webnovel

Abjad E

Istana Queenland

"Permisi, nyonya ratu ini tie daun sier nya" Batur berpakaian serba rapi, menyerahkan minuman khas Queenland, yang ia taruh diatas meja kamar ratu.

Batur Leen Su membungkukkan badannya kemudian memeluk nampan besi dan bersiap untuk keluar dari kamar Ratu.

"Eits, kau siapa? Leen Su? iya kan?" Otak ratu Viston berputar, jarinya menunjuk ke arah Batur Leen Su.

Langkah nya berhenti.

"Iya, Nyonya Ratu, saya Leen Su" mendengar hal itu. Ratu Viston tersenyum sinis kemudian bangkit dari duduknya. Ia mendekati Batur polos berumur 25 tahun itu.

"Ah, ya! Kau memang Leen Su, tapi jiwamu bukan Leen Su kan?!" Ratu Viston kemudian tertawa. Kembali duduk dan meminum tie nya lagi.

"Saya Leen Su nyonya ratu, jiwa saya juga Leen Su, apa saya bisa permisi sekarang?" Batur itu kembali membungkuk badannya.

Ratu Viston mengangguk, dan kembali menyeruput tie nya.

Batur Leen Su yang kebingungan mengomel sepanjang jalan.

"Apa maksud nyonya ratu? Aku Leen Su, jiwaku juga Leen Su? Lalu kenapa Nyonya Ratu bertanya seperti itu? Sungguh aku tidak paham"

Omelan tak berguna itu membuatnya menabrak Batur Cei yang membawa pakaiannya entah kemana.

"Arghh!"

teriak mereka berdua.

"Aku minta maaf Batur Cei, aku tidak melihat ada orang di persimpangan. Biar ku bantu" Tangan Batur Leen Su bersiap mengambil pakaian-pakaian Batur Cei. Tetapi tangannya terburu dipukul Batur disampingnya itu.

Plak!

"Hei?!" Leen Su, yang berniat baik, dibuatnya kaget.

"eh, maksudku, aku tidak berniat memukulmu Batur Leen Su, ada nyamuk di tanganmu" Batur Cei kemudian mengelak, ia sibuk mencari beribu alasan. Takut, kalau batur Leen Su mengintrogasi nya

"oh, aku pikir.." Batur Leen Su tertawa. Kemudian hanya menatap Batur Cei yang sibuk memungut pakaian yang dimana-mana.

"sebentar, tanganmu bagaimana? Sudah diobati Sill?" Alis Batur Leen Su terangkat, matanya sibuk mencari celah, diantara pakaian-pakaian yang menutupi tangannya.

Batur Cei hanya menggeleng pelan.

"Sill belum mengobati nya?! lantas tadi dia mengajakmu tabib istana untuk apa?" Batur Leen Su tercengang. Ia hanya bisa menggelengkan kepalanya berkali-kali.

"Tabib istana sedang keluar, Aku dan Senior Sill menunggu tadi, tapi tabib istana tak juga datang, tiba-tiba ratu Viston memanggil Batur Sill, tapi lama sekali, jadi aku memutuskan untuk keluar dari ruangan tabib istana. Tapi, lukanya sudah tak berdarah lagi kok, mungkin beberapa hari lagi sembuh" Batur Cei kemudian tersenyum.

"Tapi, jika belum sembuh-sembuh juga, kau bisa membawanya ke tabib lain, jangan tabib istana, bisa jadi ratu Viston menyelipkan sihir" Batur Leen Su memperingatkan.

Kemudian meraih tangan Batur Cei dan berkata, "coba lihat"

Batur Cei menggigit bibirnya.

Batur Leen Su membolak-balikan tangan Batur baru itu.

"Ini masih parah, segeralah berobat, kalau perlu aku akan temani, eh, iya masakannya! aku akan ke dapur ya!" Batur Leen Su buru-buru Pergi ke dapur istana berlari sekencang mungkin. Sadar, kalau ia memasak untuk para prajurit di waktu pergantian prajurit. Sementara waktu istirahat para Batur sudah usai.

Batur Cei kemudian menyusul berlari, ia juga punya acara penting, berbelok di persimpangan dekat ruangan Ilmuwan kerajaan dan menuju ke arah belakang istana. Tak ada yang curiga. Apa yang sebenarnya akan ia lakukan.

