1 PROLOG

“Kau datang lebih awal Je ?” Teriak pria tampan yang tengah sibuk menuangkan minuman di meja bartender.

Melihat kedatangan seorang gadis cantik yang tak biasanya datang awal, membuat pria itu mengernyitkan dahi bingung.

“Iya, aku pulang kuliah lebih awal. Aku bosan di apartemen sendirian Mark”

“Hah ??!! Apa ?!! Aku tidak mendengarmu, musiknya terlalu kencang. Tunggu sebentar”

Suara musik yang berdentum-dentum, gemerlap lampu disco dan bau alcohol yang menyeruak bebas tidak membuat gadis itu gentar untuk berada di dalamnya. Namanya Jeanne Josephine, gadis cantik berusia 21 tahun itu adalah seorang mahasiswa kejuruan bisnis di salah satu universitas ternama di USA, Harvard University. Sesuai namanya, gadis itu sangat cantik. Tubuhnya semampai dengan rambut blonde, dark brownnya yang terurai panjang. Memiliki senyum yang indah dan mata berwarna hijau safir.

Dia hidup sebatang kara. Tanpa orang tua, tanpa keluarga, dan bahkan tanpa teman. Ia sangat tertutup kepada siapapun. Semenjak ia menjadi mahasiswa semester awal, banyak yang ingin berteman dengannya, namun gadis itu seperti menolak secara halus. Ia tidak pernah mau berinteraksi dengan siapapun, dan sampai saat ini ia hanya punya satu teman yaitu Mark.

Terkadang Mark sendiri heran, bagaimana Jean bias menghidupi drinya di Negara yang terkenal dengan biaya hidup paling mahal ini. Mengingat gadis itu tinggal sebatang kara dan hanya menjadi pekerja part time sebagai bartender. Tentunya kalian tau seberapa besar biaya hidup di Amerika. Belum lagi biaya kuliah yang harus ia keluarkan setiap 6 bulan sekali. 650 juta bukanlah uang sedikit.

Namun gadis itu seolah mampu mencukupi segalanya tanpa mengeluh sedikitpun. Saat di Tanya ia pasti mengalihkan pembicaraan. Mark sendiri tidak terlalu ingin tahu, mengingat Jean sudah mulai membuka diri dan mau berteman dengannya. Dan tentunya dia tidak akan merusaknya dengan pertanyaan konyol mengenai kehidupan pribadi Jeanne. Terkadang ia kasihan dengan Jean yang terlalu menutup diri.

Sebenarnya jika sudah mengenal baik gadis itu, ia adalah gadis yang ceria dan menyenangkan. Punya senyum khas dan sangat banyak bicara. Namun jika belum mengenalnya, ia akan terlihat acuh dan cuek dengan semua yang ada di sekitarnya.

“Sekarang katakana kenapa kau datang lebih awal ?” Kini Mark sudah duduk tepat di samping Jean, jadi mereka tidak perlu saling berteriak lagi.

“Aku pulang lebih awal, dan aku tidak mau di apartemen sendirian”

“Ini minumlah” Mark menyodorkan satu gelas orange jus yang sejak tadi dipegangnya.

Jean mengambilnya, dan meminumnya dalam sekali teguk. Mark mengernyit heran, kenapa dengan gadis itu. Dia terlihat sangat tidak bersemangat dan lebih terlihat kesal.

“Kau ada masalah ?”

“Tidak”

“Wajahmu tidak bias berbohong Je, katakana ada apa ?” Gadis cantik itu menghela nafas.

“Aku di skors dua hari”

“What ?! Kenapa ? Ada apa ?”

“Queen kembali berulah, dia menjebakku dan aku termakan jebakannya. Arghhhh aku semakin membenci gadis itu”

Mark sendiri heran kenapa gadis bernama Queen yang selalu di ceritakan menjadi teman sekelas Jean itu begitu usil dan suka sekali mencari masalah dengan Jean. Padahal Jean adalah gadis pendiam dan sudah di pastikan Jean tida pernah berinteraksi dengan gadis itu. Mark menghela nafas,

“Kau harus melawannya, jangan diam saja. Ah kau ini bodoh atau bagaimana ?”

“Aku di skors karena aku melawannya. Aku sudah muak jadi saat dia menyiramku dengan lattenya di kantin, aku langsung menarik rambutnya dan spontan tanganku menampar pipi mulus itu. Dia sengaja melakukannya karena di sana ada Ms. Rosa dan aku tidak tau jika itu jebakan. Alhasil aku di skors” Tuturnya panjang lebar.

“Coba katakana sekali lagi ?! Kau menampar Queen ??!! Seorang Jeanne Josephine, berani menampar Queen si ratu kampus ??! Bwahahahahaha” Jean mendengus kesal lalu memukul bahu Mark.

