2 Di Kantor

Jenuh. Itu yang dirasakan Sera saat ini. Gadis yang rambutnya sedikit lebih panjang dari bahu itu sedang duduk di bilik kerjanya. Menyenderkan kepalanya di senderan kursi sambil menengokan kepalanya ke kiri.

Kenapa ke kiri? Soalnya kalau ke kanan Sera akan bertatapan dengan tumpukan dokumen yang harusnya ia baca dan revisi. Jangan lupa dengan laptop yang kalau layarnya di unlock akan menampilkan ratusan kolom kecil berisisikan kumpulan huruf dan angka yang tidak bisa Sera baca tanpa bantuan kacamatanya.

Salahkan pekerjaannya yang mewajibkan Sera membaca begitu banyak tulisan dan bertatapan intens dengan layar komputer setiap hari. Berkat kerja kerasnya dalam meniti karir diusia muda, selain mendapat penghasilan yang lebih dari cukup, Sera juga tambah modis karna terlalu banyak membaca. Matanya yang sudah minus 3, mengharuskan ia memakai kacamata kemana-mana.

Benar jadi modis kan? Bagaimana pun juga kacamata tetaplah aksesoris.

Tolong di-iya-kan supaya Sera engga down ya teman-teman. Karna sesungguhnya Sera sempat tengsin untuk pakai kacamata waktu ia sadar matanya mulai rabun. Modis itu hanya kata penghibur dari tante penjual kacamata supaya Sera terima kenyataan kalau penglihatannya menurun dan tentu saja supaya usaha toko kacamata tante itu laku.

Namanya juga marketing.

Kalau gak mau pakai kacamata kan bisa pakai softlens aja? Duh enggak deh makasih. Sera tuh termasuk dalam golongan pelupa, mageran dan jorok. Salah-salah, bukannya membantu penglihatan, yang ada malah muncul masalah mata lain.

Beruntungnya, meja kerja Sera terletak di barisan paling pinggir yang mana bersebelahan dengan kaca jendela kantornya sehingga ia bisa menikmati pemandangan lain selain tumpukan beban pikirannya ini. Ya walaupun pemandangan di luar tetap sama saja, hanya gedung-gedung tinggi khas ibukota.

Yang kerap berubah hanyalah jalanan dibawah yang kadang sepi dan kadang ramai disaat tertentu. Kantornya yang terletak di lantai 12 memungkinkan Sera dapat melihat suasana lalu lintas dibawah sana. Seperti sekarang, jalanan terlihat cukup padat. Mungkin karna ini jam makan siang.

Sisa waktu istirahat Sera sendiri kurang dari 10 menit lagi, tapi yang dilakukannya sekarang hanya duduk meratapi nasib. Napsu makannya hilang setelah tadi pagi dimarahi si Bos.

"Gak makan, Se?" tanya Mira, senior di kantornya yang duduk di bilik sebelah. Mira baru sampai sehabis makan siang di restoran dekat kantor bersama beberapa teman lain. Bosan dengan makanan kantin kantor katanya.

"Ghak."

"Gak usah diambil hati. Kan udah biasa juga dimarahin." Mira sebenarnya niat menghibur yang justru membuat Sera tambah gondok.

"Just because something's always been done that way, doesn't mean it should be done that way."

"Tumben. Dapet quotes dari mana?" Mira yang sedang membereskan bungkusan makanannya melirik Sera sambil tersenyum meledek.

"Pinterest. Hehe."

"Dasar," kata Mira sambil menyodorkan minuman boba kesukaan Sera. "Nih, entar masuk angin lagi lo ga makan apa-apa." Ia tau teman kantornya yang masih bau bedak bayi itu pasti mogok makan lagi setelah kembali disidang oleh sang bos tepat sebelum jam makan siang.

By the way, dipertengahan umur 20an nya ini, Sera memang masih suka pakai produk bayi terutama bedak dan minyak telon. Sayang, aroma tubuhnya saja yang seperti bayi. Kelakuan dan mulutnya jauh dari keluguan dan kemurnian.

"Omooo. Eonni, gomawoyooo." Sera menerima minumannya dengan wajah sok diimut-imutkan lengkap dengan finger heart.

"Hm. Cepet sana diminum mumpung masih ada esnya," Mira menjawab seadanya. Sudah hafal dengan kata-kata Korea Sera yang k-popers banget.

"Ne, seonbaenim!" Sera tersenyum menunjukkan eye smile-nya.

"Udah ga bete lagi?"

"Bete kenapa dulu?"

"Lah, emang hari ini lo ada masalah apa lagi selain proposal ditolak?" Mira jadi penasaran. Pasalnya, Sera ini penganut aliran IDGAF alias santuy abis. Kalau Sera sampai mengaku merasa stress, maka kemungkinan masalah itu cukup serius.

"Gue gak dapet tiket konser EXO."

Mira yang tadinya memutar kursinya menghadap Sera berdecak sebal. "Kirain masalah serius."

"Ini juga serius, Mbak!" Sera jadi menggebu-gebu kalau mengingat bagaimana ia semalam suntuk nongkrong depan laptop hanya untuk mendapat kekecewaan karna tau-tau listrik apartemennya mati yang membuat wifi Sera juga mati.

Padahal sudah hukumnya kalau beli tiket konser secara online itu gak jauh beda sama sprint. Harus cepat. Alhasil, jaringan internet yang sempat terputus itu juga memutus impian Sera untuk bertemu oppa.

"Yaudah, kan bisa kapan-kapan lagi nonton konsernya."

"Belum tentu tiap tahun mereka konser dan ke Indonesia, Mbak."

"Yaudah, lo aja yang nyamperin mereka ke Korea."

"Hmm, benar juga."

Mira sebenarnya hanya menjawab asal. Tapi sepertinya Sera menanggapi serius ide itu.

Namanya juga anak muda. Ambisius dan penuh halu itu wajar. Tapi siapa sangka, kalau rencana itu justru terealisasi, bahkan jauh lebih gila dari yang Sera bayangkan sebelumnya.

avataravatar
Next chapter