***

"Ini pakaian mu, pakailah, pakaian bumi akan membuat orang-orang curiga, kau akan aku ajak bekerja di istana, baik?" Tangan Batur Cei menyerahkan pakaian dunia abjad yang ia beli di pasar kain.

Kepada siapa ia menyerahkan pakaian itu?

mereka adalah tokoh utama.

Darla dan Yerlla.

Bisa dikatakan pakaian perempuan dunia Abjad seperti gaun dengan rok memanjang sampai bawah. Tapi tak terlalu ribet simple hanya saja rok nya lebar dan tebal.

Sementara pakaian laki-laki berupa celana panjang dan baju biasa.

Bersama Batur Cei? di belakang istana?

"Terimaka-sih" Darla mengambil pakaian itu dari tangan Batur Cei.

"Siapa nama kau? Ce-Cei iya kan?" Yerlla memastikan. Matanya sibuk mengagumi pakaian dunia Abjad, tapi pikirannya masih ke arah nama Batur baru itu.

"Iya, namaku Cei, ingat jika di istana panggil aku dengan nama Batur Cei, karena aku lebih tua, Tapi orang-orang biasa memanggil orang yang lebih tua dengan namanya saja, tapi tak sopan untuk orang baru seperti kalian" Darla dan Yerlla hanya mengangguk, kemudian menuju ke arah kamar mandi di belakang istana dan berganti pakaian.

"aku akan menjaga di luar, dan nanti kita lewat depan istana" Batur Cei berjalan ke arah pintu belakang.

Ilmuwan kerajaan yang berjalan ke arah belakang istana dan berkata, "Hei, kau Cei!"

Batur Cei seketika tersentak kaget. Kemudian menelan ludah.

"I-iya? Saya?" Batur Cei memastikan, Disana Ilmuwan kerajaan mengangguk.

"Berhati-hatilah jika membawa bocah bumi itu kesini, Ratu Viston sudah mengenal mereka, ingat? Bawa mereka keluar istana saja, kau bisa menjenguknya nanti" Ilmuwan kerajaan berkata pelan. Suaranya seperti baru saja meminum obat ramuan pengantuk yang ia racik.

"Da-dari mana anda tahu? Tolong rahasiakan ini ilmuwan kerajaan" Batur Cei bingung harus bekerja apalagi jika ia ketahuan oleh salah seorang yang penting bagi Ratu Viston.

"Baiklah, tapi ingat aku akan terus mengincar mereka berdua untuk kujadikan penyelidikan ku pasal pulpen Abjad" Ilmuwan kerajaan kemudian memasuki ruangannya dan menutup pintu rapat-rapat. Sepertinya ia baru saja tertidur pulas akibat ramuan yang ia racik, tapi ternyata penelitiannya gagal, karena ramuan yang ia racik itu tak berfungsi jika ada orang yang berbicara sekalipun berbisik ramuan itu membuat korbannya mendengar apa yang dibicarakan.

"Apa yang aku lakukan? Aku tidak tahu" Gumamnya yang terus menunggu Darla dan Yerlla siap.

Sementara Batur Cei menunggu, Yerlla dan Darla sibuk kebingungan cara memakai pakaian yang mereka pegang.

"Bagaimana ini?" Darla memecahkan misi barunya sendiri.

Sementara Yerlla di kamar mandi sebelah hanya terdiam menatap pakaiannya. Dan mengulur tali yang di selinapkan di pinggang pakaian.

"Ow!" Serunya.

Ia membayangkan Batur Cei mengenakan pakaian Dunia Abjad.

Yerlla kemudian tersenyum.

Darla yang berada di kamar mandi sebelah juga ikut paham ketika Yerlla meneriaki nya "Pakailah dengan mengulur tali yang ada di belakang pakaian itu kau akan paham ini seperti memakai gaun di bumi! hanya saja ini lebih sedikit berbeda. Lebih Pahamnya kau bisa membayangkan Batur Cei memakai pakaian dunia ini" Sepertinya itu yang di teriakan Yerlla.

Sementara Batur Cei terus mengginggit bibir, dan berpikir "bagaimana bisa aku menitipkan mereka kepada keluargaku?" Sambil mondar-mandir di depan kamar mandi.

"Bagaimana ini? kasihan mereka" Pikirnya lagi yang kemudian cemas bagaimana ia bisa membawa mereka ke istana.

"Hah, iya!" Seru Batur Cei. Ia mendapat ide yang bisa ia lakukan agar Darla dan Yerlla aman.