5 Episode 05

Keesokan harinya.. 

Purwokerto 

Di rumah pak Joko 

Di ruang tv.. 

"Tumben semangat Fandi, biasanya galau mulu", kata bu Sri dengan heran. 

"Gimana gak semangat bu, sekarang kan sudah punya pacar, ya kan Fandi ?", tanya Arfan. 

"Iya dong, pacar baru hehe..", jawab Irfandi. 

"Ya sudah bu, pak, aku berangkat kerja ya", kata Irfandi yang pamit untuk bekerja. 

"Inggih ngger" 

(Iya nak..), seru pak Joko. 

"Ati-ati neng dalan nggih" 

(Hati-hati di jalan ya), sambung bu Sri. 

"Inggih pak, bu, assalamu'alaikum" 

(Iya pak, bu, assalamu'alaikum), Irfandi memberikan salam pada pak Joko, bu Sri, dan Arfan.

"Wa'alaikumussalam", pak Joko, bu Sri, dan Arfan menjawab salam dari Irfandi. 

"Alhamdulillah kenyang dan selesai, ya sudah pak, bu, saya juga langsung pamit saja deh", kata Arfan yang juga pamit pada ayah dan ibu nya. 

"Nggih.." 

(Ya..), seru pak Joko lagi. 

"Ati-ati neng dalan nggih ngger.." 

(Ati-ati di jalan ya nak..), sambung bu Sri lagi. 

"Nggih, assalamu'alaikum" 

(Ya, assalamu'alaikum), Arfan memberikan salam pada ibu dan ayah nya. 

"Wa'alaikumussalam", pak Joko dan bu Dewi menjawab salam dari Arfan. 

Bandung 

Di rumah pak Krisna 

Di meja makan.. 

"Bude selai nya dong", pinta Titah. 

"Selai yang mana sayang, coklat, kacang, strawberry, blueberry, nanas, atau markisa ?", tanya bu Dewi. 

"Selai kacang dan coklat, bude..", jawab Titah. 

"Oke.., ini selai nya sayang..", kata bu Dewi yang memberikan selai pada Titah. 

"Terimakasih bude", sambung Titah. 

"Sama-sama", kata bu Dewi lagi. 

"Oh ya tah, kamu itu kan sudah pakde dan bude anggap anak pakde dan bude sendiri, jadi jangan panggil pakde dan bude lagi dong", kata pak Krisna. 

"Terus aku panggil pakde dan bude apa ?", tanya Titah. 

"Ya seperti mas mu yang lain", jawab bu Dewi. 

"Ayah dan mama gitu ?", tanya Titah. 

"Betul, betul, betul..", jawab bu Dewi. 

"Pasti Pras mau bilang seperti itu kan ?", tanya pak Krisna. 

"Hehe, iya..", jawab Pras. 

"Sudah seperti Upin dan Ipin saja", kata Titah. 

"Hehe.., hehe..", semua yang ada di meja makan. 

"Punten, pak Krisna jeung bu Dewi" 

(Permisi, pak Krisna dan bu Dewi), kata mang Udin. 

"Muhun.." 

(Iya..), seru pak Krisna. 

"Aya naon ?" 

(Ada apa ?), tanya pak Krisna lagi. 

"Abdi hayang memberitahu lamun mobil na atos siap pak Krisna" 

(Saya ingin memberitahu kalau mobilnya sudah siap pak Krisna), jawab mang Udin. 

"Oh oke, anjeun antos wae di jabi, sakedap deui rengse naha mumuluk na" 

(Oh oke, kamu tunggu saja di luar, sebentar lagi selesai kok sarapannya), pinta pak Krisna. 

"Muhun, siap laksanakan pak Krisna"  

(Iya, siap laksanakan pak Krisna), mang Udin melaksanakan perintah dari pak Krisna. 

Purwokerto 

Di pangkalan ojek.. 

"Fan..", seru Arif. 

"Ngapa rif ?" 

(Kenapa rif ?), tanya Arfan. 

"Inyong delok kok sepertinya ada sing seje gitu nang Irfandi, katon seneng banget, anyar oleh bebungah apa saka bapak mu, fan ?" 

(Saya lihat kok sepertinya ada yang beda gitu pada Irfandi, kelihatan senang banget, baru dapat hadiah apa dari bapak mu, fan ?), tanya Arif juga. 

"Hadiah, ora, ora oleh bebungah saka bapak, dheweke seneng kaya kuwi amarga cintanya neng tampa karo wedok sing anyar beberapa dina dheweke dekati" 

(Hadiah, tidak rif, tidak dapat hadiah dari bapak, dia senang seperti itu karena cintanya di terima dengan perempuan yang baru beberapa hari dia dekati), jawab Arfan. 

"Oh maksudmu pdkt gitu ?", tanya Arif lagi.

"Ya, dadi semangat kaya kuwi, malah apik kan kaya kuwi, daripada merengut wae kaya wingi" 

(Ya, jadi semangat seperti itu, malah bagus kan seperti itu, daripada cemberut saja seperti kemarin), jawab Arfan lagi. 

"Iya sih apik kaya kuwi daripada kaya wingi" 

(Iya sih bagus seperti itu daripada seperti kemarin), kata Arif. 

"Fan, rif, narik dulu ya", kata Irfandi. 

"Nggih Fandi.." 

(Ya Fandi..), seru Arfan dan Arif. 

Bandung 

Di rumah pak Krisna 

Masih di meja makan.. 

"Sudah selesai belum sarapannya ?", tanya pak Krisna. 

"Sudah..", jawab anak-anak pak Krisna. 

"Ya sudah kalau begitu ayah dan mama tunggu di depan ya", kata pak Krisna. 

"Cepat, jangan lama ya, sudah jam berapa ini, nanti nyampenya malam banget", sambung bu Dewi. 