“Dia sudah kelewatan, tapi ya seperti itu. Dia punya kekuasaan jadi aku hanya bias menerima hukumanku”

“Tentu saja kau tidak salah, hanya saja kau itu bodoh. Coba saja kau tidak tertutup seperti ini, pasti banyak teman yang membantumu ketika di bully”

“Untuk apa punya banyak teman ? satu teman sepertimu saja tidak membantu. Jika banyak bukannya lebih baik, yang ada malah semakin buruk” Dengusnya.

“Hey sialan, aku kan tidak kuliah. Untuk makan saja aku susah, apalagi kuliah. Di Harvard pula. Lebih baik uangnya ku berikan pada adikku agar mereka bias makan enak. Lagipula bagaimana bias punya banyak teman malah memperburuk keadaan ? Justru bagus kau tidak lagi kesepian. Setidaknya ada yang menemanimu saat kau tak bersamaku, jadi aku tak terlalu khawatir”

“Mereka mendekatiku hanya karena aku pintar dan cantik, ah bukannya aku sombong. Tapi aku dengar sendiri mereka mengatakan itu Mark. Sudahlah aku tidak berselera membahas para kaum laknat itu. Lebih baik seperti ini. Oh iya, bagaimana kabar Lucy ?”

Lucy adalah adik Mark satu-satunya. Dia sangat dekat dengan Jean, gadis kecil itu bahkan menganggap Jean sebagai kekasih kakaknya.

“Dia baik-baik saja, dan dia selalu menanyakan mu”

“Iya nanti aku mampir, sekarang sudah waktunya kau pulang. Pergi sana, nanti Lucy menunggu”

Jeanne melihat jam sudah menunjukkan pukul 20.32 itu berarti jadwalnya bekerja sudah mulai. Dan nanti ia akan pulang pada pukul 01.00 jika manager club tidak memintanya lembur.

“Iya, aku mau membelikannya makan. Jangan lupa mampir besok Je, hati-hati”

“Okay siap”

Mark pun meninggalkan Jean yang kini tengah bersiapdi balik meja bar. Keika Jean menoleh ingin melihat kepergian Mark, Ia terkejut karena mendapati seorang pria tiba-tiba berada tepat di depan mejanya dan tengah menatapnya intens.

“Mau pesan apa ?” Tanya nya datar.

Sedangkan sang pria masih diam tak bergeming, mengamati Jean dari atas sampai bawah. Bukannya memesan pria itu justru menarik tangan Jean dan hendak mencium gadis itu dengan paksa. Tentu saja Jean berontak. Ternyata pria di depannya tengah mabuk.

“Hey brengsek, lepaskan aku!!”

“Malam ini kau akan menjadi milikku saying”

“Kau gila ?! Aku bukan jalang hey ?!!”

Bukannya melepaskan, pria itu justru mengeratkan pelukan tangannya di pinggang Jean, membuat gadis itu ingin menangis. Jean spontan menginjak kaki pria di depannya, sesaat pria itu menggeram kesakitan dan langsung menarik rambut Jean. Lkenapa tidak ada yang datang ke bar ? kebanyakan dari mereka sudah mabuk dan yang lain asik berada di lantai dansa.

Sungguh Jean butuh pertolongan saat ini juga. Jean pasrah ketika ia ditarik menuju lantai dua. Kepalanya seakan mau lepas karena tarikan pria gila itu. Saat keduanya hendak menaiki tangga, Jean merasa ada yang menarik pria gila itu dan memukulinya habis-habisan. Jeanne men olehkan kealanya dan mendapati seprang pria tampan. Ah tidak, sangat tampan tengah menghajar pria yang tadi mencium Jean dengan paksa.

Pria itu sudah benar-benar tak sadarkan diri karena bogem mentah yang dihadiahkan padanya tak main-main. Sedangkan pria tampan penyelamat Jean langsung menarik gadis itu keluar dan membawanya pergi.

“Maaf tuan tapi saya bekerja di tempat ini. Saya tidak bias keluar, nanti Manager marah. Sebelumnya saya berterimakasih sudah menolong saya” celetuk Jean takut-takut.

“Marco akan menjadi urusanku, kau tidak seharusnya berada disini ?”

“Ah apa ?!”

Jean mengernyit mendengar sang pria tampan mengetahui nama Manager di clubnya. Pria itu memasukkan Jean ke dalam mobilnya, di susul dia yang mendudukkan diri di bangku kemudi.

“T-terimakasih” Cicit Jean yang sedari tadi mencoba menormalkan detak jantungnya yang seolah ingin lepas.

Jean memainkan jari-jarinya gugup. Pria tampan itu menyadari nya dan ia hanya menatap Jean datar.

“Gerald” Ucapnya singkat.

“A-apa ? Eum maaf saya tidak mngerti” Tanya Jean, ia merutuki diri yang sedari tadi gugup karena berada di samping pria tampan ini.

“Ck, namaku Gerald”

“I-iya T-tua”

“Berhenti memanggilku Tuan, kau bukan pelayan”

Jeanne termangu. Pria di sampingnya benar-benar tampan. Rahang tegas sempurna, tubuh tegap berotot yang ia yakini di dalamnya terdapat 8 roti sobek di bagian perutnya. Mata biru safir yang indah serta caranya berpakaian dan juga nada bicaranya yang terdengar begitu tegas. Semua membuat seorang Jeanne memanas hanya dengan memikirkannya.

