9 9. Will Go To School Together

"Jangan terlalu dekat nanti aku hanya ingin bersamamu."

»»»»»«««««

Kondisi seperti ini lah yang Audy tidak sukai. Kondisi di mana tidak ada kabar dari sang kakak untuk menjemputnya atau tidak. Audy sudah menunggu di trotoar depan sekolahnya, ia sesekali menghentakkan kaki melihat tidak ada notifikasi atau balasan chat dari Bita.

Tiba-tiba saja mobil BMW silver menepi dengan mulus di depannya. Kaca jendela sebelah kiri turun, nampak seorang cowok yang ia rindukan beberapa hari karna tak pernah jumpa itu memandang lurus ke depan. "Masuk." Satu kata yang cowok itu katakan entah itu ajakan atau perintah. Tapi cowok itu tidak menoleh barang sekali pun. Dengan anggukan kecil Audy masuk ke dalam mobil dan menaikkan kaca jendela. Setelah itu ia menoleh memandang cowok di sebelah kanannya yang juga sedang menatapnya.

Alan.

Ya. Itu Alan. Tentu saja. Memang mau siapa lagi? Alan bergeming lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Al? Kok kamu bis--" Audy baru pertama bicara sudah dipotong Alan.

"Kak Bita telpon gue suruh anter lo pulang. Katanya dia lagi jemput ortu lo di bandara." Ucap Alan tenang.

"Oh iya ini mama sama papa kan pulang ya.. makasih ya udah mau anter."

Alan hanya mengangguk sebagai jawaban.

"By the way kamu jarang kelihatan di sekolah. Sibuk ya?" Audy memberanikan diri untuk bertanya. Ia akui bahwa ia lelah diam saat bersama Alan.

"Iya gue sibuk. Kejar materi baru dan kelas gak pernah kosong, padahal kemarin minggu pertama sekolah."

"Oh gitu, emang bimbel buat kelas tiga udah dimulai Al?"

"Belum. Cuman lagi diskusi lagi kapan diadakannya."

"Pantesan kamu gak pernah nongol kalau di sekolah. Ternyata full class ya."

"Ya gitu. Gue sebenernya sering keluar kelas kalau lagi kosong sekali aja atau gak pas istirahat. Tapi gue ke perpus baca materi di sana."

Audy terkekeh, Alan yang melihatnya hanya tersenyum simpul.

"Ternyata kamu suka baca ya Al." Ujar Audy.

"Dari dulu gue suka baca. Emang apa gunanya perpustakaan nyokap gue yang di lantai tiga?" Ucap Alan menggelengkan kepalanya.

"Eh iya ya.. lantai tiga rumah kamu kan perpustakaan. Emang di sana gak ada buku SMA kelas tiga Al?" Tanya Audy kepo.

"Ada tapi kan buku jaman sekarang itu luas pengetahuannya Dy. Gak cuma pada satu buku, jadi gue cari materi tambahan aja."

Audy hanya mengangguk-anggukan kepala tanda dia mengerti. Ternyata Alan ramah juga. Wah dia salah mengerti selama ini ia selalu mengira jika Alan itu cuek.

"Lo berkembang juga ternyata. Mulai banyak omong ya sekarang ke gue. Gue seneng jadinya." Ucap Alan. Hati Audy seketika menghangat.

Tolong ulangi perkataan Alan barusan! Dia senang? Oh tidak tidak jangan berharap lebih dulu.

"Hehe.. biasa aja kok Al." Ucap Audy terkekeh pelan.

"Ntar kalau ada waktu gue ajak lo ke perpus gue deh ya. Mau kan?" Ajak Alan.

"Mau mau mau bangettt.." jawab Audy girang. Saking girangnya ia sampai tak sadar bahwa ia telah mengeratkan tangannya pada lengan Alan. Audy yang baru sadar itu langsung melepaskan tangannya dari lengan Alan. Alhasil semburat merah menjalar di pipi tirusnya.

"Kenapa?" Tanya Alan.

"Maaf a-ak-aku tadi gak sengaja sumpah." Ucap Audy gugup.

"Lain kali jangan pegang-pegang gue lagi." Ujar Alan yang sikap dinginnya mulai kumat.

Audy hany menganggukkan kepala seperti anak kecil.

"Udah nyampe nih, tapi rumah lo sepi banget." Ujar Alan dan mematikan mesin mobil.

