About Ours

Arkan mengunyah permen karet sementara matanya masih tertaut pada gadis yang masih asyik memantulkan bola basket ke tanah. Gadis itu mendadak terhenti dan balik menatapnya. "Ngapain sih liatin gue? Ada yang aneh emangnya?" Nada jengkel itu terdengar indah di telinga Arkan. Membuat pria setengah bule itu tersenyum kecil. "Gak papa kok. Cuma lagi nglamun aja." Si gadis menghela napas. "Ish, lo mah aneh. Masa yang main basket cuma gue doang. Ayo, dong. Ikutan kali. Gerakin badan lo tuh biar gak loyo lagi." Arkan menggeleng. "Udahlah. Capek. Mending lo sini deh. Temenin gue. Gue mau curhat." "Curhat apaan sih?" Walau enggan. Tapi wanita berambut terkuncir kuda itu masih saja mau menuruti teman sekelasnya untuk duduk bersebelahan dengannya. Ia rebut botol minuman yang digenggam Arkan. Sedikit memercikkan ke leher. Yang tanpa sadar malah membuat Arkan terbengong dengan raut terpesona. "Ya udah ngomong. Kok malah bengong. Ah lo mah kebiasaan." Arkan tersadar dan berusaha untuk bernapas normal. Hatinya berdebar kencang. Ia terpejam sebentar. "Senja, gue..." Senja menatap Arkan. Menunggu dengan serius. "Gue..." Arkan seketika membuka mata dan beralih balik menatap Senja. "Gue suka sama lo. Mau gak jadian sama gue?" Terlalu cepat. Sampai-sampai Senja hanya terbengong. Sulit menjawab. Masa dia pacaran sama sahabat sendiri. Duh, gimana nih?