Apalagi caranya menatap yang sarat akan ketegasan dan begitu tajam mengintimidasi semakin membuat Jeanne jatuh untuk pertama kalinya. Rasa ini lebih kuat dari sebelumnya, katakanlah Jeanne gila menyukai seorang pria padahal mereka baru pertama bertemu.

Jean yang sadar bahwa ini bukan jalan ke rumahnya pun kembali berucap. Sekelebat perasaan takut mulai menyelimuti dirinya. Ia takut jika ternyata pria tampan ini pria jahat.

“I-ini bukan jalan ke rumahku” Cicitnya.

“Lagipula siapa yang akan mengantarmu ke rumah ? Kau akan ikut denganku”

“Kenapa aku harus ikut ? Kau bukan orang jahat kan ? Turunkan aku !!” Teriak Jean panic. Sedangkan Gerald, ia langsung menatap tajam Jean yang membuat keributan disampingnya.

“Berisik !! Diam atau kujatuhkan kau sekarang !!”

Jean pun hanya mampu terdiam, tentu saja ia takut. Ia baru pertama kali bertemu dengan pria di depannya dan langsung membawa dia untuk ikut dengannya.

“Kau akan berhenti jadi bartender, aku tidak menyukai pekerjaan itu. Kau sudah 3 kali hamper di lecehkan selama bekerja di tempat sialan itu. Dan kau sama sekali tidak konsentrasi dengan kuliahmu akhir-akhir ini”

Jean terkejut, bagaimana pria itu bias tau segalanya ? ia bahkan merasa belum pernah bertemu dengan Gerald selama ini.

“B-bagaimana kau tahu ?! dan satu lagi Tuan, jangan menyuruhku seenakmu. Jika aku tidak bekerja, lalu aku akan makan apa ? Batu ?”

“See ? Kau bahkan tidak tau selama ini aku berada di sekelilingmu ? Kau terlalu stag dengan kehidupanmu sendiri Nona”

“Hey !! Kau menguntitku ya ?!!”

“Jangan terlalu percaya diri Nona. Aku bertindak karena aku kesal melihat gadis dewasa yang bodoh sepertimu. Di bully diam, di lecehkan diam, di skors diam. Apa hidupmu itu tidak ada gunanya selain diam ?”

“Hey !! Kau ini siapa sebenarnya ? Kau mengetahui segalanya tentangku seolah kau keluargaku”

“Berhentilah mengoceh dan turun. Kita sudah sampai”

“Aku tidak mau !! kau pasti mau menjahatiku” Gerald mendengus kesal. Ia turun lalu membuka pintu mobil sebelah Jean. Ia menatap gadis itu tajam, dan berujar dengan suara serak menggoda yang berhasil melemahkan seluruh syaraf otak Jean.

“Mau turun sendiri, atau aku yang turunkan” desis pria tampan itu.

Mau tak mau Jean pun turun dan mengikuti Gerald dari belakang. Dalam hati ia menyumpah serapah seorang Gerald yang berhasil membangkitkan njiwa liarnya. Ini gila !! bahkan mereka baru beberapa menit bertemu, dan Gerald dengan mudah menerobos seluruh pertahanan Jeanne. Pikirannya berkecamuk antara takut dan bingung. Ia takut pada Gerald karena pria itu seolah tau segala hal tentangnya. Sedangkan ia bingung karena sekarang matanya tak lepas dari sosok Gerald. Pria yang Jean yakini sudah mampu menarik hatinya kurang dari 1 kali 24 jam. Sial !

“Ah aku bias gila jika benar-benar menyukai pria yang bahkan baru beberapa jam bertemu denganku !Tidak, tidak Jean !! Kau pasti hanya kagum padanya. Ya !! hanya kagum !! ah sialan aku tidak bisa. Persetan dengan cin ta pandangan pertama !! Aku benar-benar menyukainya !!”

Ia terus merutuki suara hatinya, hingga tanpa sadar jika sedari Gerald terus memperhatikan gadis cantik yang kini berjalan menunduk jauh di depannya. Pria tampan itu sedikit menahan tawa karena Jean terus saja berjalan tanpa menyadari bahwa Gerald sudah berhenti jauh di belakangnya. Gerald berdehem sedikit keras dan membuat gadis itu sepenuhnya tersadar. Jean celingukan mencari Gerald. Dan saat ia menolehkan kepalanya ke belakang, ia benar-benar ingin mengakhiri hidupnya sekarang juga. Pria itu terlihat menunjukkan seringai seksi dan terkekeh meremehkan ke arah Jean. Bibirnya bergerak membentuk sebuah kata yang Jean yakini sebuah ejekan.

“Bodoh”

Siapapun, tolong selamatkan Jeanne saat ini juga.

avataravatar
Next chapter