"Eh iya makasih udah anter. Gapapa Al aku tunggu di teras aja lagi pula pagarnya kan nggak digembok."

"Tapi pintu rumah lo kan dikunci." Tukas Alan.

"Eh? Iya sih tapi gapapa aku nunggu di teras aja deh." Ucap Audy ragu. Ia sebetulnya berharap Alan akan menemaninya sebentar.

"Gue temenin sebentar, tapi di sini aja di mobil gue ya." Tawar Alan. Ya! Harapan Audy terkabul. Lagi lagi ia tersenyum malu.

"Beneran gapapa Al?" Tanyanya.

"Iya, atau gue yang berubah pikiran." Jawab Alan singkat.

Audy hanya sedikit memcebikkan bibirnya saja. Alan tidak ada ramah-ramahnya sekali. Keramahan Alan sudah mirip seperti grafik nilai tukar mata uang dolar ke rupiah indonesia. Naik turun saja setiap hari.

Setelah itu tidak ada yang berbicara lagi. Hening. Hanya suara pernapasan masing-masing. Alan berkutat dengan handphonenya, begitu juga Audy.

Agak bosan juga sebenarnya dengan suasanan seperti ini. Audy hanya melihat-lihat isi feed Instagram saja sedari tadi. Sementara Alan sepertinya asyik bermain game. Karena memang lelaki itu jarang sekali memegang ponsel, waktu yang Alan habiskan memang banyak untuk belajar dan belajar. Alhasil kalau sekali memainkan ponsel pasti lelaki itu fokus bermain game dan tidak peduli notifikasi chat dari teman-temannya. Apalagi dengan keadaan sekitar.

Tak lama mobil Bita dan mobil Papa Audy berhenti di belakang mobil Alan. Audy yang tahu dari kaca spion pun heboh.

"Alan itu mereka dateng." Seru Audy dengan suara merdu karena senang. Alan melihatnya tersenyum tipis, menghentikan bermian gamenya dan menyusul Audy keluar dari mobilnya.

Melihat Audy yang sudah selesai memeluk kedua orang tuanya, Alan maju untuk bersalaman dengan Om Farhan dan Tante Vera--Papa dan Mama Audy-- dengan santun.

"Wihh ini Alan? Udah gede aja kamu. Tumben nih barengan sama putri kecil om?" Sapa Farhan ramah pada Alan sambil mengacak pelan rambut Audy.

"Iya om tadi kak Bita yang telpon Alan untuk antar Audy." Jawab Alan.

"Nak Alan tambah handsome aja ya.. makasih sudah antar Audy pulang." Ucap Vera dengan senyum lembutnya.

"Iya tante sama-sama." Alan tersenyum lagi. Audy yang selalu melihat gerakan Alan tersenyum seperti itu sangat ia sukai. Dalam hatinya berkata 'ketampanannya itu bertambah deh'.

"Ya kalau boleh nih setiap hari aja nak Alan barengan sama Audy tante seneng banget.."

"Boleh Tan. Kan searah juga.. ya sudah Alan pulang ya tante, om, kak Bita. Gak baik ngobrol di luar, mendingan om sekeluarga segera masuk dan istirahat." Pamitnya dan kembali menyalami Farhan dan Vera.

"Loh gapapa kalau mau masuk?" Tawar Farhan.

"Sudah mau sore om nanti bunda nyariin." Jawab Alan yang langkahnya terhenti saat akan menuju mobil. "Dy gue pulang dulu ya. Besok gue jemput pagi jam 6." Sambungnya namun tanpa melihat ke arah Audy.

Entah bagaimana rasanya. Tapi sekarang Audy yang masih terpaku di tempatnya berdiri dengan cuaca yang masih terasa panas itu merasa berada di taman yang banyak bunga bermekaran. Perutnya saja seperti ada kupu-kupu terbangnya. "I-iya Al" jawabnya. Padahal Alan sudah berlalu pergi dengan mobilnya.

"Wooiiii! Jangan terbang dulu. Untung doi gak lihat. Buru masuk, kesambet ntar kalau di luar dek." Ejek Bita dengan senyum jahilnya.

"Paan sih kak."

Blushing. Audy memegangi kedua pipinya dan berjalan gontai memasuki rumah.

***

avataravatar
Next chapter