1 Bab 1

Bab 1-Prolog

Kau buat siangku jadi gelap, dan malam semakin gulita

Kau buat beberapa menit lalu aku gembira, untuk kemudian bersedih hati

Wahai perasaan

Kau buat aku berlari di tempat

Semakin berusaha berlari, kaki tetap tak melangkah

Kau buat aku berteriak dalam senyap

Kau buat aku menangis tanpa suara

Kau buat aku tergugu entah mau apalagi

Wahai perasaan

Kau buat aku seperti orang gila

Mengunjungi sesuatu setiap saat, untuk memastikan sesuatu

Padahal buat apa?

Ingin tahu ini, itu, untuk kemudian kembali sedih

Padahal sunggu buat apa?

Wahai perasaan

Kau buat aku seperti orang bingung

Semua serba salah

Kau buat aku tidak selera makan, malas melakukan apapun

Memutar lagu itu-itu saja,

Mencoret-coret buku tanpa tujuan

Mudah lupa dan ceroboh sekali

Wahai perasaan

Cukup sudah

Kita selesaikan sekarang juga

Karena,

Jalanku masih panjang

Aku berhak atas petualangan yang lebih seru

Selamat tinggal

Jalanku sungguh masih panjang.

By Tere Liye

***

Abel menutup album pernikahan yang selama ini ia simpan rapat rapat. Ia tak sengaja menemukan album kenangan itu saat tengah membersihkan gudang rumahnya. Sebuah pernikahan suci yang seharusnya bisa ia jaga kini hancur berkeping-keping. Abel memang menyayangkan pernikahannya yang telah kandas, tapi ia tak pernah menyesal pernah di nikahi oleh seseorang yang paling ia cinta di dunia ini selain kedua irang tua dan tentu juga putri cantiknya.

Tes....

Ia segera menghapus bulir bulir air mata yang keluar dari mata indahnya. Abel sempat berpikir bagaimana keadaan dirinya sekarang? Apakah ia baik baik saja dengan pernikahannya? Apakah mereka sudah menambah anak lagi? Dan masih banyak hal yang sangat ingin Abel tanyakan kepadanya. Tapi untuk apa? Ia tak ingin terus larut dalam kesedihannya.

Abel sangat yakin dirinya juga sudah bahagia dengan pasangannya yang baru dan juga anak mereka. Abel pun juga harus bahagia seperti mereka. Ia harus menjadi ibu yang tangga yang kuat dan tangguh demi putri semata wayangnya. Ia tak boleh terlihat sedih. Renata tidak boleh melihat kesedihannya. Cukup saja ia yang rasakan Renata jangan.

Hanya Renata yang ia miliki saat ini. Hanya Renatalah alasan dirinya untuk tetap hidup bahagia hingga saat ini. Mungkin salahnya jika menyembunyikan keberadaan Renata dari ayah kandungnya tapi mungkin ini jalan yang terbaik baginya. Mungkin suatu saat nanti jika dirinya siap dan memang Allah sudah mengharuskannya untuk bercerita tentang keberadaan ayahnya, Abel akan bercerita. Ia berharap hari itu akan datang disaat Renata sudah memahami apa yang sebenarnya terjadi.

Di saat tengah merenungi pernikahannya, ia mendengar suara yang amat ia kenal. Suara teriakan putrinya yang baru pulang sekolah. Ia segera menyimpan buku album kenangan itu setelah mendengar suara derap langkah kaki yang mengarah kearahnya. Ia menyeka air mata yang membasahi pipinya.

"Bundaaa...." teriak seorang gadis memanggil manggil namanya. Abel membenarkan dirinya. Ia tak ingin malaikat kecilnya itu melihat bekas tangisan diwajahnya. Sebisa mungkin putrinya tak boleh melihat dirinya menangis. Untungnya ada kaca yang menggantung disana, Abel buru buru memeriksa wajahnya.

Wajahnya sangat merah karena tangisan. "Aduh gimana nih. Merah banget lagi. Kalo Rere tau gawat." Ucap Abel panik. Ia mencoba berbagai cara untuk menghilangkan rona merah di wajahnya. Lagi lagi suara teriakan pun terdengar.

