suka aja dek, dia baik kok, tampangnya masih bisa diterima sih, meskipun masih gantengan abang daripada dia."

"Nah kalo gitu abang aja yang nikah sama dia, kayak nya abang udah naksir berat ya?" ucap alina asal.

"Abangmu ini normal loh dek, masih doyan cecan" protes bang Jaehyun. Alina langsung kabur sebelum abangnya menjitaknya.

Alina's pov

"Good morning ma" sapaku pada mama yang terlihat sibuk mengeceki tanaman hias yang ada didalam rumah.

"Ini udah siang loh dek."

"Hehe, tadi Alina udah bangun pagi kok, tapi masih mager buat keluar kamar hehe."

"Hilih, tadi mama masuk kamar kamu pagi pagi masih ngebo."

"Hehe."

"Nanti kalo udah jadi istri, bangunnya yang pagi ya sayang."

"Hmm" gumamku. mama terus memberiku tentang nasihat-nasihat yang akan berguna saat aku menjadi milik orang lain, sebenarnya aku sangat malas untuk mendengarkannya namun, mama terlihat sangat antusias saat menjelaskannya semua kepadaku, jadi aku tidak tega untuk mengabaikannya.

"Iya - iya ma, Alina paham, lagian masih lama juga kan nikahnya. Alina masih 18 tahun loh ma."

"Nikah muda enak loh dek, mama dulu nikah juga di umur yang sama kayak kamu."

"Tapi kalo nikahnya sama orang yang kayak papa siapa yang nolak sih? papa kan cogan banget semasa mudanya."

"Hayo, nilai dari fisik lagi."

"Astaga enggak ma, ga sengaja."

"Hai Alina" sapa seseorang sontak aku menoleh.

Aku mengernyitkan pandanganku, karena aku tidak tahu siapa wanita paruh baya yang sangat cantik dan tengah berdiri di hadapanku sekarang.

"Siapa?" tanyaku spontan sambil tersenyum canggung.

Mama menepuk pundakku pelan.

"Sayang ini mamanya Leonardo." kata mama, lalu wanita paruh baya itu tersenyum.

"Seriously tante?" sekali lagi aku masih terpana dengan kecantikan dari mama Leonardo.

"Jangan panggil tante dong, kamu panggil mami ya dari sekarang." jawab mami Leonardo sambil tersenyum sangat hangat.

"Oh okay, mami hehe" terdengar sangat canggung namun aku tetap memaksakannya.

Untuk sekian kali otakku mengeluarkan beberapa konspirasi yang cukup mengusik pikiranku.

'Kayaknya maminya Leonardo bernasib sama kayak gue, dipaksa menikah sama orang yang ew- kalian tahu sendiri kan? bisa dilihat dari wajahnya yang sangat terlihat cantik ini, tidak mungkin dia menghasilkan produk gagal seperti om itu kalau bukan karena suaminya yang -ups juga.'

"Alina, kok bengong sih?' tanya mami Leonardo.

"Eh iya maaf tan- eh mami "

"Alina,mami yakin kamu sama Leonardo sangat cocok, kamu cantik banget pasti bikin Leonardo yang usil jadi betah dirumah, dia pengennya kelua terus biar bisa ketemu kamu."

deg!

Aduh ganjen banget sih om itu, untung mamanya baik ya.'

"Hehe iya mungkin ya mam, kalau gitu Alina pamit mau kesana dulu hehe" pamitku.

Aku langsung berjalan luamayan cepat, sungguh aku benar-benar tidak menyukai susasa canggung yang baru saja terjadi.

Aku menuju ke dapur dan bi Yuni menghampiriku

"Matcha kan non? Kayak biasanya" ujarnya

aku mengangguk.

"eh tapi bi, aku mau bikin sendiri." protesku

"eh, calon manten itu diem aja, harus santai ga boleh lakuin kerjaan berat."

"Dih apaan sih bi, bikin minuman kan bukan kerjaan berat."

"Bentar lagi udah siap kok non." kata bi Yuni.

Aku melihati ke seantero ruangan ini masih banyak orang yang berlalu lalang,aku tidak tahu apa yang mereka lakukan tapi yang aku rasa mereka ada tim wedding operation yang akan mendekor rumahku.

"Bi habis ini fotoin Alina ya?" pintaku

"Ashiap beres non, foto bare face aja non cantik hehe."

Aku memberikan ponselku kepada bi Yuni kemudian ia memotretku beberapa kali .

"Ganti gaya non."

"Lagi"

"Sekali lagi"

"Uh cantik"

Lalu aku menahan tawaku.

"Bibi ini paling totalitas kalau disuruh fotoin orang. makasih ya bi."

'upload gak ya?'

Aku terus menscroll hasil jepretan bibi yang seperti biasa, pastinya sangat bagus, akhir akhir ini aku menjadi sangat malas untuk mengupload apapun ke sosial media, entahlah aku sangat tidak mood untuk menampakkan wajahku yang sekarang.

Apalagi aku khawatir kalau segelintir orang yang mengenalku telah mendengar kabar burung kalau aku akan segera menikah pasti akan sangat gawat.

Ting~

1 pesan belum dibaca

"Jalan yuk?"

read

Idih. Om ngajakin jalan Mending nonton drakor daripada jalan sama dia.

Ponselku kembali berbunyi.

"Gak mau ya? maaf ya aku gangguin."

read

Nah gitu dong sadar diri, lagian tiga hari lagi kan juga bakalan ketemu. kok udah ngebet ketemu banget sih, jadi geli sendiri.

"Alina, Leonardo didepan tuh." kata bang Jaehyun yang tiba-tiba muncul dari pintu kamarku.

Aku langsung melempar boneka pandaku kearahnya.

"Abang pergi gak! Alina lagi kesel nih."

"Lo mah keknya gak pernah gak kesel dek. suntuk mulu bawaannya, sensi mulu."

makin aku menajamkan pandanganku kearahnya.

"Eh iya maap." abang langsung ngibrit pergi.

Dengan sigap aku langsung mengunci pintu kamarku dan tetntunya tidak lupa aku mengunci pintu balkonku juga, aku tidak akan membiarkan kesalahan yang sama akan terulang kembali.

aku melihat keluar dan bertenggerlah disana mobil sport berwarna merah.

'Anjir, mobilnya banyak bener yak? makin yakin nih, gue kalo nikah sama om itu dikirain cuma pengen morotin hartanya doang.'

Ting!

Aku langsung mengecek ponselku

Mom send pic

Mom : Bagus ya gaunnya?

Woah, Aku tercengang. Gaun ini sangat indah.

Mom : Eits tapi ini buat nanti pas resepsian. kalau buat pas tunangan besok yang simple but glamor ya.

Alina : Terserah

Mom : Gitu amat jawabnya, yang semangat dong.

Alina : hmmm

Aku meletakkan ponselku.

Demi apapun, gaunnya sangat cantik, aku sangat menyukainya, dan sejujurnya aku ingin sekali untuk segera memakainya, kalau saja aku tidak menikah dengan om itu, pasti aku sudah mencobanya saat fitting baju.

Good bye pernikahan ala princess ku, back to reality kalau suami kamu hanya om om Alina!

avataravatar
Next chapter