"Iya mah..", seru anak-anak. 

"Emm dik, mas mau tanya dong boleh ?", tanya Pras. 

"Boleh, emang mau tanya apa sih ?", tanya Titah juga. 

"Kamu kenapa sih, aneh, sekarang suka senyam senyum sendiri, sudah punya pacar baru ya ?", tanya Tiyo. 

"Iya emang, hehe..", jawab Titah. 

"Haa.., serius ?", tanya Pras. 

"Iya, sudah yuk ke mobil mama dan ayah sudah tunggu di depan tuh..", jawab Titah. 

Di depan rumah.. 

"Itu dia anak-anak", kata bu Dewi. 

"Langsung masuk ke mobil dan langsung berangkat saja", sambung pak Krisna. 

Di mobil pak Krisna.. 

"Orang mana ?", tanya Tiyo. 

"Orang Purwokerto", jawab Titah. 

"Oh orang Purwokerto", seru Renaldy, Tiyo, dan Pras. 

"Kenapa sih kalian ribut, ngeributin soal apa sih ?", tanya bu Dewi. 

"Soal pacar barunya Titah, mah..", jawab Tiyo. 

"Oh gitu.., orang mana tadi ?", tanya bu Dewi. 

"Orang Purwokerto", jawab Titah lagi. 

"Purwokerto, dekat dong dari solo, jaraknya sekitar empat jam an lah, kalau gak macet", kata pak Krisna. 

"Oh..", seru anak-anak pak Krisna. 

"Iya..", sambung pak Krisna. 

Purwokerto 

Di motor Irfandi.. 

"Kangen nih, vc saja deh sambil kerja", kata Irfandi. 

                     ** 

Percakapan Irfandi dan Titah lewat video call (whatsapp). 

"Assalamu'alaikum", Irfandi memberikan salam pada Titah. 

"Wa'alaikumussalam", Titah menjawab salam dari Irfandi. 

"Lagi ngapain ?", tanya Irfandi. 

"Lagi duduk mas di mobil", jawab Titah. 

"Oh di mobil, mau pergi ya ?", tanya Irfandi lagi. 

"Iya mau pergi mas..", jawab Titah lagi. 

"Kemana ?", tanya Irfandi lagi. 

"Mau ke solo, kan aku bilang ke mas Irfandi kemarin kalau aku dan keluarga mau ke solo, lupa ya ?", tanya Titah. 

"Oh iya lupa, hehe..", jawab Irfandi. 

"Mas Irfandi sendiri mau kemana ?", tanya Titah lagi. 

"Mas baru selesai narik nih, hehe..", jawab Irfandi lagi. 

"Oh..", seru Titah. 

"Ya..", sambung Irfandi. 

"Kamu hati-hati di jalan ya sayang, muah, muah, muah, muah..", kata Irfandi. 

"Iya kamu juga, hati-hati di jalan ya mas Irfandi sayang, muah, muah, muah, muah", sambung Titah. 

"Iya, assalamu'alaikum", Irfandi memberikan salam pada Titah. 

"Wa'alaikumussalam", Titah menjawab salam dari Irfandi. 

                     ** 

Sembilan jam kemudian.. 

Purwokerto 

Di rumah pak Joko 

Di kamar Irfandi dan Arfan.. 

"Dia sudah sampai belum ya ?", Irfandi bertanya-tanya sendiri. 

"Fandi, yeh iki bocah merengut wae, ana apa, putus cinta atau kepriwe ?" 

(Fandi, yeh ini bocah cemberut saja, ada apa, putus cinta atau bagaimana ?), tanya Arif. 

"Haa.., sapa sing putus cinta, kowe, Fandi sing putus cinta ?" 

(Haa.., siapa yang putus cinta, kamu, Fandi yang putus cinta ?), tanya Arfan juga. 

"Ora, inyong ora putus tresno rif, fan" 

(Tidak, saya tidak putus cinta rif, fan), jawab Irfandi. 

"Yen ra putus cinta ngapa merengut kaya kuwi, ra kaya neng pangkalan ojek mau, sing ceria, sing senyum-senyum dhewe, kaya wong sing ora waras ?" 

(Kalau gak putus cinta kenapa cemberut seperti itu, gak seperti di pangkalan ojek tadi, yang ceria, yang senyum-senyum sendiri, seperti orang yang gak waras ?), tanya Arif lagi. 

"Inyong bilang ora lagi putus cinta, inyong mung lagi kangen pacarku wae"  

(Saya bilang tidak sedang putus cinta, saya hanya sedang rindu pacarku saja), jawab Irfandi lagi. 

"Oh kangen, ya chat wae, sedhela kowe karo pacarmu kuwi LDR an ta ?" 

(Oh rindu, ya chat saja, sebentar kamu dengan pacarmu itu LDR an ?), tanya Arif lagi. 

"Ya LDR an, tapi dheweke lagi berada neng kampungnya kok lan gak adoh saka Purwokerto kok" 

(Ya LDR an, tapi dia sedang berada di kampungnya kok dan gak jauh dari Purwokerto kok), jawab Irfandi lagi. 

"Haa.., emang e pacarmu tinggal neng endi Fandi lan kampung e neng endi ?" 

(Haa.., emangnya pacarmu tinggal dimana Fandi dan kampungnya dimana ?), tanya Arfan lagi. 

"Dheweke tinggal bersama pakde lan bude nya neng bandung lan kampung e neng solo, salatiga" 

(Dia tinggal bersama pakde dan bude nya di Bandung dan kampungnya di solo, salatiga), jawab Irfandi lagi. 

"Oh..", seru Arif. 

"Salatiga..", sambung Arfan. 

"Inggih.." 

(Iya..), sambung Irfandi juga.

avataravatar
Next chapter