"Bundaaaa... Bundaaa..." teriak gadis kecil itu mencari cari dirinya. "Bunda dimana sih?!" gerutu Renata putrinya.

"Disini sayang di gudang. Bunda lagi beresin gudang nak." ucap Abel agak keras. Tak lama langkah kecil itu pun semakin mendekat. Abel melongokkan kepalanya dari pintu dan tersenyum melihat wajah putrinya.

"Nah ini bunda." ucap Renata Putri cantiknya bersama Dito.

"Assalamualaikum Bunda." ucap Renata sambil mencium tangan bundanya.

"Waalaikumsalam nak." jawab Abel sambil mengelus rambut dan wajah putrinya yang sangat mirip dengan Dito sang ayah. Renata adalah cerminan Dito versi perempuan. Terkadang Abel kesal sendiri bagaimana bisa wajah putrinya harus sangat mirip dengan papanya. Padahal ia yang mengandung selama 9 bulan dan melahirkannya sendiri tanpa di dampingi mantan suaminya, tapi kenapa hanya wajah Dito yang tercetak jelas di wajah putrinya sedangkan dirinya hanya dapat senyum dan tawanya saja.

***

"Gimana sekolahnya sayang? Seru ngga?" tanya Abel tentang kegiatan putrinya di sekolah.

"Seru banget bunda. Rere banyak ketemu temen temen." jawab Rere antusias. Abel tertawa mendengar celotehan putrinya tentang hari pertama ia bersekolah.

"Alhamdulillah... Yaudah yuk kita keluar dari sini. Princessnya bunda pasti udah kelaperan kan." ucap Abel sambil menuntun putrinya keluar dari gudang. Ia segera mengunci gudang yang selama ini menyimpan kenangan masa lalunya.

Abel jadi teringat salah satu Quotes dari salah satu penulis favoritnya. Tere Liye. Ya.

Abel terus mengingatnya. Karena ia yakin kalau jodoh tak kemana. Ada hal yang lebih penting untuk ia pikirkan saat ini dibanding menangisi masa lalu.

Saat ini Renata tengah mengerjakan tugas sekolahnya. Ia tampak kebingungan memilih warna yang akan di pakai untuk mewarnai. Abel tersenyum melihat putrinya yang tengah tidur tengkurap dengan pantatnya yang bergoyang goyang. "Sayang mewarnainya yang bener donk. Sambil duduk jangan nungging kayak gitu." Ucap Abel sambil membenarkan posisi putrinya.

"Ngga enak bunda."

"Badannya nanti pegel pegel loh. Bunda udah beliin meja sama kursinya tapi ngga mau dipake aneh deh." Abel menyerahkan meja dan kursi untuk putrinya. Renata pun duduk manis disana dan kembali melanjutkan kegiatan mewarnainya.

"Tuh kan kayak gini lebih baik sayang. Punggungnya Rere ngga akan pegel kalo mewarnainya di atas meja kayak gini." Renata nyengir mendengar ucapan bundanya.

"Yang pinter ya sayang. Buat bunda bangga." Ucap Abel sambil mengelus rambut putrinya.

"Papa juga kan Bunda." Celetuk Renata. Lagi lagi putrinya selalu membawa bawa ayahnya. Abel tersenyum dan mengangguk, "Iya sayang. Buat papa dan bunda bangga sama Rere."

"Kalo Rere bisa bikin papa bangga, apa papa bakalan pulang bunda?" tanya Rere penuh harap. Abel kembali merasa sedih. "Insya allah sayang." Abel mengecup dahi putrinya.

***

Sementara itu ditempat lain Dito tengah termenung di ruang kerjanya sambil menatap lalu lintas Kota Bandung yang cukup padat hari itu. Sudah hampir 6 tahun ia mencari keberadaan Abel. Sejak perceraian mereka Abel dan keluarganya menghilang begitu saja tanpa ada kabar.

Selama 6 tahun ini Dito merasakan penyesalan yang teramat sangat. Selama 6 tahun ini Dito hidup dalam penyesalan yang sangat dalam. Melukai hati wanita yang ia cintai saja sudah membuatnya sangat menyesal apalagi harus berpisah. "Kamu dimana sayang? Aku kangen kamu…" gumamnya menatap sendu jalanan kota Bandung.

TBC

avataravatar
Next chapter